Gordon Hayward mengagetkan banyak pihak dengan keputusan tidak mengambil “opsi pemain” senilai AS$34,2 juta bersama Boston Celtics. Namun, pihak-pihak yang kaget tersebut akhirnya terdiam setelah mengetahui bahwa Hayward hanya akan merugi sekitar AS$4,2 juta. Ya, Hayward mendapatkan penawaran lain dari Charlotte Hornets dengan kontrak empat tahun bernilai AS$120 juta atau jika dibagi dengan sederhana, ia akan mendapat bayaran AS$30 juta per tahun.

Hayward merapat ke Hornets dengan skema sign and trade. Tak sendiri, Celtics bahkan memberikan dua hak memilih putaran kedua untuk Hornets yang menariknya hanya mengirim satu hak memilih putaran kedua, itupun kondisional, plus trade exception. Ya, Hayward memiliki “harga” yang cukup fantastis.

(Baca juga: Demi Gordon Hayward, Hornets Putus Kontrak Nic Batum)

Tidak sedikit yang bertanya kepada saya mengenai kontrak ini. Pertanyaannya pun bisa dibilang serupa, yakni, “Benarkah Hayward seberharga itu?, Apa ia memang layak mendapat bayaran AS$30 juta?” Jawaban saya adalah iya, Hayward layak mendapatkannya.

Sebelum mengulas lebih dalam, ada satu fakta yang perlu Anda semua tahu. Kontrak baru ini membuat Hayward masuk dalam jajaran elite. Bersama Kevin Durant dan LeBron James, ketiganya adalah pemain yang memiliki bayaran setidaknya AS$30 juta per musim dalam dua kali kesepakatan kontrak yang berbeda juga dengan dua tim yang berbeda.

Menjawab mengapa Hayward layak dihargai setinggi itu, kita harus mundur lebih dahulu ke masa sebelum Hayward bergabung dengan Celtics, atau masa di mana ia membela Utah Jazz. Sebagai pilihan kesembilan NBA Draft 2010, Hayward menunjukkan peningkatan signifikan selama tujuh musim bersama Jazz.

Selepas musim pertama di mana ia hanya menjadi starter 17 kali  dari 72 gim dengan 16,9 menit per gim, Hayward selalu mencetak dua digit angka. Hebatnya lagi, angkanya selalu mengalami peningkatan dengan cukup bagus dan konsisten. Dari 11,8 poin di musim kedua, Hayward berhasil membukukan 21,9 poin per gim di musim terakhirnya bersama Jazz pada 2016 – 2017.

Tak hanya peningkatan produktivitas, Hayward juga terus menjaga efektivitas serangannya. Efektivitas tembakan Hayward konsisten berada di rata-rata liga. Hanya satu kali ia berada di bawah rataan liga yang terjadi di musim 2013 – 2014. Di musim terkahir, Hayward bahkan meninggalkan rataan liga dengan catatan 53,6 persen eFG% (rataan liga 51,4 persen).

Catatan apik musim terakhir Hayward tersebut yang membuat Celtics membayar mahal jasanya dan saya yakin catatan itu juga yang membuat Michael Jordan dan Hornets memberi bayaran yang nyaris serupa. Pun demikian, tentunya Hornets tak hanya berkaca pada masa lalu, masa di mana Hayward masih sehat, belum mengalami cedera patah tulang yang mengerikan.

Ya, cedera patah tulang yang ia alami di gim pembuka musim 2017 – 2018, musim perdananya bersama Celtics memang sedikit banyak mengubah pandangan orang pada dirinya. Proses penyembuhan yang lama dan kedatangan pemain-pemain muda potensial di posisi yang sama dalam diri Jaylen Brown dan Jayson Tatum membuat “pertumbuhan” Hayward terhambat.

Hampir keseluruhan catatan statistik musim kedua Hayward bersama Celtics bahkan lebih rendah dari statistik musim keduanya di liga. Demikian juga dengan catatan musim lalu alumnus Butler University ini, hampir semuanya lebih rendah dari catatan tiga musim terakhirnya di Jazz. Dua hal yang justru membaik adalah angka rebound dan efektivitas tembakan Hayward.

Namun, perlu diingat bahwa Hayward bermain dalam jumlah gim dan menit bermain yang juga tidak membuatnya lama di lapangan. Musim 2018 – 2019, Hayward bermain 72 kali tapi hanya 18 kali menjadi starter dan hanya turun 25,9 menit per gim. Waktu bermain tersebut adalah yang terendah kedua sepanjang kariernya.

Musim lalu, Hayward memang kembali menjadi starter setelah Celtics berupaya turun dengan skuat kecil (small ball). Hayward main 52 kali dan semuanya ia mulai sejak tepis mula. Namun, Hayward hanya turun 33,5 menit per gim, waktu bermain yang lebih sedikit sejak musim keempatnya di liga (kecuali musim 2018 – 2019).

(Baca juga: Apakah Gordon Hayward Adalah Obat dari "Panasnya" Miami Heat?)

Hal lain yang dilupakan publik adalah fakta bahwa Hayward bukan lagi opsi utama menyerang tim, seperti tahun-tahun terakhirnya bersama Jazz. Kini, Hayward bisa dibilang adalah opsi keempat dalam tim, setelah Tatum, Kemba Walker, dan Brown. Hal ini terbukti dengan catatan USG% (estimasi penguasaan bola tim yang dieksekusi oleh pemain bersangkutan) Hayward yang hanya di angka 21,1 persen. Jauh dari masa-masanya bersama Jazz yang memiliki rataan USG% di angka 23,4 persen. Di musim terakhir bersama Jazz, USG% Hayward bahkan mencapai 27,6 persen.

Hayward juga adalah pemain yang fleksibel. Terdaftar sebagai small forward, ia bisa mengisi seluruh posisi sayap (shooting guard dan power forward). Postur tubuh dan atletisme Hayward membuatnya bisa menjadi opsi di tiga posisi sekaligus. Di era basket modern seperti sekarang, Hayward yang musim lalu menorehkan rataan akurasi tripoin mencapai 38 persen jelas layak mendapat bayaran AS$30 juta. Ya, era basket modern menuntut seorang pemain memiliki paket ketangkasan yang komplet utamanya akurasi tembakan jarak jauh yang bisa membuat sebuah tim fleksibel dalam menurunkan skuat.

Satu-satunya yang menjadi ganjalan di mata saya untuk Hayward mendapatkan AS$30 juta per musim adalah mentalitasnya untuk menjadi pemimpin sebuah tim, utamanya untuk lolos ke playoff. Hayward baru empat kali main di playoff, yang ia bagi rata bersama Jazz dan Celtics. Pun demikian, hanya penampilan di 2017 yang menunjukkan kapasitasnya sebagai tumpuan utama tim. Sisanya, Hayward adalah opsi kedua, ketiga, atau bahkan keempat.

Di usia yang akan menginjak 30 tahun pada 2021, Hayward mungkin baru akan menyentuh puncak kariernya. Sebagai tumpuan utama tim, veteran untuk membimbing barisan muda, Hayward bisa jadi jawaban atas rasa penasaran Hornets dengan playoff. Terakhir kali Hornets tampil di playoff terjadi pada 2016, itupun mereka gagal melewati putaran pertama setelah tumbang dalam tujuh gim dari Miami Heat.

Adapun komposisi susunan utama yang mungkin diiturunkan oleh Hornets adalah LaMelo Ball, Terry Rozier, Hayward, Miles Bridges, dan Cody Zeller. Nama-nama seperti Devonte’ Graham, P.J. Washington, dan Malik Monk juga berpotensi menggeser lima nama pertama (kecuali Hayward). Duet kembar Martin bersaudara, Cody dan Caleb, Bismack Biyombo, hingga deretan para ruki akan jadi pelengkap dari bangku cadangan.

Pun begitu, saya pribadi belum yakin bahwa Hornets sudah mengakhiri transaksi pemain mereka. Rozier, Zeller, dan Monk bisa jadi berganti seragam sebelum musim baru atau bahkan di tengah musim. Ketiganya masih memiliki nilai tukar bagus untuk menambah pemain yang mungkin lebih solid untuk menopang Ball, Hayward, dan Bridges.

Musim 2020 – 2021 akan menajdi musim penting dalam karier Hayward sebagai seorang pemain. Musim ini bisa jadi titik balik untuk melihat ke mana seorang Hayward akan berakhir nantinya. Apakah ia akan menjadi pemain yang layak mendapat bayaran AS$30 juta? Atau justru menyusul daftar pemain tak sesuai ekspektasi selanjutnya? Mari kita tunggu.

Foto: NBA

 

Populer

Dame Akan Bagi Bonus NBA Cup Dengan Karyawan Bucks
Taurean Prince Mengumpulkan Rp16 Miliar Hanya dari NBA Cup
Juara NBA Cup 2024, Bucks Tidak Pesta Sampanye
Milwaukee Bucks Juara Emirates NBA Cup 2024!
De’Aaron Fox Ingin Melihat Keseriusan Kings Bersaing di NBA
Darvin Ham Jadi “Jimat” Juara NBA Cup
KD dan Dame Kritik Format Baru NBA All-Star 2025
Kekalahan di Final NBA Cup 2024 Jadi Pelajaran Berharga Bagi Thunder
Lima Kesepakatan Sepatu Termahal Sepanjang Masa di NBA
Nuggets Tertarik Mendatangkan Zach LaVine