Pelita Jaya mengalami banyak perombakan musim ini. Pertama, nama mereka berganti dari Pelita Jaya Basketball ke Pelita Jaya Bakrie. Lalu, di kepala pelatih, Octaviarro Tamtelahitu juga datang menggantikan Fictor Roring yang kembali ke jajaran manajemen.
Begitu pula di barisan pemain, beberapa pemain lokal senior memutuskan pensiun dan sebagai gantinya deretan pemain berusia awal 20-an tahun mengisi tim. Untuk barisan pemain asing, Pelita Jaya mengejutkan banyak pihak dengan mengambil Dior Lowhorn di malam draft.
Lowhorn datang ke Pelita Jaya kali ini dengan modal dua kali membantu Satria Muda Pertamina Jakarta melaju ke final IBL di dua musim beruntun sebelumnya. Namun, musim lalu, Lowhorn dan Satria Muda gagal pulang dengan gelar juara, tidak seperti musim sebelumnya.
Pun begitu, Lowhorn membuktikan bahwa ia masih menjadi salah satu pemain asing terbaik di IBL. Dalam 12 gim yang sudah ia mainkan, Lowhorn jadi pencetak angka terbanyak di liga dengan rata-rata 28,3 poin per gim. Ia berjarak hampir lima poin dengan top skor kedua liga, Michael Glover, yang menorehkan rerata 23,4 poin per gim.
Di luar itu, untuk rebound pun Lowhorn masih jadi yang terdepan. Catatan 13,6 rebound per gim Lowhorn mengalahkan Lester Prosper, pemain paling tinggi di liga yang membukukan 13,3 rebound per gim. Lowhorn juga jadi pemain dengan persentase turnover (TO%) terkecil di antara para top skor asing liga dengan catatan delapan persen.
“Tanpa mengurangi rasa hormat saya atas kemenangan Stapac Jakarta musim lalu, kami (Satria Muda) bermain dengan hanya satu pemain asing, saya saja. Hal itu cukup berat di liga seperti ini dan itulah yang saya rasakan. Oleh karena itu, saya tidak membawa kesedihan atas kekalahan itu terlalu berat,” terang Lowhorn saat saya bertanya tentang kekalahan di final musim lalu.
“Musim ini, saya cukup senang melihat apa yang kami (Pelita Jaya) catatkan. Kami bertumbuh dengan baik dari gim pertama hingga Seri 6 Surabaya. Kami menderita tiga kekalahan yang semuanya saya rasa datang tepat pada waktunya. Kami menang 2 – 3 laga beruntun, lalu kami kalah satu kali dan bangkit untuk menang beruntun lagi, itu respon yang bagus terutama dengan deretan pemain muda yang ada di tim sekarang,” lanjutnya.
“Saya hanya akan bermain dua tahun lagi, saya sudah selesai di usia 35 tahun. Saya berharap basket Indonesia bisa berkembang dengan kehadiran saya di sini. Saya sudah melihat beberapa perkembangan, tapi untuk di liga, konsistensi adalah hal utama yang harus mereka pegang teguh. Aturan-aturan yang terlalu gampang berubah bukanlah hal baik yang harus diteruskan."
"Untuk tim nasional, saya harap Indonesia bisa mempermudah pemain seperti Brandon Jawato bermain di SEA Games. SEA Games adalah harapan terbaik kalian sejauh ini, dan kalian butuh pemain sepertinya untuk berperestasi. Saat saya di Filipina, saya melihat pemerintah mudah sekali memberikan paspor untuk pemain naturalisasi jika cabang olahraga tersebut memang membutuhkan. Bisa-bisa, jika Anda mengajukannya hari ini, besok sudah jadi. Namun, di Indonesia proses yang ada sangat berbeda sekali dan justru menyulitkan tim nasional Anda sendiri, ini pandangan saya,” tutupnya.
Foto: Hariyanto