Kevin Durant dan Dinasti Baru Warriors

| Penulis : 

4 Juli adalah hari terbesar bagi penduduk Amerika Serikat karena tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Kemerdekaan Amerika Serikat. Bertepatan dengan itu, 4 Juli 2016, dunia olahraga di Amerika Serikat dikejutkan dengan kepindahan Kevin Durant, yang dianggap sebagai salah satu dari tiga pemain terbaik bola basket di dunia, ke Golden State Warriors – tim yang baru saja membukukan rekor 73 kemenangan dalam 1 musim reguler, terbanyak dalam sejarah NBA, walaupun akhirnya gagal mempertahankan gelar juara karena drama yang terjadi di final.

Kepindahannya dianggap kontroversial mengingat Oklahoma City Thunder, tim yang telah dibelanya selama sembilan tahun sejak berstatus rookie, hampir saja berhasil mengalahkan Warriors di babak play-off. Di saat seluruh penduduk Oklahoma tidak sabar untuk membalaskan kekalahan tersebut di musim depan, pemain terbaiknya ternyata pergi bergabung dengan tim yang mempecundangi mereka. Kevin Durant bak garam yang menari-nari di atas luka mereka.

Banyak pengamat dan bekas pemain yang mencibir keputusan Durant ini. Charles Barkley, salah satu Hall of Famer seangkatan Michael Jordan yang juga komentator NBA, mengatakan bahwa Durant berlaku “curang” dalam mendapatkan gelar, dalam artian ia hanya memilih jalur yang mudah untuk menjadi juara. Kenyataannya bukan hanya sebuah gelar juara yang dipertaruhkan di sini. Kita berbicara tentang kemungkinan terbentuknya dinasti baru bola basket. Sepertinya layaknya Durant yang baru berusia 27 tahun, 3 pilar Warriors lainnya masih berusia muda (Stephen Curry: 28, Klay Thompson: 26 dan Draymond Green: 26) dan memiliki 6-8 tahun sebelum memasuki masa pensiun. Mereka dianggap sebagai yang terbaik di generasinya, generasi pasca Draft 2003 yang legendaris (LeBron James, Carmelo Anthony dan Dwayne Wade). Bersama Warriors, Kevin Durant memiliki kesempatan untuk mendominasi NBA pada tahun-tahun mendatang, sesuatu yang mungkin tidak datang dua kali.

Kedalaman skuat

Untuk membayar jasanya, Warriors harus merogoh kocek mereka sebesar 27 juta dolar per tahun, angka yang tidak sedikit. Untuk itu Warriors harus melepas 2 pemain intinya: Andrew Bogut, Harisson Barnes dan kehilangan beberapa pemain pengganti yang cukup diandalkan seperti Leandro Barbossa, Festus Ezeli dan Mareese Speights. Padahal kedalaman squad merupakan modal utama mereka meraih gelar juara NBA 2014-2015. Sesuai dengan moto mereka “Strengh in Numbers”, semua anggota tim mendapat kesempatan main (minutes play) yang cukup dan bahu membahu menyumbang poin ketika para pemain kunci mereka dijaga ketat dengan double team. Beberapa kalangan menganggap kepergian masal para pemain akan jadi awal bencana bagi Warriors.

Tapi banyak juga yang lupa kalau saat ini Durant menggantikan posisi Harisson Barnes yang bermain sebagai small forward. Jika ingin mempertahankan Barnes, Warriors harus membayar nominal yang sama dengan yang ditawarkan Dallas Mavericks, yaitu sebesar 24 juta dolar per tahun – jumlah yang tidak jauh beda dengan yang cek harus dituliskan Warriors untuk Durant. Tanpa Durant pun, Warriors harus kehilangan beberapa pemainnya untuk membayar gaji baru Barnes. Dari segi statistik, Durant mencatat 28 points, 8 rebounds dan 5 assists per pertandingan, jauh diatas Barness dengan rataan 12 points, 5 rebounds dan 2 assists.  Tidak butuh seorang jenuis untuk mengatakan bahwa memilih Durant daripada Barnes adalah pilihan yang tepat.

Untuk mengatasi masalah kedalaman skuat, Warriors mengajak para pemain veteran bergabung dengan harga yang murah dengan timbal balik kesempatan untuk mendapatkan cincin juara. Dua pemain berkualitas: Zaza Pachulia dan David West telah menyetujui untuk bergabung dengan Warriors. Bahkan nama yang terakhir setuju dibayar dengan standar gaji minimum NBA yang “hanya” berkisar 1,5 juta dolar per tahun. Dengan regulasi pembatasan gaji per tim (salary cap) seperti sekarang, Warriors juga masih mampu mempertahankan Andre Igoudala dan Shane Livingston, dua marquee player yang mampu bermain di multi posisi dan membuat perbedaan baik dalam penyerangan atau pertahanan. Pada saat artikel ini ditulis, roster Warrios sudah berisi 13 pemain yang mengkombinasikan pemain yang berada di puncak usia, para veteran dan juga para rookie. Masih menyisakan 2 spot lagi untuk para ring-hunter veteran lainnya.

Super Team

Ada pepatah yang mengatakan: “Tidak ada Superman, hanya ada Super Team” – mengisyaratkan bahwa kolektivitas akan mengalahkan individu. Di NBA, tidak ada tim lain yang lebih cocok dari Warriors untuk diberikan label Super Team. Dengan starting line-up yang sekarang: Curry (PG), Thompson (SG), Durant (SF), Draymond (PF) dan Zaza (C), Warriors memiliki 2 MVP reguler (Curry dan Durant), 3 shooter terbaik NBA (Curry – Thompson – Durant), 4 elite defender (Thompson – Durant – Dreymod – Zaza) dan seorang big man yang banyak makan asam garam kompetisi (Zaza).

Tapi yang menjadi kunci keberhasilan Warriors membukukan kemenangan demi kemenangan di pertandingan krusial adalah ketika sang pelatih, Steve Kerr, memainkan small line-up mereka. Dikatakan small (kecil) karena mereka bermain menggunakan kecepatan dan bukan size (besarnya) tubuh mereka termasuk cepatnya mereka melakukan double team dan balik ke posisi awal jika diperlukan tanpa membiarkan salah satu lawan terbuka bebas, sampai-sampai small line-up mereka dijuluki “The Death Line-up”. Musim kemarin small line-up mereka berisikan Curry – Thompson – Barnes – Igoudala – Draymond. Mulai musim ini, posisi Barnes akan digantikan oleh Durant.

Komposisi Curry – Thompson – Durant – Igoudala – Draymond akan lebih mematikan karena Durant yang memiliki tinggi badan 2,08 meter dan bentang tangan 2,28 meter, lebih “besar” dibanding Draymond yang diposisikan sebagai center (tinggi 2,01 meter, bentang tangan 2.16 meter). Dengan kata lain, ketika bertahan ia dapat berada tepat di sebelah Draymond dengan bermain sebagai power forward atau jika diperlukan menggantikan Draymond bermain sebagai center dan kembali ke posisi favoritnya sebagai small forward ketika menyerang. Hal ini berbeda ketika Barnes yang bermain, karena size-nya (tinggi 2,03 meter, bentang tangan 2,11 meter) dan kemampuan bertahannya tidak sebaik Draymond dan acapkali Draymond harus berjuang sendiri menghadapi dua musuh yang lebih tinggi dibawah ring dan walhasil kehilangan bola. Dengan masuknya Durant, Warriors telah menggantikan mata rantai yang paling lemah di small line-up mereka.

Panasnya persaingan musim depan

Memiliki super squad bukan berarti lawan-lawan Warriors akan balik kanan dan otomatis menyerahkan gelar juara tanpa perlawanan. Kekompakan tim atau biasa disebut chemistry merupakan resep utama suksesnya sebuah tim. Masih segar diingatan bagaimana tim LA Lakers 2013 memiliki segudang nama mentereng seperti Kobe Bryant, Pau Gasol, Dwight Howard dan Steve Nash dan hancur lebur di tangan San Antonio Spurs ketika mereka bertemu di ronde pertama babak play-off. Untuk Warriors, Curry dan Thompson melakukan tembakan sebanyak kira-kira 40 kali pertandingan - hampir setengah dari rataan total tembakan yang dilakukan Warriors tiap pertandingan. Dengan masuknya Durant, Warriors harus mengakomodasi satu orang lagi pemain yang melakukan tembakan sekitar 20 kali pertandingan. Padahal hanya ada satu bola seperti yang disebutkan James Harden dari Houston Rockets di lini masa Twitter-nya, seakan menyindir para pemain Warriors. Menarik untuk disimak bagaimana ketiganya bisa bersinergi.

Selain itu tim-tim lainnya pun mulai menumpuk pemain bintang untuk menghadapi Warriors. Di Western Conference, San Antonio Spurs mengambil Pau Gasol untuk menggantikan posisi Tim Duncan yang pensiun di komposisi “The Big Six”: LaMarcus Alridge, Kawhi Leonard, Pau Gasol, Danny Green, Tony Parker dan Emanuel Ginobili. Di Eastern Conference, Cavaliers sudah memiliki komposisi pemain yang menghasilkan gelar juara tahun ini. Baru-baru ini mereka sudah menambahkan pemain jangkung yang cakap melakukan tembakan tiga angka, Mike Dunleavy, ke tim mereka. Bayangkan jika 1-2 pemain senior lainnya ikut bergabung. Semua ini seakan mengamini kicauan guard Los Angeles Clippers, Austin Rivers, di akun Twitter-nya bahwa persaingan makin depan akan semakin PANAS!!!

 

Foto: USA Today

*Penulis pernah bekerja dan tinggal di Amerika Serikat, termasuk ikut menikmati dan mengamati perkembangan NBA, NCAA dan WNBA dari tahun ke tahun.

Populer

Scotty Pippen Jr. Bangkitkan Memori Sang Ayah di Chicago
Tembakan Lebih Efisien, Nuggets Benamkan Lakers
Wemby Kembali, Spurs Menggilas Warriors
Takluk 41 Poin! Thailand Menambah Derita Indonesia
50 Poin LaMelo Ball Tidak Berarti Dihadapan Bucks
James Harden: Setidaknya Ada 2 Gelar Jika Thunder Tidak Menukar Saya
Trae Young Pilih Jordan Brand
Kelemahan Kings Makin Jelas Saat Takluk dari Clippers
Nasihat Ice Cube untuk Bronny James
Nike Air Force 1 Low "Black Mamba" Hadir Kembali