Kasus penembakan Jacob Blake memantik reaksi dari para pemain NBA. Usai gim melawan Houston Rockets, garda Oklahoma City Thunder, Chris Paul, secara tegas mengecam kejadian ini. Tak lama berselang, megabintang Los Angeles Lakers dan NBA, LeBron James, juga mengutarakan kegusarannya atas ketakutan yang dialami warga kulit hitam di Amerika Serikat.
Terbaru, pemain Toronto Raptors, Fred VanVleet, juga angkat bicara mengenai kasus ini. Dalam sesi jumpa media di sela-sela latihan tim, Selasa, 25 Agustus 2020, waktu setempat, pemain yang akrab disapa Freddy ini juga mengutarakan sudut pandangnya.
Tak sekedar mengecam kejadian ini, Freddy juga menyampaikan kemungkinan aksi nyata untuk menunjukkan protes mereka, salah satunya dengan menolak bermain di gim pertama semifinal Wilayah Timur melawan Boston Celtics. Kabarnya, Raptors dan Celtics telah mengadakan pertemuan tim dadakan membahas kejadian ini dan respon yang akan mereka berikan.
(Baca juga: Jacob Blake, Korban Kebrutalan Polisi Terbaru di Amerika Serikat)
“Kita semua tahu, datang atau tidak datang ke sini (“gelembung” NBA) tidak akan menghentikan apa yang terjadi di luar sana. Namun, saya berpikir bahwa bermain atau tidaknya kami di gim akan memberikan tekanan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengambil langkah sesungguhnya,” buka Freddy.
“Kejadian ini terjadi di Kenosha, Wisconsin, kan? Di dunia yang sempurna, saya rasa langkah yang tepat adalah dengan kami semua menolak untuk bermain. Dengan itu, pemilik dari Milwaukee Bucks akan melakukan langkah pasti. Ia bisa memimpin gerakan untuk memberi tekanan kepada pihak berwajib di sana hingga bagian pemerintahan untuk membuat perubahan sesungguhnya serta menghadirkan keadlian.”
“Saya tahu ini semua tidak mudah. Namun, di akhir dari semua ini, jika kita duduk di sini dan bicara mengenai membuat perubahan, rasanya kita harus berani menempatkan nyali kita di sini dan siap untuk kehilangan sesuatu yang nyata ketimbang sekadar uang dan citra kita. Sekarang kami semua di sini harusnya mengambil tanggung jawab. Apakah kita benar-benar peduli dengan apa yang terjadi di luar sana, atau sebenarnya kita hanya merasa keren dengan tulisan “Black Lives Matter” di layar dan kaus yang kita gunakan. Apa sebenarnya arti dari ini semua? Apakah ini benar-benar berpengaruh?,” tutup Freddy.
Hal hampir serupa disampaikan oleh Marcus Smart, garda Celtics. Menurutnya, langkah-langkah protes yang dilakukan oleh semua pihak terbukti belum bisa mengubah keadaan. Dengan ini, ia meyakini bahwa harus ada aksi lain yang dilakukan. “Kami mencoba aksi damai dengan berlutut dan melakukan protes,” buka Smart. “Kami (pemain NBA) datang ke sini dan memainkan gim untuk mengutarakan pendapat kami. Namun, terlihat bahwa ini tidak berhasil dan jelas kami harus melakukan hal lain.”
“Untuk sekarang, fokus kami seharusnya tidak hanya kepada basket. Saya tahu bahwa ini adalah playoff, tapi kita masih punya masalah yang lebih besar untuk dipikirkan. Buruknya, hal yang kita lakukan untuk membantu masalah itu terbukti tidak berhasil. Kini, jelas kita harus melakukan pendekatan yang berbeda, kita harus mencari cara baru untuk menyelesaikan masalah ini,” pungkasnya.
Ucapan kedua pemain ini tampaknya cukup mewakili hasil dari pertemuan tim mereka. Boikot memang belum menjadi keputusan final mengingat kedua tim juga baru akan bertanding Kamis, 27 Agustus 2020, waktu setempat. Namun, bila nantinya boikot benar-benar dilakukan, maka ini akan menjadi salah satu bagian sejarah baru di NBA. (DRMK)
Foto: NBA