Kisah Filemon Basik Basik yang kesulitan mencari sepatu size besar sempat viral di media elektronik dan media sosial. Hal ini mendorong banyak pihak untuk ikut peduli. Salah satu pemain yang tersentuh untuk membantu Filemon adalah Adhi Pratama Prasetyo Putra. Center tim Pelita Jaya Bakrie Jakarta.

Adhi juga pernah merasakan betul sulitnya mendapatkan sepatu dengan size yang tidak lazim bagi kebanyakan orang di Indonesia. Karena itu, dia langsung tergerak setelah membaca cerita soal Filemon di DBL.id

Baca JugaIni Dia Filemon Basik Basik, Raksasa Muda Potensial dari Merauke

Center yang pernah memperkuat Timnas Basket Indonesia ini menyumbangkan salah satu sepatu miliknya. Untuk ikut dikirimkan bersamaan dengan paket berisi sepatu, bola, jersey, kaus kaki dari DBL Indonesia. 

Ada harapan besar dari Adhi. Agar talenta muda potensial seperti Filemon. Serta bakat-bakat emas dari Papua mendapatkan bimbingan yang benar. Karena nantinya, mereka bisa menjadi aset Indonesia di kejuaraan nasional dan internasional.

Mencari bakat pemain basket, menurut Adhi gampang-gampang susah. Sebab, ada bakat yang bagus dan mudah untuk didapatkan. Ada pula calon pemain dengan postur bagus, tapi tidak mendapatkan fasilitas yang baik. Untuk kasus kedua ini, kebanyakan terjadi di Indonesia untuk posisi center. Seperti yang kini dimainkan oleh Adhi Pratama.

Adhi membenarkan bahwa di Indonesia kini tidak banyak pemain yang posturnya bagus, dan bermain di posisi center. Hanya bisa dihitung jari, seperti Vincent Rivaldi Kosasih, Firman Dwi Nugroho, Galank Gunawan, M. Dhiya'ul Haq, Bryan Elang, hingga Henry Cornelis Lakay. Nama terakhir merupakan pemain muda yang juga berasal dari Merauke, Papua.

Adhi ikut senang karena belakangan ini, melalui Honda DBL, mulai bermunculan beberapa pemain dengan postur bagus (jangkung). Khususnya berasal dari Papua. Seperti Armando Fredrik Jagiwar Kaize dan Anthony Putra Aipassa. Kemudian ada yang sudah masuk timnas seperti Derrick Michael. Mereka pemain-pemain muda yang  menjadi harapan insan basket di tanah air. Di saat banyak yang menganggap perlu ada naturalisasi untuk posisi center, ternyata di ujung timur Indonesia, bisa ditemukan pemain seperti mereka. Bahkan yang terbaru, ada Filemon yang sudah punya tinggi 1,95 meter di usia 15 tahun.

"Saya juga kagum dengan pemain-pemain muda Papua. Selain punya modal postur yang tinggi, badan dan otot mereka juga atletis. Mereka juga skillfull. Ini yang jadi modal bagus," kata MVP NBL Indonesia 2014-2015 tersebut.

Adhi Pratama menunjukkan sepasang sepatu yang dikirimkan untuk Filemon Basik Basik. (Sumber: Dokumen Pribadi)

Soal sepasang sepatu yang dia kirimkan untuk Filemon. Menurutnya, itu sebuah simbol kepeduliannya dan bentuk dorongan semangat kepada Filemon agar bisa mengembangkan kemampuan.

"Saya ingin anak-anak seperti Filemon ini mendapatkan perhatian dari semua pihak. Mereka harus difasilitasi agar bisa mengembangkan bakat basketnya. Ini tanggung jawab kita berasama agar basket Indonesia bisa bersaing di level internasional," katanya.

"Mereka harus dimonitor terus perkembangannya. Juga harus diberi fasilitas yang memadai."

Filemon memakai sepatu pemberian Adhi Pratama. (Sumber: DBL Indonesia)

Salah satu bentuk fasilitas yang dimaksud Adhi seperti yang dilakukan DBL Indonesia. Lewat wadah Honda DBL (Developmental Basketball League) yang digelar secara konsisten di 30 kota dari 22 provinsi. Sehingga jadi panggung bagi potensi muda dari pelosok negeri. 

"Menurut saya yang telah dilakukan DBL Indonesia ini keren dan patut diapresiasi setinggi-tingginya. Bermunculannya bakat-bakat muda melalui liga SMA (Honda DBL), memastikan regenerasi basket di Indonesia, terus terjaga," ungkapnya. "Untuk Filemon, semoga bisa sukses terus dan rajin latihannya." 

Adhi berharap ke depan pemain seperti Filemon, Armando, Aipassa, dan pemain-pemain Papua lainnya bisa sampai ke liga profesional. "Karena mereka adalah masa depan liga basket Indonesia. Juga masa depan Timnas Basket Indonesia," tutupnya. (tor)

Foto: Hariyanto

Komentar