Balistik: Mewaspadai Kebangkitan Satria Muda

| Penulis : 

Indonesian Basketball League (IBL) 2020 sudah berlangsung enam seri. Selepas Seri 6 Surabaya, kini hanya terisas Seri 7 Malang dan Seri 8 Yogyakarta. Dengan ketentuan di awal liga bahwa Indonesia Patriots tidak akan berlaga di playoff, maka ada enam tempat playoff yang diperebutkan sembilan tim.

Sejauh ini, Patriots berhasil memenuhi ekspektasi pecinta basket Indonesia dengan bercokol di peringkat pertama IBL. Di bawah mereka, ada NSH Jakarta dan Pelita Jaya Bakrie yang sedari awal musim memang menunjukkan konsistensi permainan yang baik. Namun, hal yang menarik perhatian adalah peringkat empat IBL di bawah tiga tim atas, Satria Muda Pertamina Jakarta.

Musim ini mungkin jadi musim pertama Satria Muda tidak banyak diperbincangkan. Banyaknya pemain yang dipanggil bergabung ke Patriots dan keputusan manajemen untuk membawa dua pemain asing baru mendamping Gary Jacobs Jr. yang sudah memainkan musim keempatnya di liga menjadi sebab utamanya.

Dari skuat lokal yang ada, praktis hanya Sandy Ibrahim Aziz, Juan Laurent Kokodiputra, Rizal Falconi, Christian Gunawan, dan Avan Seputra yang sudah bermain untuk Satria Muda sejak musim lalu. Sebenarnya masih ada satu nama lagi, Kristian Liem, yang sudah bersama Satria Muda sejak musim lalu. Namun, ia tidak bisa bermain karena masih dalam penyembuhan cedera. Secara keseluruhan, maka hanya ada enam pemain lama dari 14 pemain (termasuk pergantian pemain asing) Satria Muda musim ini.

Tak hanya di barisan pemain, Satria Muda juga menjalani musim ini dengan nahkoda baru seiring kedatangan Milos Pejic. Pejic menggantikan Youbel Sondakh yang kini menjadi satu dari sekian asisten pelatih di Patriots.

Keraguan terhadap skuat Satria Muda musim lantas langsung muncul melihat performa mereka di Seri 1 Semarang. Dalam dua gim, mereka hanya mampu menang satu kali usai kalah dari Bank BPD DIY Bima Perkasa di gim kedua. Melaju enam gim setelahnya, Satria Muda pun hanya mampu meraih rasio kemenangan 50 persen atau menang empat kali dan kalah empat kali.

Namun, setelah rangkaian buruk itu, Satria Muda bangkit secara drastis. Dalam lima gim terakhir, atau sejak gim terakhir mereka di Seri 4 Yogyakarta, Satria Muda tidak tersentuh kekalahan. Tak sampai di situ, di lima gim tersebut, Satria Muda menang dengan selisih dua digit poin di empat gim dan hanya satu yang berjarak satu digit poin. Secara rata-rata, Satria Muda menorehkan perbedaan 15,8 poin dalam kurun gim tersebut.

Apa yang melandasi kebangkitan Satria Muda ini? Secara moral, tentunya kami tidak tahu perubahan apa yang terjadi di “dapur” Satria Muda. Satu-satunya perubahan yang terdeteksi adalah pergantian pemain asing dari Tyquan Scott ke Shawntez Patterson.

Shawntez sendiri baru bermain tiga kali dari empat gim yang memungkinkan dia mainkan. Satu gim di Surabaya ia harus absen karena mengalami gangguan kesehatan. Dalam tiga gim tersebut, Shawntez memang memberikan dampak kentara terbukti dengan rataan 0,92 poin per penguasaan bola. Catatan tersebut menempatkannya sebagai pemain dengan offensive rating tertinggi kedua di Satria Muda, hanya kalah dari Elijah Foster.

Terlepas dari masuknya Shawntez, Satria Muda memang benar-benar mematikan dalam lima gim terakhir mereka. Pertama, saya akan membahas offensive rating keseluruhan Satria Muda. Di lima gim terkahir, Satria Muda memiliki rataan efektivitas serangan 1,05 poin per penguasaan bola. Sementara di delapan gim sebelumnya, efektivitas serangan Satria Muda hanya 0,85 poin per penguasaan bola.

Catatan di atas tentu berpengaruh dengan rataan poin per gim Satria Muda yang sangat besar. Delapan gim pertama, Satria Muda menorehkan rata-rata 65,75 poin per gim sedangkan di lima gim terakhir, Satria Muda mengemas 79,0 poin per gim.

Tak hanya dalam menyerang, perubahan besar juga terjadi di pertahanan Satria Muda yang hanya membiarkan lawan mencetak 63,2 poin per gim di lima gim terakhir. Jumlah tersebut turun lima poin dari catatan Satria Muda di delapan gim sebelumnya yang membiarkan lawan memasukkan 68,25 poin per gim.

Secara statistik lanjutan pun, Satria Muda menunjukkan peningkatan di efektivitas bertahan (defensive rating). Lima gim terakhir, efektivitas bertahan Satria Muda adalah 0,84 poin per penguasaan bola. Sementara sebelum rangkaian tren apik ini, efektivitas bertahan Satria Muda adalah 0,88 poin per penguasaan bola.

Satu hal lain mengenai statistik lanjutan Satria Muda adalah efisiensi tembakan (eFG%) mereka yang luar biasa. Perlu diketahui, rata-rata eFG% liga adalah 45 persen. Sementara Satria Muda, dalam lima gim terakhir mereka berhasil membukukan eFG% di angka 53 persen. Satu-satunya tim yang memiliki eFG% lebih baik dari Satria Muda di kurun waktu yang sama adalah Indonesia Patriots.

Sedikit tambahan, catatan eFG% Satria Muda di delapan gim pertama mereka adalah 41 persen. Ya, Anda membacanya dengan benar, 41 persen. Ada kenaikkan 12 persen dalam lima gim terakhir.

Tingginya efisiensi Satria Muda memang datang karena Satria Muda melepaskan tembakan di area yang memiliki persentase masuk lebih tinggi. Dalam kurun lima gim terakhir, Satria Muda total melepaskan 334 tembakan. Dari keseluruhan tembakan tersebut, 152 tembakan datang di restricted area (jarak lima kaki dari jaring). Hebatnya, dari 152 tembakan tersebut, Satria Muda menorehkan akurasi 65 persen atau 92 tembakan masuk.

Setelah tembakan di restricted area, upaya tembakan Satria Muda terbanyak selanjutnya datang dari area sayap kanan (right wing) tripoin. Ada 40 percobaan tembakan dari area sana dan 14 menemui sasaran 43 persen. Area berbahaya Satria Muda selanjutnya adalah area tengah tripoin dengan 40 persen (24/9).

Hal ini cukup menarik melihat apa yang terjadi di dua area tersebut pada delapan gim sebelumnya. Area sayap kanan bukanlah area andalan tembakan Satria Muda di delapan gim tersebut. Area dengan percobaan tembakan terbanyak Satria Muda sebelumnya adalah sayap kiri tripoin dengan 63 percobaan. Sayangnya, di area ini, akurasi Satria Muda tak cukup bagus terbukti dengan 28 persen di delapan gim pertama dan 22 persen (31/6) di lima gim terakhir.

Satu kekurangan yang harus diperbaiki Satria Muda adalah akurasi mereka di area ujung tripoin. Hampir semua tim yang meraih gelar juara memiliki akurasi tinggi di dua ujung tripoin lapangan. Sementara Satria Muda, di lima gim terakhir justru mengalami penurunan. Di sudut kiri, akurasi Satria Muda hanya 27 persen (17/6) sementara di sudut kanan 20 persen (1/6). Khusus untuk sudut kanan, Satria Muda mengalami penurunan dari delapan gim pertama mereka di mana ada 20 percobaan dan masuk tujuh kali (32 persen).

Jika Satria Muda mampu meningkatkan akurasi mereka di area ujung tripoin, maka tim ini bisa jadi semakin berbahaya di dua seri yang tersisa. Bahkan, bukan tidak mungkin Satria Muda akan melesat di playoff jika performa lima gim terakhir terus dilanjutkan atau bahkan ditingkatkan. Untuk delapan tim lainnya, rasanya ini adalah waktu yang tepat untuk mereka mewaspadai kebangkitan Satria Muda. Karena jika tidak, Satria Muda akan menyerang dengan sangat cepat.

Data statistik: Didik Hariyadi

Foto: Hariyanto

 

Populer

Dalton Knecht Menggila Saat Lakers Tundukkan Jazz
LeBron James Hiatus dari Media Sosial
Luka Doncic Cedera, Kabar Buruk Bagi Mavericks
Shaquille O’Neal Merana Karena Tidak Masuk Perbincangan GOAT
Tripoin Franz Wagner Gagalkan Kemenangan Lakers
Perlawanan Maksimal! Indonesia Kalah dari Korea di Tujuh Menit Terakhir!
Tyrese Maxey Buka-bukaan Soal Kondisi Internal Sixers
Suasana Ruang Ganti Sixers Memanas
Hasil Rapat Sixers Bocor, Paul George & Joel Embiid Kecewa
Rencana NBA Pakai Format Pickup-Style untuk All-Star Game 2025