Umur 15 Tahun Tinggi 1,95 meter, Kesulitan Cari Sepatu Basket Ukuran 50
Tanah Merauke memang istimewa. Salah satu kabupaten di provinsi Papua yang terletak paling ujung timur nusantara ini kerap melahirkan talenta basket berbakat. Ditunjang postur yang atletis. Tinggi menjulang serta berotot. Sangat tepat untuk menopang sistem bermain pada cabang olahraga yang yang ditemukan oleh James Naismith. Seorang guru olahraga dari Amerika Serikat ini.
Sepanjang gelaran Honda DBL (Developmental Basketball League) Seri Papua sejak 2009. Telah muncul beberapa pebasket potensial asal Merauke. Dengan tinggi badan lebih dari 190 sentimeter. Beberapa diantaranya bahkan sudah berkiprah di level profesional hingga Timnas.
Kini, satu lagi ’permata’ dari tanah Merauke yang siap diasah. Namanya Filemon Basik Basik. Umurnya baru 15 tahun. Tapi tingginya sudah mencapai 195 sentimeter! Berasal dari sebuah daerah terpencil. Tepatnya dari Kampung Salor, yang merupakan bagian pemerintahan distrik Kurik (setingkat kecamatan). Kurang lebih 146 kilometer jaraknya dari ibu kota Merauke.
Pemuda yang baru saja lulus dari SMPN 7 Salor ini diterima di SMAN 1 Kurik untuk tahun ajaran 2020/2021 ini. Lewat jalur prestasi. Karena dengan tinggi badannya serta kemauannya, dinilai punya potensi.
Nama Filemon mendadak viral di media sosial. Setelah foto-fotonya diunggah oleh pelatih basket Frans Lucky Liptiay di laman facebook miliknya @frans.liptiay.5. Dalam unggahannya, Lucky memperkenalkan keistimewaan Filemon. Sekaligus keluhan soal mencarikan sepatu basket yang pas ukurannya untuk calon anak didiknya tersebut.
Coach Lucky adalah guru sekaligus pelatih tim basket SMAN 1 Kurik. Di pentas Honda DBL Seri Papua, kiprah Coach Lucky sangat disegani. Sebelumnya, dia berkiprah sebagai pelatih dan pembina tim basket SMAN 1 Merauke.
Polesannya berhasil mengantarkan sederet prestasi membanggakan. Juga melahirkan talenta-talenta muda berbakat dari tanah Merauke. Bahkan beberapa anak didiknya berhasil menembus Honda DBL Indonesia All-Star.
Guru sekaligus pelatih tim basket SMAN 1 Kurik, Merauke, Frans Lucky Liptiay (kiri) bersama Filemon Basik Basik. (Foto: Dokemen Pribadi)
"Saya sendiri yang datang langsung datang ke Kampung Salor dan berjumpa dengan dia (Filemon). Waktu kali pertama melihat posturnya yang begitu tinggi, saya tanya dia suka cabang olahraga apa. Dia jawab suka basket,” cerita Coach Lucky.
Kampung Salor, lanjut Coach Lucky, sengaja dituju untuk misi talent scout. Karena dikenal sebagai gudangnya atlet berbakat. Karena hampir sebagian penduduknya memiliki postur tinggi dan kekar. ”Timotius Sokai Ndiken, pemegang rekor dan peraih medali emas dasa lomba dan lempar lembing SEA Games 1991 hingga 1995 juga berasal dari Kampung Salor,” terangnya.
Di pentas liga profesional (IBL), juga ada nama Melki Sedek Basik Basik. Pemain dengan tinggi 195 sentimeter yang memperkuat tim Bank BPD DIY Bima Perkasa Jogjakarta itu menurut Coach Lucky juga berasal dari kampung yang sama dan punya hubungan kerabat dengan anak didiknya, Filemon.
”Kekayaan alam di Kampung Salor sangat berlimpah. Gizi warga di sana sangat terpenuhi dengan sangat baik. Mau makan tinggal ambil udang di sungai yang airnya bersih dan segar. Pingin daging, tinggal berburu rusa atau babi di hutan. Mau minum susu atau madu juga gampang didapat. Karena itulah, secara fisik mereka tinggi dan kekar,” paparnya.
Saking besarnya, sampai-sampai Coach Lucky dibikin pusing mencarikan ukuran sepatu yang pas buat Filemon. ”Tinggi saya 185 sentimeter. Ukuran sepatu saya antara 46 atau 47. Saya coba pinjam sepatu basket saya ternyata masih kekecilan juga. Mungkin saja ukuran sepatunya 50 atau lebih. He he he,” lanjutnya.
Coach Lucky sangat berterimakasih kepada DBL Indonesia. Karena dengan cepat merespons serta mendengar keluhannya. Dan berjanji akan membantu mendapatkan sepatu basket dengan ukuran yang pas buat Filemon.
”Pelan-pelan saya akan coba didik dan bina dia (Filemon). Semoga saja tahun ini atau tahun depan, dia siap berkompetisi di Honda DBL. Dan bisa juga menembus skuad DBL Indonesia All-Star seperti beberapa anak didik saya sebelumnya,” pungkasnya. (*)
Foto: Dokumen Pribadi Lucky Liptiay