Suasana sosial dan politik di Amerika Serikat sedang tidak kondusif. Ini membuat para pemain NBA tidak nyaman. Ada yang meminta liga dihentikan, tapi ada sebagian yang berpikir bahwa liga harus tetap bergulir sebagai alat perjuangan mereka. Beberapa bintang NBA silang pendapat tentang hal tersebut.

Dalam beberapa hari terakhir, para pemain NBA tidak fokus dalam permainan saja. Mereka menanggapi beberapa peristiwa yang terjadi belakangan, seperti aksi penyerbuan gedung Capitol Amerika Serikat yang dilakukan oleh pendukung Donald Trump, juga tidak adanya dakwaan kepada petugas polisi yang menembak Jacob Blake. Peristiwa-peristiwa tersebut menyedot perhatian para pemain. Terutama yang berkaitan dengan isu-isu yang menyangkut keadilan sosial.

Bintang LA Clippers Paul George meminta NBA dihentikan saja. George merasa bahwa berlutut (saat lagu kebangsaan) saja tidak cukup untuk membawa perubahan. Harus ada aksi yang lebih nyata seperti mengentikan liga.

"Saya akan berusaha agar liga dihentikan. Saya pikir situasinya sekarang berbeda. Pertandingan basket hanya bisa memberi sedikit aura positif. Selebihnya, semua kekacauan ini tetap terjadi. Bagi saya, saya pasti akan menutup NBA," kata George, dalam wawancara usai pertandingan melawan Golden State Warriors.

Pernyataan George ini memicu pertentangan dengan bintang lainnya, terutama Giannis Antetokounmpo dan Draymond Green. Menurut Milwaukee Juournal-Sentinel, Bucks memang berencana melakukan boikot pertandingan saat mengetahui perkembangan kasus Jacob Blake, yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Tetapi setelah berdiskusi dengan pihak keluarga Blake, tim Milwaukee Bucks urung melakukan boikot.

"Ayah Jacob Blake mengatakan bahwa pihak keluarga ingin Bucks tetap bermain. Sebab, dengan bermain, kami tetap bisa menyuarakan keadilan. Itu lebih baik daripada aksi demonstrasi," ungkap bintang Bucks, Giannis Antetokounmpo.

Milwaukee Bucks menjadi tim yang pertama kali melakukan boikot pertandingan pada bulan Agustus 2020 lalu. Mereka melakukan hal itu sebagai bentuk kepedulian terhadap peristiwa penembakan Jacob Blake. Kebetulan tempat kejadian perkaranya dekat dengan markas Bucks. Aksi ini diikuti oleh tiga tim lainnya yang bertanding di putaran pertama Playoff NBA 2020.

Bintang Golden State Warriors, Draymond Green juga mengeluarkan pernyataan tajam berkaitan dengan ide untuk menghentikan kompetisi sebagai bentuk protes. Green berpikir bahwa apapun yang terjadi, liga tidak boleh berhenti. 

"Seruan untuk menghentikan kompetisi NBA selalu ada saat terjadi gejolak sosial dan politik. Tetapi untuk melakukan penghentian liga, semua harus satu suara. Baik pemain, pemilik klub, dan NBA sendiri. Karena bila hanya dihentikan saja, maka tidak akan berdampak apa-apa. Menurut saya, komunitas NBA harus melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Kami harus tetap bermain sembari terus berbicara tentang keadilan sosial. Tetapi pada titik tertentu, kami membutuhkan orang dari komunitas ini untuk duduk di parlemen, agar bisa mengubah undang-undang," kata Green dikutip dari Los Angeles Times.

Sebenarnya kemarin hampir terjadi boikot pertandingan. Itu dilakukan oleh Boston Celtics dan Miami Heat. Tetapi aksi tersebut tidak terjadi. Kedua tim memilih mengeluarkan pernyataan tertulis, serta para pemainnya berlutut saat lagi kebangsaan berkumandang. Mereka memprotes perlakuan aparat keamanan kepada para pendukung Trump. Beberapa tokoh NBA juga menyebut bahwa apa yang mereka lihat dari aksi kemarin adalah potret ketidakadilan yang nyata. (tor)

Foto: Mercury News

Populer

Lakers Selama Ini Mencari Sosok Dalton Knecht
Hasil Rapat Sixers Bocor, Paul George & Joel Embiid Kecewa
Tripoin Franz Wagner Gagalkan Kemenangan Lakers
Menyerah di G League, Rodney Hood Pensiun & Ingin Jadi Pelatih
Kolaborasi Unik Puma MB.04 dan Scooby Doo
Pemain Bintang yang Cedera di Bulan Pertama NBA 2024-2025
Luka Doncic Cedera, Kabar Buruk Bagi Mavericks
Spurs Raih Dua Kemenangan Beruntun Tanpa Wembanyama 
Rencana NBA Pakai Format Pickup-Style untuk All-Star Game 2025
Greg Monroe Merapat ke Toronto Raptors