Covid-19 memaksa sebagian orang untuk tetap di rumah. Namun, bukan berarti tanpa kegiatan. Adhi Pratama, senter Pelita Jaya Bakrie, misalnya, punya kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan tangguh jawabnya sebagai kepala keluarga sekaligus seorang atlet.

Saya mewawancarainya mengenai hal tersebut. Kami mengobrol cukup lama. Bahkan, sempat membahas soal gim Nintendo Switch yang sedang dimainkan Adhi. Kebetulan saya sudah menamatkan gim tersebut.

Selama liga hiatus, apa yang kamu lakukan?

Biasalah, lagi tidak ada liga seperti ini, saya jaga anak. Antar istri kerja. Sama latihan sendiri juga di rumah.

Berarti tetap ada kegiatan meski di rumah?

Iya, tetap ada. Kalau tidak lagi urus rumah, saya melatih…eh, bukan melatih, latihan maksudnya. Jogging di sekitar rumah. Tidak bisa jauh-jauh. Dekat-dekat rumah saja.

Harus banget, ya, dilakukan? Apalagi kamu atlet.

Iya, penting banget. Jaga badan itu sudah jadi tanggung jawab masing-masing.

Biasanya kalau offseason, masih ada latihan di lapangan dekat rumah, bisa menembak-nembak. Kalau sekarang, tidak ada sama sekali. Touch-nya pasti hilang.

Kami juga tidak tahu kapan akan latihan lagi. Sepertinya habis lebaran. Soalnya GOR juga pada tutup. Sekolah tutup. Saya bingung mau main basket di mana. Akhirnya, jogging dekat rumah. Main karet, main besi. Itu saja.

Covid-19, kan, belum mereda. Kamu sendiri menyikapinya dengan cara apa? Apalagi ruang gerak kita jadi terbatas.

Kalau saya, concern sama kesehatan diri sendiri. Biasanya kita bisa beraktivitas bebas, sekarang harus di rumah dulu. Sering punya waktu tidak melakukan apa-apa.

Cuma, sebagai atlet, saya punya tanggung jawab. Saya harus jaga kondisi. Istirahat yang cukup. Pokoknya jaga kesehatan. Harus banget itu.

Paling sisanya standarlah. Itu saja yang bisa dilakukan. Karena, memang sudah bisa melakukan apa-apa. Paling main gim.

Main gim apa, nih?

Sekarang saya lagi main Doraemon, nih.

Doraemon Story of Season?

Iya, seru hahaha.

Saya sudah tamat itu gim.

Eh, caranya bagaimana?

Ikuti jalan ceritanya saja. Fokus ke komunikasi sama warga. Soalnya itu yang bakal jadi pemicu cerita-cerita di Story of Season. Dulu saya mengulik sendiri. Ada beberapa hal, sih, yang mesti diperhatikan. Nanti saya share, deh.

Berapa lama main sampai tamat?

Sepertinya sebulan, deh. Soalnya tiap pulang kantor pasti main. Sering main sampai malam.

Oh iya, kamu belum punya istri, sih, jadi bebas.

Hahaha, iya makanya dihabiskan sebisa mungkin buat me time.

Terus kerjaan? Mainbasket sibuk apa saja?

Saya, sih, tetap menulis setiap hari. Ya, namanya juga kerjaan. Meski pun WFH (work from home), tetap mencoba produktif. Eh, balik lagi, kamu sekarang sudah punya anak. Ada perubahan tidak dari hidup?

Sudah beda, sih, kehidupan saya. Dulu masih sering main. Saya itu tipe orang yang sering main ke rumah teman. Ke rumah teman, ya, bukan nongkrong.

Sekarang sudah beda. Waktunya dihabiskan sama keluarga. Dulu tiap hari, habis latihan, tidur siang, pasti main. Jam delapan pulang ke rumah.

Kalau sekarang, habis latihan, tidur, main sama anak. Paling di rumah main gim. Itu saja. Beda banget sama dulu.

Menyenangkan jadi seorang ayah?

Wah, gila senang banget saya punya anak. Misalnya nanti anak saya melanjutkan karier saya, saya bisa kasih legacy. Buat jadi penerus saya.

Cuma, ya pasti ada banyak hal yang dikorbankan. Waktu saya sekarang buat anak, buat keluarga.

Kamu masih tinggal di Depok?

Masih, masih.

Berarti masih dekat sama anak-anak Depok Nation juga?

Masih, kok.

Mereka lagi begini tidak ada kumpul, dong?

Tidak, tidak ada. Mau bagaimana lagi?

Sebelum ini saja, saya sebenarnya sempat off. Susah cari waktu buat ketemu anak-anak. Soalnya Sabtu-Minggu ada pertandingan.

Makanya, saya serahkan ke yang lain. Cuma, kalau ada yang mau buka kelas, saya masih bisa. Soalnya kalau kelas, kan, waktunya bisa disesuaikan. Tidak perlu Sabtu-Minggu.

Berarti benar-benar padam komunitasnya? Atau justru ada kegiatan lain?

Off dulu. Sebenarnya kami mau latihan bareng lewat Zoom. Cuma ini belum jalan. Di sini, kan, anak-anaknya beda. Tidak seperti anak Jakarta. Jadi agak butuh effort.

Kalau mau di rumah, belum tentu bisa juga. Rumah saya sempit. Susah untuk latihan dribble atau apa.

Cuma ini, sih, misalnya ada yang mau privat masih bisa. Ada, tuh, teman saya seorang, dia ikut program menguruskan badan, datang ke saya.

Dia ikut Baim Wong Challenge itu. Ada program menguruskan badan. Kalau berhasil dapat hadiah.

Oh, siapa orangnya?

Ada, namanya Indra. Bukan Toni (Sugiharto). Indra namanya, teman sekolah saya.

Memang Baim Wong itu challenge apa, sih?

Apa, ya? Halu di rumah challenge atau apalah. Dia itu mau kasih hadiah buat orang yang punya effort bikin badannya bagus pas di rumah. Misalnya berhasil, dapat hadiah.

Kamu ikut?

Tidak, hahaha. Malu saya ikut-ikutan.

Ini programnya seperti apa buat Indra? Bikin sendiri?

Saya dapat ilmu dari Raul. Dulu sering latihan strength. Semuanya, sih, dari conditioning sampai bentuk otot.

Nah, saya dapat programnya. Saya jalani itu. Kebetulan ada teman yang mau jalani program diet. Ya, sudah, saya bilang bisa. Suruh datang ke rumah atau saya datang ke rumah dia. Buat jalani program tadi itu. Saling bantu aja dalam latihan.

Sebagai atlet, program-program itu berefek apa?

Dulu, kan, kalau latihan basket, ya latihan basket saja. Sekarang banyak yang latihan di luar basket, seperti yoga, pilates, dan lain-lain.

Waktu gym, kami di Pelita Jaya, misalnya, punya program. Tidak selamanya latihan di gym itu pakai alat. Kadang-kadang ada latihan plank. Ada banyak latihan tanpa beban yang bisa diaplikasikan di rumah. Jadi, lebih mudah, tidak perlu pakai beban. Itu efeknya ke tubuh kita, ke permainan kita juga.

Buat upaya pencegahan cedera juga, ya?

Iya, benar. Cedera itu, kan, karena ada otot yang tidak kuat. Ada otot yang dipaksakan. Nah, otot-otot itu kita latih supaya lebih siap untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu.

Lagipula, saya lagi maintain cedera juga. Kaki saya supaya tidak sakit lagi. Berat badan saya atur, cedera saya dibuat tidak kambuh lagi.

Sekarang kondisinya aman?

Aman, sih. Sebenarnya masih ada rasa sakit, tetapi tidak separah dulu. Sekarang sakit kalau melakukan gerakan tertentu saja. Kalau dulu, setiap gerakan, sakit banget.

Tahun lalu parah banget. Soalnya berat saya 115. Dengan berat segitu, sementara kaki masih cedera, jadi sakit.

Sekarang badan saya lebih ringan. Sudah turun ke 103—104. Sudah turun sekitar 10 kilogram. Rasanya enteng. Kaki jadi tidak begitu sakit.

Belakangan, kamu sudah dapat menit bermain, tapi masih harus rebutan sama pemain asing. Itu karena apa?

Saya evaluasi diri sendiri. Saya merasa kurang, sepertinya tidak menemukan ritmenya. Pas kemarin, saya dikasih kepercayaan sama Coach Ocky (Octaviarro Tamtelahitu), jadi punya motivasi sendiri. Saya dapat menit bermain, harus membuktikan diri.

Cuma, memang menit bermainnya tidak bisa sama dengan tanpa impor. Setidaknya saya bisa berkontribusi dengan menit yang terbatas. Soalnya tahun lalu saya merasa penampilan saya parah sekali. Kamu tahu sendiri. Saya dikasih menit bermain cuma berapa.

Tahun ini, saya dikasih kepercayaan sama Coach Ocky. Saya berusaha jawab itu dengan memaksimalkan diri. Saya juga tambah-tambah latihan dengan tripoin. Sudah mulai latihan dribble. Dari kepercayaan itu, saya jadi percaya diri lagi.

Coach Ocky baru musim ini pegang Pelita Jaya. Ada angin segar apa yang dibawa sama dia?

Banyak, sih. Dia orangnya detail banget. Saya akui dia detail.

Kami dituntut memiliki attitude yang baik sama dia. Bagus banget. Apalagi kami punya banyak pemain muda. Coach Ocky juga bisa mendengarkan masukan-masukan dari pemainnya. Orangnya terbuka.

Dulu saya pernah bekerja sama bareng dia waktu di Hangtuah. Saya sempat dilatih sekitar enam bulan. Cuma itu benar-benar berefek banget kepada saya. Dari motivasi, gaya bicaranya, merasa bisa dihargai.

Begitu musim ini bekerja sama bareng lagi, saya senang. Orangnya memang agak strict dulu. Ternyata sekarang lebih longgar. Fleksibel dia. Jadi, pemain muda juga bisa improve.

Dia kalau ada apa-apa juga diobrolkan. Kalau tidak suka, dia bicara. Jadi, kami tahu kesalahan kami di mana.

Pelita Jaya sekarang punya pemain asing yang baru. Ada Dior Lowhorn, sama siapa itu lainnya? Anaknya seperti apa?

Oh, ya Mike Murray sama Kevin Bridgewaters.

Kalau Dior, orangnya tidak mau kalah. Dia benar-benar tidak mau kalah. Kalau kalah, dia marah. Kalau kami jelek mainnya, pasti marah.

Kalau Kevin, kepemimpinannya bagus. Mampu bikin chemistry yang oke sama anak-anak. Dia sering bercanda.

Kalau Mike Murray, dia masih baru, masih adaptasi dengan gaya main kami.

Menurutmu, penampilan Pelita Jaya sebelum IBL ditunda seperti apa?

Penampilan PJ tahun ini, optimistis sekali. Kami punya senter yang dominan. Kevin juga step up. Pemain-pemain muda kami step up. Contohnya Govin (Govinda Julian). Terus, sebenarnya ada lagi, Agung (Kharis Agung). Cuma dia lagi cedera. Banyak pemain muda yang potensial.

Govin itu sudah layak buat seleksi timnas. Sayang saja liganya berhenti sementara. Belum tentu juga nanti, pas mulai lagi, kami dalam kondisi yang sama. Pasti harus latihan lagi, menyesuaikan diri lagi.

Sayang banget ini ada corona. Soalnya persiapan kami itu sudah dilakukan sejak Mei tahun lalu. Pas kami puasa, kami sudah latihan. Mulai lebih dulu. Parah.

Kami latihan lelah sekali. Makanya, begitu melihat PJ bisa step up, rasanya tidak aneh. Persiapan kami sudah dari jauh-jauh hari. Saya merasa sudah cukup persiapannya.

Kalau dinamika persaingannya menurutmu seperti apa?

Memang harus. Persaingan harus ketat. Selama ini, liga kita yang juara itu-itu saja. Meski pun pas IBL ini ganti-gantian, ya.

Nah, sekarang tim-tim ini berkembang. Ini bagus banget buat PJ karena jadi ada acuan yang lebih bagus. Kalau dulu sepertinya itu-itu saja. Taruh perhatian sama tim itu-itu saja.

Sekarang beda. Kami harus waspada sama semua tim. Itu Pacific (Caesar Surabaya), NSH (Jakarta), Satya Wacana (Salatiga), Louvre (Surabaya) pada bagus-bagus.

Saya, kan, sudah 11 tahun main di liga. Sudah lama. Dari 2009 itu saya sudah main Governor Cup kalau tidak salah. Sekarang sudah beda atmosfernya.

Dulu saya di Hangtuah. Kalau lawannya SM (Satria Muda Pertamina), sudah pasti kalah. Mentalnya sudah pasti kalah. Sekarang mau lawan siapa pun, mau dia leading sejauh apa pun, kami masih mau bertanding. Lebih seru.

Peran impor sekarang jadi dominan banget. Ada beberapa pemain yang memang menit bermainnya jadi berkurang, ada pula yang malah bertambah. Soalnya posisinya, kan, berbeda-beda. Apa yang dibutuhkan, itu yang dipakai.

Harapannya apa, nih, buat liga? Saat ini masih hiatus, tetapi ada kemungkinan lanjut.

Saya, sih, berharap bisa dilanjutkan. Kalau melihat keadaan, belum bisa diprediksi kapan. Adik saya saja di India belum bisa pulang. Adik saya kena lockdown.

Aduh, saya khawatir juga. Ini virus bukan di Indonesia saja. Di luar negeri juga ada. Sudah merasakan semua. Cuma di Indonesia saya rasa belum seserius itu menanganinya.

Kalau di luar, saya dengar ada rapid test gratis di jalanan-jalanan. Jumlahnya jadi ketahuan. Sekarang kita, kan, tidak tahu real-nya seperti apa. Saya ingin pemerintah mengambil tindakan tegas supaya bisa kembali normal. Itu efeknya ke IBL juga, kan.

Oke kalau begitu, terima kasih sudah mau wawancara. Itu sudah pertanyaan terakhir. Semangat terus.

Oke, terima kasih. Sukses selalu.  

Foto: Hari Purwanto

Populer

Pelatih Terkaya NBA Ternyata Bukan Pelatih Termahal Musim Ini
Charles Barkley Kritik Kebijakan Lakers Soal Bronny James
Ron Artest Doakan LeBron James Bermain Sampai 25 Musim
Mark Cuban Dilarang Duduk di Dekat Mavericks Selama Laga Tandang
Kawhi Leonard Otomatis Tidak Masuk Nominasi Gelar Individu NBA Musim Ini
James Harden Tampil Impresif Meski Dicemooh Pendukung Sixers Sepanjang Laga
Heat Berlindung Di Balik Performa Impresif Jimmy Butler Saat Kalahkan Mavericks
Scotty Pippen Jr. Bangkitkan Memori Sang Ayah di Chicago
Cavaliers Cetak Rekor 10-0 di Kandang Sendiri
Fred VanVleet Didenda Karena Menunjuk Wasit dan Berkata Kasar