Sedikit Lebih Dekat dengan Kiefer Ravena

| Penulis : 

"Cinta pada pandangan pertama. Begitulah rasanya."

Kiefer Ravena mengatakan hal tersebut dengan senyum lebar saat diwawancarai oleh FIBA Asia melalui instagram @FIBAAsiaCup.

Pernyataan di atas bukan tentang kekasihnya. Apalagi sebentar lagi kita akan memasuki atmosfer hari valentine. Tetapi tentang kecintaanya kepada dunia bola basket.

Pemain berusia 27 tahun ini sudah menjadi andalan Filipina sejak mulai menapaki karir di dunia profesional. Ravena sudah tampil di Jendela (Window) 1 FIBA Asia Cup 2021 Qualifiers, dan diharapkan akan kembali tampil di Jendela-jendela berikutnya.

Kiefer Isaac Crisologo Ravena lahir 27 Oktober 1993 di Iloilo City, Filipina. Ayah Ravena, Bong Ravena bermain untuk UE Red Warriors dan menjadi Rookie PBA tahun 1992. Sementara ibunya, Mozzy Crisologo-Ravena, adalah pemain bola voli yang pernah bermain untuk UST Golden Tigresses dan tim voli nasional wanita Filipina. Jadi tidak heran dia sudah akrab dengan dunia olahraga sejak kecil.

Ravena sudah masuk tim A Anteneo Blue Eaglets sejak tahun pertama sekolah menengah. Dia bermain di Divisi Junio UAAP, dan berhasil memimpin Blue Eaglets juara tiga tahun berturut-turut.

Meski menerima tawaran dari berbagai perguruan tinggi, namun Ravena tetap melanjutkan pendidikan Universitas Ateneo de Manila. Bersama Ateneo Blue Eagles, Ravena membawa timnya juara UAAP senior pada tahun 2011 dan 2012. Di tengah karier perguruan tinggi yang cemerlang, dia juga masuk dalam roster timnas Filipina dalam beberapa kesempatan. Ravena berhasil mempersembahkan lima medali emas SEA Games (2011, 2013, 2015, 2017 dan 2019). Kemudian medali emas SEABA Under-18 tahun 2010, dan SEABA 2015 di Singapura.

Sementara, karier profesionalnya dimulai dari Alab Pilipinas di tahun 2017, lalu dilanjutkan dengan membela NLEX Road Warriors sampai sekarang.

"Saya mulai main basket saat berusia empat tahun. Keluarga saya memang keluarga atlet. Ibu saya mantan pemain nasional voli dan ayah saya mantan pemain basket profesional. Jadi tidak terlalu susah bagi saya untuk mencintai olahraga," terang Ravena yang melanjutkan cerita tentang ayahnya.

"Luar biasa. Dia (ayah) adalah orang pertama yang mengatakan ingin melihat saya main basket. Ayah mengatakan bahwa banyak pemain yang lebih hebat daripada dirinya. Tapi tentu saja dialah idola saya. Ayah adalah sosok paling berpengaruh dalam karir saya. Membuka jalan untuk karir saya, dan ia juga dikelilingi oleh pemain-pemain hebat sepanjang karirnya, meraih berbagai gelar juara dengan berbagai organisasi (tim) berbeda. Hal serupa yang ingin saya capai dalam karir saya. Mencapai berbagai gelar juara," jelas Ravena.

Ayah Kiefer Ravena, Bong Ravena memang pemain andal. Sangat mungkin, bakat Kiefer Ravena menurun dari sang ayah. Terlebih keduanya kerap berlatih bersama.

"Di masa-masa awal, (berlatih bersama ayah) sangat menyenangkan. Namun sekaligus memberi saya motivasi untuk berlatih lebih keras agar bisa mengalahkannya."

Kiefer Ravena kemudian menjelaskan bahwa ia mulai mampu mengalahkan ayahnya ketika ia sudah duduk di bangku SMA. "Tentu saja ayah sudah pensiun dan sudah tidak dalam kondisi terbaiknya."

Selain bersama ayahnya, Kiefer Ravena juga kerap berlatih dan bersaing dengan adiknya, Thirdy Ravena.

"Seringkali, laga satu lawan satu kami tidak selesai. Karena memang sudah kelewat sengit. Tentu saja itu hanya kompetisi antara dua orang yang tak mau kalah. Tetapi juga sebuah pernyataan penting bahwa saya adalah 'kakak dan tak boleh kalah'. Menyenangkan berlatih bersamanya (Thirdy), apalagi kami berdua memiliki pola pikir (mindset) yang sama dalam berkompetisi."

Setelah sekian lama bersaing dan berlatih bersama, Kiefer dan Thirdy akhirnya berkesempatan tampil bersama tim nasional Filipina di kompetisi FIBA akhir Februari ini.

"Gila sih," kata Ravena.

"Seperti mimpi yang menjadi nyata, khususnya bagi kedua orangtua kami. Tampil bersama tim nasional di waktu bersamaan."

Di negeri yang gila basket seperti Filipina, bermain untuk tim tim nasional merupakan sebuah kebanggaan dan kehormatan yang sangat tinggi. Ketika tim nasional berlaga, atmosfer di Filipina sudah seperti libur nasional.

"Gilas (tim nasional) menyatukan Filipina. Saya rasa, selain pertarungan Manny Pacquiao, hanya Gilas yang bisa membuat masyarakat Filipina menghentikan aktivitasnya dan beralih memberikan dukungannya kepada kami."

Filipina saat ini belum terkalahkan di tiga laga FIBA Asia Cup 2021 Qualifiers, dan akan kembali melakoni tiga laga di sana.

Ravena dan Gilas akan menghadapi Indonesia tanmggal 20 Februari. Pada pertemuan pertama, Filipina menang jauh 100-70. Namun saat ini, Indonesia akan diperkuat dua pemain yang belum tampil saat itu: Lester Prosper dan Brandon Jawato.

"Tentu saja akan berbeda. Lester dan Brandon adalah dua pemain yang berkaliber tinggi. Walau tidak akan sempat bermain melawan mereka, saya cukup akrab dengan cara bermain Lester dan saya sudah lihat cara main Brandon di ABL. Datangnya dua pemain tersebut akan memberi pengaruh yang besar bagi Indonesia. (Window 2) Itu adalah saat pertama bagi mereka tampil bersama Indonesia. Dengan persiapan yang sudah mereka lewati bersama, mulai saat ini, lawan-lawan Indonesia harus lebih waspada. Semakin sering bermain bersama, maka mereka akan semakin kompak dan mengenal satu sama lain. Apalagi mereka memiliki pelatih sekaliber Rajko Toroman. Dengan dukungan penuh dari federasi mereka, rasanya tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa Indonesia akan kembali bersaing untuk mengejar level atas (championship games). Ini juga sinyal agar kami (Filipina) lebih waspada, walau tentu saja kami selalu waspada. Di wilayah ini (regional Asia Tenggara), laga melawan Indonesia dan Thailand akan selalu seru. Entah itu di SEA Games atau di turnamen-turnamen FIBA Asia sebelumnya. Kita semua berusaha untuk saling mengalahkan. Rivalitas terus berlanjut. Tak berhenti. Semoga. Saya tahu, kalian mungkin kesal ke saya beberapa tahun terakhir, tapi percayalah, semuanya karena kencintaan (kita ke permainan ini), dan selalu menyenangkan bermain melawan Indonesia dan Thailand. Selalu menyenangkan memainkan permainan yang kita cintai ini. Terlebih sembari membawa nama negara," jelas Ravena tentang laga yang akan datang menghadapi Indonesia.

Masa depan basket Filipina memang sedang sangat benderang. Mereka ada di jalur yang sangat nyaman menuju FIBA Asia Cup 2021. Kekuatan tim sangat dalam. Apalagi dengan adanya pemain sekelas Kai Sotto, prospek Filipina yang sangat meyakinkan untuk tembus sebagai pemain NBA dalam beberapa tahun ke depan.

Filipina, bersama jepang dan Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia Basket (FIBA Basketball World Cup) di tahun 2023. Sebuah helatan yang juga sangat dinanti oleh Ravena.

"Itu akan jadi perhelatan luar biasa. Bayangkan saja, perhelatan basket terbesar dunia akan diadakan di sini, di Filipina. Kami sudah pernah mengadakan berbagai perhelatan besar dan bersejarah. Namun Piala Dunia akan sangat berbeda. Semoga semuanya sudah kembali normal di tahun 2023."

Menutup obrolan dengan FIBA Asia, Kiefer Ravena mengatakan bahwa untuk saat ini, ia akan lebih fokus ke laga-laga yang ada di depan mata, yaitu FIBA Asia Cup.

Obrolan dengan Ravena bisa disaksikan langsung di FIBA Asia Cup IGTV. Sedangkan untuk menyaksikan aksi-aksi Ravena dan timnas Asia lainnya dalam FIBA Asia Cup 2021 Qualifiers bisa disaksikan di Livebasketball.TV. (TK)

Sumber berita dan foto: http://www.fiba.basketball/asiacup/2021/qualifiers/news

 

Populer

Lakers Selama Ini Mencari Sosok Dalton Knecht
Hasil Rapat Sixers Bocor, Paul George & Joel Embiid Kecewa
Tripoin Franz Wagner Gagalkan Kemenangan Lakers
Kolaborasi Unik Puma MB.04 dan Scooby Doo
Spurs Raih Dua Kemenangan Beruntun Tanpa Wembanyama 
Greg Monroe Merapat ke Toronto Raptors
Menyerah di G League, Rodney Hood Pensiun & Ingin Jadi Pelatih
Satria Muda Tantang CLS Knights di Semifinal (Playoff IBL 2016)
Debut Berharga Jaylen Brown dalam Mtn Dew Kickstart Rising Stars
Tolak Opsi Tim, Wizards Kejar Kontrak Baru Jabari Parker