NBA bisa dibilang salah satu liga paling menarik di dunia lantaran persaingan yang cukup seru antartim. Dominasi secara keseluruhan memang dipegang oleh Los Angeles Lakers dan Boston Celtics yang sama-sama memiliki 17 gelar juara sepanjang sejarah organisasi mereka. Namun, jika kita tarik mundur dalam 20 tahun terakhir, dominasi mulai luntur di NBA.

Sejak 2000, Lakers tercatat sebagai satu-satunya tim yang pernah meraih tiga gelar juara beruntun. Di belakangnya ada Miami Heat dan Golden State Warriors yang sempat masing-masing meraih dua gelar juara beruntun. Secara tim, bisa dibilang tidak ada dominasi yang berlebihan di NBA. Secara personal, bisa dibilang LeBron James adalah satu-satunya figur dominan di kurun waktu ini.

Namun, NBA sebenarnya sedang menghadapi masalah besar. Meski tidak ada yang benar-benar berkuasa secara organisasi, tim-tim dari Wilayah Barat menunjukkan dominasi yang besar atas tim Wilayah Timur. Dari 20 gelar juara terakhir, 13 di antaranya datang dari tim Wilayah Barat. Saat tujuh kali tim Wilayah Timur juara, tak satupun dari mereka berhasil menyapu bersih lawannya.

Di samping itu, stigma masyarakat bahwa tim Wilayah Barat memiliki persaingan lebih kuat juga semakin terbukti seiring berjalannya waktu. NBA mulai menghapus sistem All Star per wilayah sejak 2018. Hal ini terjadi karena persaingan dan pemain-pemain jago NBA banyak berkumpul di Wilayah Barat. NBA dan NBPA tampak ketakutan nantinya laga All Star akan menjadi laga yang timpang.

Untuk musim ini pun, ketimpangan kekuatan di dua wilayah semakin jelas tersaji. Per 17 Februari, hanya ada Minnesota Timberwolves yang memiliki persentase kemenangan di bawah 40 persen. Timberwolves adalah tim terburuk di NBA sejauh ini dan dalam beberapa musim terakhir. Hingga laga ke-28, Timberwolves baru meraih tujuh kemenangan. Sisa 11 tim Wilayah Barat lainnya memiliki persentase kemenangan lebih dari 40 persen.

Sebaliknya di Wilayah Timur, ada empat tim yang memiliki persentase kemenangan di bawah 40 persen. Bahkan lebih buruk lagi, hanya ada lima tim memiliki persentase 50 persen atau lebih. Hal ini berbanding sangat jauh dari Wilayah Barat yang delapan tim teratas mereka memiliki persentase di atas 50 persen.

Sebagai perbandingan lebih jelas, New York Knicks yang memiliki rekor (14-15) duduk di peringkat enam Wilayah Timur sedangkan Dallas Mavericks yang memiliki rekor (13-15) ada di peringkat 10 Wilayah Barat. Bahkan, jika Mavericks berhasil memenangi laga selanjutnya, mereka hanya akan naik di peringkat sembilan.

Jika NBA tidak berupaya menyetarakan kekuatan antarwilayah ini, bahaya rasanya akan semakin mendekat. Konsepnya, jika persaingan tim Wilayah Timur terus memburuk, maka wakil mereka di final NBA pun juga buruk. Jika hal ini terus tersaji, maka final akan menjadi laga yang timpang dan berdampak pada jumlah penonton yang menggerus jumlah sponsor serta langsung mempengaruhi gaji pemain. (DRMK)

Foto: NBA

 

Populer

James Harden: Setidaknya Ada 2 Gelar Jika Thunder Tidak Menukar Saya
Kelemahan Kings Makin Jelas Saat Takluk dari Clippers
Pelicans Tumbang! Warriors ke Perempat Final NBA Cup 2024
Lakers Selama Ini Mencari Sosok Dalton Knecht
Joe Mazzulla Gunakan Muslihat Untuk Bangkitkan Semangat Celtics
Mavericks Hantam Nuggets Tanpa Doncic, Peluang NBA Cup Masih Terjaga
Hasil Rapat Sixers Bocor, Paul George & Joel Embiid Kecewa
Ruki Jared McCain Jadi Penyelamat Sixers
D’Angelo Russell Tertarik Membela Timnas Lithuania
Kolaborasi Unik Puma MB.04 dan Scooby Doo