IBL 2020 menerapkan regulasi baru, yaitu penambahan pemain asing dari sebelumnya berjumlah dua orang menjadi tiga orang. Bertambahnya jumlah pemain asing tersebut otomatis menimbulkan dampak terhadap para pemain lokal. Berdasarkan data statistik penguasaan, 97 persen dari 35 pemain asing memiliki penguasaan di atas rata-rata liga atau juga berarti hanya satu pemain asing yang tidak memiliki penguasaan di atas rata-rata liga.
Tingginya dominasi para pemain asing seharusnya menjadi kesempatan bagi pemain lokal untuk bermain lebih efisien dengan cara memaksimalkan setiap penguasaan yang dimiliki. Namun, konsep tersebut belum sepenuhnya dipahami oleh kultur basket Indonesia, seperti terlihat di Piala Raja 2019.
Dua pemain tertinggi dalam hal rata-rata produktivitas angka di Piala Raja 2019, memiliki efisiensi serangan yang tidak jauh berbeda dari rata-rata liga meski menggunakan penguasaan bola lebih banyak 25 persen. Sebaliknya pemain peringkat ketiga rata-rata produktivitas angka memiliki efisiensi serangan jauh di atas rata-rata liga, bahkan melebihi satu angka pada setiap penguasaan dengan hanya menggunakan 21 persen penguasaan.
Ketika pemain asing bergabung, maka pemain lokal akan mengalami penurunan penguasaan bola. Hasilnya, para pemain lokal yang memerlukan penguasaan tinggi untuk menghasikan produktivitas angka tapi tidak memiliki efisiensi yang bagus akan kesulitan. Sebaliknya, pemain yang memilki efisiensi tinggi mungkin tidak akan terlalu kesulitan dengan kehadiran pemain asing yang menguasai banyak penguasaan. Bahkan, bukan tidak mungkin produktivitas mereka semakin meningkat.
Performa Kaleb Ramot Gemilang pada musim lalu bisa jadi contoh kasus di atas. Ia tidak terkena dampak hadirnya pemain asing karena dapat bermain efisien dengan memaksimalkan setiap kesempatan yang dimiliki.
Pada artikel kandidat pemain lokal terbaik, penulis memilih para kandidat dengan dasar yang tidak jauh berbeda dengan performa yang ditampilkan Kaleb, yaitu points produced didukung dengan permainan yang efisien (offensive rating). Penulis memilih lima kandidat untuk menjadi pemain lokal terbaik dengan rincian satu nama dari Louvre Surabaya, satu dari NSH, satu dari Satya Wacana, satu dari Indonesia Patriots, dan satu dari Pacific Caesar Surabaya.
Daniel Wenas (Louvre Surabaya)
Daniel Wenas memiliki points produced tertingi kedua di IBL musim ini, dengan rata-rata 10,5. Tingginya rata-rata points produced disumbangkan melalui faktor produktivitas angka. Ia memiliki rata-rata produktivitas angka 13,2 per pertandingan. Kontribusi produktivitas angka tertinggi berasal dari area tripoin. Bahkan, performa produktivitas angka Daniel di area tripoin berada di peringkat kedua liga. Ia memiliki rata-rata 2/6 upaya tembakan dengan efektivitas tembakan 33 persen.
Area sayap merupakan area yang memiliki kontribusi tertinggi terhadap produktivitas tiga angka Daniel. Tingginya produktivitas angka Daniel juga didukung dengan efektivitas tembakan di atas rata-rata liga. Dengan dasar tersebut, pemain bernomor punggung tujuh ini menjadi penembak tiga angka terbaik area sayap di setengah perjalanan IBL musim ini.
Rata-rata produktivitas angka Daniel di area dua angka sebenarnya juga impresif. Akan tetapi, efektivitas tembakan yang dimiliki berselisih empat persen di bawah rata-rata liga. Jika ingin memaksimalkan area dua angka, Daniel harus meningkatkan efektivitas tembakan di area perimeter dan area lima kaki.
Untuk saat ini, Daniel memiliki efisiensi serangan 0,97 angka pada setiap penguasaan. Ia masih dapat meningkatkan efisiensi serangan dengan mempertahankan performa di area sayap tiga angka dan meningkatkan efektivitas tembakan di area sudut, area atas, area perimeter, atau area lima kaki.
Widyanta Putra Teja (NSH Jakarta)
Sebelum dimulainya Seri 4 Yogyakarta, Widyanta Putra Teja memiliki performa yang seharusnya dicari oleh banyak pelatih, yaitu lebih tingginya points produced dibanding rata-rata produktivitas angka. Lebih tingginya points produced disebabkan Widyanta dapat berkontribusi bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan dapat berkontribusi untuk performa tim.
Peran Widy sebagai fasilitator diperlihatkan ketika melawan Pacific Caesar Surabaya dan Indonesia Patriots. Di dua laga tersebut, Widyanta memiliki rata-rata enam asis dengan rata-rata membuat dua turnover. Selain berperan sebagai fasilitator, Widy menyumbangkan rata-rata 1,1 angka pada setiap upaya tembakan.
Di Seri 4 Yogyakarta, Widy berhasil meningkatkan produktivitas angka dan efektivitas tembakan di area yang kurang maksimal di Seri 3 Jakarta, yaitu area lima kaki dari ring. Hal tersebut berdampak terhadap meningkatnya rata-rata produktivitas angka. Walau demikian, efektivitas tembakan di area lima kaki Widymasih di bawah rata-rata liga.
Meningkatnya produktivitas di area dua angka tidak berdampak signifikan terhadap meningkatnya points produced. Widy memiliki rata-rata points produced 9,4, hanya meningkat 0,1 dibandingkan seri sebelumnya. Menurunnya kontribusi asis di laga melawan Louvre Surabaya menjadi faktor points produced Widy tidak dapat meningkat secara signifikan.
Jika melihat performa Widy di musim ini, terdapat hal yang patut diapresiasi, yaitu peningkatan performa di area yang musim lalu menjadi kelemahan, area tiga angka. Ia berhasil meningkatkan efektivitas tembakan tripoin dari 16 persen menjadi 38 persen. Widy rata-rata melepaskan 1,8 upaya tembakan tiga angka.
Pada area dua angka, Widy menjadi pemain lokal dengan rata-rata produktivitas angka tertinggi. Akan tetapi, efektivitas tembakan yang dimiliki masih harus ditingkatkan. Performa lain yang perlu ditingkatkan adalah tembakan bebas. Pemain asal Surabaya ini menjadi pemain lokal dengan upaya tembakan bebas tertinggi kedua di liga. Namun, keadaan tersebut tidak dapat dimaksimalkan oleh Widy dengan efektivitas tembakan bebas di bawah rata-rata liga.
Dengan performa tersebut, Widy menjadi salah satu SBH lokal terbaik yang mampu menjalankan peran sebagai fasilitator dan penyumbang angka dalam empat Seri IBL yang sudah terlewati.
Henry Cornelis Lakay (Satya Wacana Salatiga)
Pada musim lalu, Henry Lakay menghadapi masa yang sulit dalam karirnya. Alumnus DBL All-Star 2015 itu diharuskan absen satu musim disebabkan cedera ACL. Absen satu tahun karena cedera jelas menjadi kerugian besar untuk pemain profesional karena terbuangnya waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk melakukan peningkatan performa.
Penampilan Lakay di musim ini, setelah absen satu musim, di luar ekspektasi penulis. Ia menampilkan performa seperti pemain yang tidak terkena cedera dengan rata-rata 7,3 points produced dari 11 persen TM Poss atau 0,7 angka pada setiap penguasaan. Penampilan impresif Lakay diperlihatkan ketika melawan Pacific Caesar Surabaya di laga penutup Seri 1 Semarang. Pada laga tersebut, Lakay memiliki 22 angka dari 11 upaya tembakan dengan efektivitas tembakan 100 persen.
Di usia yang masih muda, Lakay memiliki potensi sebagai 3PP untuk Indonesia. Berdasarkan peta tembakan, ia memiliki total 6 dari total 13 upaya tembakan tiga angka dengan efektivitas tembakan 46,2 persen. Selain memberikan ancaman dari area tiga angka, Lakay juga dapat memberikan ancaman di area yang menjadi wilayah kerja pemain berposisi forwarda atau senter, yaitu area lima kaki. Ia memiliki efektivitas tembakan 59,5 persen dari 37 upaya tembakan di area itu.
Lakay memiliki kemampuan yang menarik. Lakay, berposisi tradisional sebagai senter, dapat berperan menjadi fasilitator dengan rata-rata asis 1,6 dan ratio asis dibanding turnover diatas satu. Performa yang masih perlu ditingkatkan dalam hal tembakan bebas. Lakay memiliki upaya tembakan bebas di atas rata-rata liga, tapi efektivitas yang dihasilkan masih di bawah rata-rata liga.
Abraham Damar Grahita (Indonesia Patriots)
Abraham Damar Grahita, bersama Daniel Wenas, kami pilih di dua kategori, yaitu Most Improve Player (MIP) dan kandidat pemain lokal terbaik. Pemain yang sempat absen di Seri 1 Semarang itu menjadi pemain dengan rata-rata points produced tertinggi di IBL musim ini dengan 12,1 angka. Tingginya points produced juga didukung dengan permainan yang efisien. Ia memiliki efisiensi serangan 1,02 angka pada setiap penguasaan.
Abraham tidak memiliki efektivitas tembakan di bawah rata-rata liga. Pada area dua angka, produktivitas angka dan efektivitas tembakan berada di peringkat kedua. Kontributor produktivitas angka tertinggi berasal dari area tiga angka dengan rata-rata 1,9 dari rata-rata 5,5 upaya tembakan tiga angka. Secara keseluruhan, hanya ada tiga dari total delapan gim yang ia mainkan di mana efektivitas tembakan Abraham berada di bawah rata-rata liga.
Produktvitas dan efektivitas tembakan dari situasi bola mati juga berada di atas rata-rata liga. Abraham menampilkan performa yang berkebalikan dengan Widy. Ia menjadi pemain lokal tertinggi yang menghasilkan rata-rata upaya tembakan bebas dengan efektivitas tembakan bebas di atas rata-rata liga, yaitu 86 persen.
Performa Abraham dapat dikatakan sempurna jika dapat menurunkan persentase turnover. Untuk sementara Abraham memiliki persentase turnover 22 persen dari rata-rata 11,7 penguasaan, di atas rata-rata liga.
Indra Muhammad (Pacific Caesar Surabaya)
Ketika melihat points produced pemain lokal di IBL musim ini, terdapat satu nama yang memiliki points produced lebih tinggi dibandingkan Indra, dan memiliki selisih 0,6 angka. Namun, penulis lebih memilih Indra karena efisiensi serangan yang dimiliki Indra lebih tinggi dibandingkan pemain tersebut.
Jika membandingkan dengan pemain lokal di Pacific Caesar Surabaya, Indra bukan merupakan pilihan utama. Rata-rata penguasaannya masih kalah dibandingkan dengan Yerikho Tuasela. Indra memiliki 8,8 penguasaan berbanding 9,1 penguasaan milik Yerikho. Tingginya penguasaan tidak dapat dimaksimalkan oleh Yerikho. Indra lebih dapat memaksimalkan setiap penguasaan yang dimiliki untuk menghasilkan produktivitas angka. Ia memiliki efisiensi serangan 0,8 angka, sudah di atas rata-rata liga.
Indra merupakan kontributor ketiga produktivitas tiga angka Pacific Caesar setelah dua pemain asing, Luis Jacobo dan Taylor Statham. Yang menjadi catatan, Indra yang memiliki karateristik sebagai 3DR, belum menghasilkan efektivitas tembakan di atas 30 persen, meskipun sudah di atas rata-rata liga.
Efektivitas tembakan tertinggi Indra berada di area dua angka. Ia memiliki rata-rata produktivitas angka di atas rata-rata liga dengan upaya tembakan di bawah rata-rata liga, yaitu 1,8 dari 3,5 upaya tembakan dua angka. Area lima kaki menjadi kontributor utama area dua angka. Hanya terdapat 2 dari 8 laga, di mana Indra tidak memiliki efektivitas tembakan di bawah 50 persen di area lima kaki.
Pada musim ini, Indra mulai dapat memainkan peran sebagai fasilitator. Ia merupakan fasilitator kedua Pacific Caesar, di bawah SBH terbaik IBL, Jacobo. Rata-rata asis Indra juga meningkat sebesar 0,6 dibanding musim lalu.
Menarik menanti performa Indra jika diberikan kesempatan yang lebih seperti Louvre Surabaya memberikan kesempatan kepada Daniel.
Dengan points produced yang tinggi didukung dengan permainan efisien, Abraham merupakan unggulan utama untuk memperoleh penghargaan sebagai pemain lokal terbaik. Masih adanya setengah perjalanan di IBL musim ini, membuat keadaannya masih bisa berubah.
Foto: Hariyanto