Pada tahun 2014, mantan bintang NBA Stephen Jackson merilis lagu berjudul "America Da Beautiful". Ia berkolaborasi dengan rapper legendaris, Scarface. Lagu tersebut berisi kritik terhadap rasisme sistemik yang terjadi di NBA, dan mengecam mantan pemilik tim NBA, Donald Sterling.

“Is this a court or is this a cotton field? Dear Mr. Sterling, here’s a speech for you. I had a dream the Klan had a sheet for you."

Sebuah petikan lirik lagu yang dinyanyikan oleh Jackson. Dirinya menyebut Sterling sebagai kelompok supremasi kulit putih yang terkenal jahat.

Saat lagu tersebut dirilis, Jackson sudah menjadi pemain NBA yang membela delapan tim berbeda, termasuk Los Angeles Clippers, Golden State Warriors, dan menjadi bagian dari San Antonio Spurs yang menjadi juara NBA 2003. Pada tahun 2014, Clippers membiarkannya menjadi pemain bebas agen dan tidak pernah ada kejelasan. Pada bulan Juli 2015, Jackson memutuskan pensiun dari NBA.

Tetapi komentarnya saat itu sangat tajam. Jackson yang sebenarnya tidak ingin pensiun, justru tidak mendapatkan tempat di NBA. Jackson menyebut bahwa 14 tahun kariernya berakhir hanya karena dirinya pemain kulit hitam.

"Segera setelah saya tidak diperpanjang oleh Clippers, orang-orang (kepercayaan) Sterling keluar," kata Jackson. "Memiliki satu pemilik tim yang rasis di liga. Rasanya terlalu naif kalau saya berpikir dia satu-satunya di liga."

Setelah merilis lagu berisi kritik pedas dan video musik yang provokatif, Jackson tidak pernah kembali ke NBA lagi. Menurut Jackson, setelah dia, tidak ada lagi pemain NBA yang membuat video mengecam rasisme di liga sejauh ini.

"Video itu mengandung banyak makna. Aku sudah mengambil sikap bahkan sebelum Colin Kaepernick berlutut," ujar Jackson.

Berjuang Untuk George Floyd

Pada tahun 2020, Jackson muncul sebagai pejuang kemanusiaan. Ia berjuang demi keadilan orang yang dianggap sebagai "saudara kembarnya". Dia adalah George Floyd. Orang yang terbunuh dalam aksi penangkapan oleh petugas kepolisian Minneapolis pada 25 Mei 2020. Floyd ditindih dengan lutut hampir sembilan menit. Dia berulang kali berteriak "I Can't Breathe".

Jackson muncul pertama kali menjadi pembela George Floyd. Videonya beredar luas di dunia maya. Kini dirinya dikenal sebagai tokoh utama dalam gerakan Black Lives Matter.

"Melihat saudara saya, yang saya sebut sebagai saudara kembar saya terbunuh, dan videonya bisa disaksikan seluruh dunia. Saya akan membelanya," tegas Jackson.

Stephen Jackson menggendong putri George Floyd. (Sumber: wsj.com)

Setelah kematian Floyd, Jackson melancarkan aksinya. Dia langsung terbang ke Minneapolis, muncul dalam beberapa wawancara, berpartisipasi di berbagai aksi demonstrasi dan pawai yang menyerukan keadilan sosial.

"Kematian saudara saya harus cepat diambil tindakan. Dunia melihatnya. Semua orang bisa melihat bahwa Floyd bukan ditangkap, melainkan dibunuh," katanya.

Jackson kini mengambil posisi sebagai juru bicara keluarga Floyd. Selain itu, ia juga bersedian menjadi juru bicara keluarga kulit hitam lainnya yang merasa ada anggota keluarganya mengalami ketidakadilan sosial.

Perjuangan Jackson Lebih Besar dari Karier Basketnya

Kematian George Floyd memicu gerakan internasional untuk mengakhiri kebrutalan polisi dan rasisme di dunia. Tetapi di tengah unjuk rasa tersebut, kembali muncul kabar duka. Rayshard Brooks (27 tahun) ditembak mati dari belakang oleh petugas polisi di Atlanta pada 12 Juni lalu.

"Tidak ada alasan untuk menembak pria yang lari menjauh. Karena dia bukan ancaman. Tidak dibenarkan pula menembaknya dari belakang. Itu pembunuhan. Itu benar-benar salah," kata Jackson berkomentar tentang kematian Brooks.

George Floyd, menurut Jackson, merupakan satu dari ratusan orang kulit hitam yang korban penembakan atau pembunuhan dengan motif lainnya. Semua dilakukan oleh petugas keamanan. Jackson berpendapat bahwa kebrutalan ini harus dihentikan sekarang. Semua orang harus mendukung gerakan ini.

Dari sini timbul masalah. Jackson menjadi orang yang memprotes NBA dilanjutkan kembali. Seharusnya NBA mendukung gerakan tersebut. Karena momentum seperti ini tidak akan datang lagi.

"Momen ini kita miliki sekarang. Semua orang berani melakukan aksi dan memprotes ketidakadilan sosial. Kita tidak akan pernah mendapatkannya kembali," jelasnya.

Stephen Jackson dalam saat berorasi dalam sebuah demonstrasi antirasisme di Amerika Serikat. (Sumber: essentialysports)

Pendapat tersebut kini sudah menyebar ke pemain NBA. Pemain bintang seperti Kyrie Irving dan Dwight Howard terang-terangan tidak akan bermain bulan depan. Mereka ingin fokus pada gerakan Black Lives Matter.

Jackson kembali mengeluarkan kritik pedas terhadap para pemilik tim NBA. Mereka dianggap lebih peduli tentang keuntungan yang mereka dapatkan dari pemain kulit hitam, daripada memanusiakan orang kulit hitam.

"Semua orang akan menonton NBA, dan semua orang akan fokus pada LeBron James yang berusaha mendapatkan gelar juara," katanya. "Pemilik tim NBA tidak peduli tentang kami (pemain kulit hitam). Mereka hanya peduli kami menggiring bola, melempar bola, berlari di lapangan, dan menghasilkan uang. Mereka tidak peduli sepupu kecil kami baru saja ditembak polisi. Itu tidak akan berpengaruh pada mereka."

Jackson mengatakan, perjuangannya sekarang untuk kehidupan kulit hitam yang lebih baik, itu dianggap lebih besar dari karier bola basketnya. (tor)

Foto: Associated Press

Populer

Lakers Selama Ini Mencari Sosok Dalton Knecht
Hasil Rapat Sixers Bocor, Paul George & Joel Embiid Kecewa
Tripoin Franz Wagner Gagalkan Kemenangan Lakers
Menyerah di G League, Rodney Hood Pensiun & Ingin Jadi Pelatih
Luka Doncic Cedera, Kabar Buruk Bagi Mavericks
Rencana NBA Pakai Format Pickup-Style untuk All-Star Game 2025
Spurs Raih Dua Kemenangan Beruntun Tanpa Wembanyama 
Pemain Bintang yang Cedera di Bulan Pertama NBA 2024-2025
Kolaborasi Unik Puma MB.04 dan Scooby Doo
Faktor Pembeda Kekalahan Indonesia dari Korea Selatan