Sebelum gim 4, saya sempat mengulas mengenai kemungkinan buruk dari kembalinya Bam Adebayo ke dalam susunan skuat Miami Heat. Saya menilai bahwa kembalinya Bam di lapangan justru bisa membuat Heat kesulitan mencetak angka, tidak seperti di gim 3. Ya, Bam akan mengganggu lebih banyak di sektor penyerangan ketimbang pertahanan. Mengapa demikian?

Bam adalah salah satu pemain yang mendapat julukan point center. Catatan 15,9 poin, 10,2 rebound, dan 5,1 asis per gim selama musim reguler menunjukkan kapasitas Bam sebegai senter tangguh dan juga fasilitator apik. Satu-satunya senter yang memiliki catatan asis sama atau lebih baik dari Bam adalah andalan Denver Nuggets, Nikola Jokic.

Akan tetapi, ada perbedaan mendasar di antara keduanya yang membuat Jokic memiliki asis lebih banyak (7,0 asis per gim). Perbedaan tersebut adalah kemampuan menembak tripoin. Sepanjang musim reguler, Jokic memiliki rataan 33 persen dari tripoin dan angka itu meningkat jadi 42 persen di playoff. Hal ini membuat lawan memberikan penjagaan lebih kepada Jokic dan akhirnya asis pun terus bertambah. Sedangkan Bam, tidak memiliki kemampuan itu. Sepanjang kariernya, ia hanya melepas 36 tripoin dan masuk lima. Di playoff musim ini, hanya ada satu percobaan tripoin dari Bam dan gagal masuk. Hal ini membuat lawan tak perlu repot melakukan dobel tim kecuali ia di bawah ring.

(Baca juga: Bam Adebayo Menuju Jajaran Elite Bigman Serbabisa)

Jika Jokic bisa memberikan umpan dari berbagai macam tempat di lapangan dengan berbagai cara, Bam sebenarnya lebih terbatas. Umpan-umpan yang berujung asis dari Bam kebanyakan datang dari pola hand-off dan cut dari pemain-pemain Heat lainnya. Sebagai tim dengan kemampuan bertahan terbaik di playoff ini, Los Angeles Lakers memantau hal ini dengan seksama dan menemukan solusinya.

Mereka melakukan trap demi trap untuk mencegah dua partner kesukaan Bam, Duncan Robinson dan Tyler Herro, mendapatkan boola dengan mudah. Di gim 1, Lakers membuat Bam seolah tak berguna di lapangan. Upaya hand-off yang ia lakukan dibaca dan diantisipasi dengan baik oleh Lakers. Sedangkan untuk melakukan potongan ke area kunci, Heat tak banyak menemukan celah.

Atas fakta-fakta ini saya menyimpulkan bahwa dengan adanya Bam di lapangan, ia justru akan merusak pola permainan Heat yang bergeser menjadi isolasi satu lawan satu untuk Jimmy Butler. Kita tidak bisa mendapatkan data ini, tapi jika Anda lihat tayangan ulang gimnya (jangan cuplikan), Bam memang terus berada di dalam garis busur saat Heat menyerang.

Bukti kembalinya Bam tidak bekerja dengan baik adalah statistik lanjutan. Di gim 4, 22 menit Heat turun dengan susunan Herro, Robinson, Butler, Jae Crowder, dan Bam. Susunan pemain ini hanya menghasilkan offensive rating di angka 117 sedangkan defensive rating mereka 119 atau berarti secara net rating (-2). Statistik ini bahkan menunjukkan bahwa kehadiran Bam juga tak otomatis membuat pertahanan Heat jadi lebih bagus selain sisi menyerang mereka yang semakin buruk.

Angka ini jauh dari catatan gim 3 saat Heat turun dengan empat pemain yang saya tulis pertama plus Kelly Olynyk atau Meyers Leonard. Saat Olynyk di lapangan, Offensive rating Heat di angka 142,9 sementara defensive rating di angka 95,7 yang membuat net rating mereka menjadi 47,2. Saat Leonard di lapangan, net rating Heat di angka 50,0. Pun demikian, offensive rating Heat turun di angka 127,3 tapi defensive rating mereka membaik di angka 77,3.

(Baca juga: Bam Adebayo dan Peluangnya Menjadi Penghalang Heat Meraih Kemenenangan)

Menariknya, di gim 4, Heat hanya turun dengan komposisi Herro, Robinson, Butler, Crowder, dan Olynyk selama satu menit. Bahkan sejujurnya, tidak ada data yang benar-benar bisa diambil untuk susunan pemain di gim 4. Pasalnya, komposisi utama mereka (dengan Bam) mendominasi menit bermain dengan total turun bersama selama 22 menit. Sisa komposisi pemain lainnya bermain tak lebih dari lima menit.

Selain itu, komposisi dengan Bam juga memberikan catatan buruk dengan 9 turnover. Hal ini juga tampaknya tidak lepas dari pergerakan Bam yang di area itu-itu saja. Dewasa ini, spacing adalah salah satu kunci dalam permainan basket dan pemain seperti Bam yang tak punya ancaman di luar garis busur membuat lawan dengan mudah mengantisipasinya. Bisa kita lihat juga kasus ini di Ben Simmons dengan Philadelphia 76ers.

Di sisi lain, Bam tak sepenuhnya pihak yang harus menanggung beban dari kekalahan gim 4. Kredit juga layak diberikan kepada Lakers yang melakukan perubahan bagus di pertananan mereka. Salah satunya adalah menugaskan Anthony Davis menjaga Jimmy Butler. Di beberapa laporan media Amerika Serikat, Davis dikabarkan meminta langsung tugas ini. Namun, terlepas dari siapa yang berinisiatif, perubahan ini benar-benar mengubah jalannya permainan.

Sepanjang playoff, Jimmy sebenarnya tak jarang membuat situasi di mana ia dijaga oleh senter lawan. Dalam hal ini, total ada 18 gim dari 19 gim Heat di mana Jimmy satu lawan satu dengan senter lawan. Total waktu duel ini adalah sembilan menit. Dalam kurun sembilan menit itu, Jimmy mencetak 34 poin. Di seluruh empat gim melawan Lakers, dengan total 12 menit berhadapan dengan Davis, Jimmy hanya mencetak 17 poin.

Data dari NBC Sports menunjukkan bahwa saat Davis menjaga Butler di gim 4 kemarin, defensive rating Lakers berada di angka 94. Sedangkan saat Davis tidak ada dan Butler di lapangan, defensive rating Lakers terjun bebas di angka 160. Tampaknya, selama playoff pun, Jimmy belum pernah jumpa lawan yang tingginya nyaris tujuh kaki tapi memiliki kelincahan super seperti ini.  

Di semifinal Wilayah Timur, Jimmy memang jumpa Milwaukee Bucks yang digawangi Defensive Player of the Year, Giannis Antetokounmpo yang juga sama tinggi dan atletisnya dengan Davis. Namun, Giannis tak pernah benar-benar satu lawan satu dengan Jimmy sepanjang satu gim penuh. Hal yang sempat dipermasalahkan oleh media Amerika Serikat juga.

(Baca juga: Final yang (Tak Pernah) Seimbang untuk Heat)

Jika sumbangsih Jimmy dalam satu gim hanya di angka 22 poin dari 17 tembakan seperti gim 4 lalu, sulit rasanya Heat bisa meraih kemenangan. Davis juga tampaknya sudah mengetahui inti dari serangan Jimmy yang membuatnya sama sekali tak tampak kebingungan saat Jimmy berusaha melakukan variasi gerakan. Satu lagi yang membuat pekerjaan Davis lebih mudah adalah fakta bahwa tripoin Jimmy tak semenakutkan itu. Lakers bisa hidup dengan Jimmy terus menembak dari tripoin.

Seluruh cerita di atas bila kita runtutkan sejak awal final bisa dibilang seperti ini. Gim 1, menjadi gim saling uji hasil pengamatan statistik dan permainan sepanjang playoff. Lakers berhasil menghentikan Heat karena mereka menghentikan hand-off Bam dan didukung cederanya Goran Dragic.

Gim 2, tanpa Bam dan Dragic, Heat masih berusaha mempertahankan permainan mereka dengan banyak pergerakan bola cuma beda susunan pemain. Cara ini cukup membuat sulit Lakers karena skuat yang sering turun di gim 2 adalah skuat kecil yang fleksibel. Pertahanan mereka tidak baik, tapi serangan mereka kencang.

Melihat cara lama tak berhasil, Erik Spoelstra mengubah strategi dengan isolasi satu lawan satu bergantung dengan Jimmy dan memasukkan Olynyk sebagai senjata baru. Cara ini berhasil karena Lakers tak punya pemain sepadan menjaga Jimmy sebab Davis terkena foul trouble. Jimmy tampak sangat kekalahan tapi Heat pulang ke hotel dengan kemenangan.

Lakers tak tinggal diam melihat area kuncinya dihancurkan Jimmy seorang diri. Davis ditugasi menjaga Jimmy sepanjang gim 4 dan lebih ketat di paruh kedua. Jimmy tak berkutik sedangkan Bam yang kembali tampak tak mampu memberi banyak bantuan dengan gaya bermainnya yang antik. Lakers kini hanya berjarak satu kemenangan dengan gelar juara ke-17 mereka.

Gim lima masih berjarak dua hari lagi. Lakers sudah menyiapkan jersei mamba berwarna hitam, seolah sudah meyakini mereka akan mengangkat trofi di malam itu. Narasi memang akan sangat tepat jika Lakers berhasil juara. Kematian tragis Kobe Bryant, pandemi virus korona, “gelembung” NBA, isu rasial, final paling ideal (meski tak seimbang), dan menutup musim dengan jersei spesial untuk Kobe.

(Baca juga: Lakers dan Florida, Kebetulan atau Tidak?)

Namun, kita semua tahu bahwa narasi Heat juga tak sepele. Heat musim ini tak seharusnya masuk final. Mereka berjuang mati-matian membangun skuat dan kedatangan Jimmy seolah menjadi momen di mana mereka semua bersatu menuju gelar juara. Latihan jam tiga pagi di waktu orang tahajud, badai cedera silih berganti, kejutan para ruki (Herro dan Kendrick Nunn), berkembangnya salah satu penembak jitu terbaik terpanjang sejarah dalam diri Duncan Robinson, Bam menjadi fasilitator, hingga Dragic yang perkasa di usia senja, mereka juga bisa memiliki akhir manis dengan gelar juara.

Mari kita tunggu bagaimana Erik Spoelstra mersepon perubahan strategi Lakers di gim 4 kemarin. Sanggupkah ia menjawab pertanyaan yang disuguhkan oleh kehebatan bertahan Davis? Sanggupkah Heat menunda atau bahkan menggagalkan narasi indah penghormatan Lakers untuk Kobe? Dua hari lagi!

Foto: NBA

 

Komentar