Percaya Proses ala Sacramento Kings

| Penulis : 

Beberapa tahun lalu, Philadelphia 76ers membuat kebijakan yang super berani. "Mengorbankan" beberapa musim demi mendapatkan pemain-pemain muda terbaik via NBA Draft. Penggemarnya sempat murka, tapi akhirnya mengakui kalau itu strategi jitu. Karena sekarang, hingga beberapa tahun ke depan, Sixers adalah kekuatan besar di NBA dengan barisan pemain yang masih muda.

Apa yang dilakukan Sixers itu pun punya julukan kondang: "The Process." Langkah drastis yang dicoba ditiru oleh sejumlah tim lain. Langkah yang dianggap lebih baik untuk sukses jangka panjang, daripada beli superstar mahal untuk sukses jangka pendek.

Tentu saja, menirunya tidak mudah. Tidak semua tim bisa. Tidak semua tim berhasil. Saya bersyukur, tim favorit saya, Sacramento Kings, tampaknya tergolong yang berhasil menjalani prosesnya sendiri. Tidak seekstrem Sixers dalam mengorbankan musim, tapi menata tim lewat bintang muda. Tidak tergoda untuk memburu superstar walau punya uang dan jatah belanja besar.

Saya tidak tahu seberapa besar dan dalam Anda dalam mengikuti awal musim NBA 2019-2020 ini. Tapi, kalau ingin menonton pertandingan menghibur, jangan lewatkan game-game Kings.

Ya, mereka kalah lima game pertamanya. Mengawali musim dengan rekor 0-5. Tapi, pelatih baru (yang juga muda) Luke Walton tidak panik. Juga ketika dia harus kehilangan dua bintang utama karena cedera. Point guard secepat kilat, De'Aaron Fox cedera engkel parah, harus absen hingga mungkin Januari. Power forward atletis Marvin Bagley, yang mereka pilih walau melewatkan Luka Doncic, mengalami patah jari. Absen sejak game kedua hingga Rabu, 11 Desember.

Tim-tim lain mungkin bakal langsung "membuang" musim ini. Menyiapkan diri lagi untuk draft selanjutnya dan musim depan. Tapi tidak Kings yang ini. Segala masalah ini justru membuat tim itu menunjukkan karakternya. Karakter hustle, tak pernah menyerah, apa pun situasinya.

Tim ini baru saja menang tipis dua kali berturut-turut. Menang satu poin lawan Houston Rockets (119-118), lalu menang satu poin lawan Oklahoma City Thunder (94-93). Kedua game itu menunjukkan betapa Kings tak pernah mau menyerah. Sempat ketinggalan jauh bukan masalah. Kejar terus sampai tak bisa menang.

Alhasil, setelah menang atas Thunder, Kings berada di urutan tujuh wilayah barat. Posisi playoff. Sesuatu yang sudah mereka kejar sejak 2006!

Musim ini memang masih panjang. Kings memang belum tentu lolos playoff. Tapi tim ini sudah menunjukkan karakternya. Penggemar sejati tim apa pun, di olahraga apa pun, akan senang melihat tim yang tak mau menyerah. Walau mungkin rekor dan prestasinya tidak seperti yang diharapkan.

Dan seandainya lolos playoff, Kings akan menjadi ancaman berbahaya bagi siapa pun. Karena tim ini justru tampil lebih menggigit saat melawan tim-tim papan atas.

Di Los Angeles, mereka hanya kalah dua poin dari Lakers.

Walau menang satu poin atas Boston Celtics di kandang, mereka lantas hanya kalah satu poin dari Celtics di Boston.

Hanya kalah empat poin, dalam game sengit, dari Raptors di Toronto.

Lalu hanya kalah satu poin, lewat overtime, di kandang San Antonio Spurs (sekarang bukan papan atas, tapi ini tim tangguh).

Ingat, Kings juga mengalahkan Denver Nuggets di kandang lewat overtime. Setelah terus ngotot tak mau menyerah mengejar ketinggalan di kuarter keempat.

Ingat lagi, itu semua tanpa De'Aaron Fox dan Marvin Bagley III. Bagley baru kembali saat menang lawan Thunder 11 Desember kemarin.

Andai Kings jadi lolos playoff, tim-tim lawannya harus sangat hati-hati!

Tapi, andai kembali gagal lolos playoff, Kings sudah menunjukkan progres dan prospek luar biasa. General Manager Vlade Divac kini terlihat seperti orang pintar, setelah sempat diragukan ketika membuat keputusan-keputusan kurang populer di mata penggemar.

Kings memang tidak spektakuler dalam pembelian pemain di jeda musim lalu. Walau punya ruang belanja besar, dan dana cukup, mereka memilih menghindari para superstar. Bahkan, mereka menolak overspend (membayar berlebih) untuk bintang-bintangnya sekarang.

Kontrak Harrison Barnes diatur supaya semakin tahun justru semakin rendah, menjaga fleksibilitas belanja Kings pada tahun-tahun ke depan. Buddy Hield tetap dibayar mahal (kisaran 90 juta USD untuk empat musim), tapi itu bukan angka yang "menghancurkan" masa depan. Jauh di bawah bintang setara.

Kemudian, Kings justru belanja pemain-pemain "pekerja." Yang tidak bergaji besar, tapi bisa menjadi pendamping bagi bintang-bintang muda mereka.

Vlade Divac secara kondang menampik anggapan Kings tidak mau belanja superstar. Jawabannya hebat: "Lho, tim kami ini juga penuh dengan superstar. Hanya saja mereka semua masih muda."

Divac juga memastikan pemain-pemain yang dibeli usianya tidak terpaut jauh dengan bintang-bintangnya sekarang. Fox dan Bagley masih di bawah 21 tahun. Hield dan Barnes masih jauh dari angka 30.

Pemain pendukung mereka tahun ini berkontribusi dahsyat. Bisa berbagi menit, berbagi beban. Bogdan Bogdanovic masih 27 tahun, sama dengan Barnes. Nemanja Bjelica tergolong tua, tapi masih 31 tahun. Yang benar-benar "tua" adalah Trevor Ariza, yang pernah ke Indonesia untuk DBL beberapa tahun lalu. Usianya 34 tahun. Dan dia memang didatangkan untuk jadi "bapaknya anak-anak."

Tanpa Fox, Kings dapat kontribusi hebat dari dua point guard. Cory Joseph, 28, bertahannya dahsyat, mampu "mematikan" James Harden dan Luka Doncic. Yogi Ferrell, 26, mampu menjadi energi ekstra saat tim mulai lesu.

Dan, yang paling mendapat pujian di Kings sekarang, adalah center/forward, Richaun Holmes. "Hanya" digaji USD 3 jutaan semusim, sangat rendah untuk ukuran NBA, dia mampu menjadi motor bertahan maupun serangan. Umurnya juga masih 26 tahun.

Sekarang, dalam posisi mengejar playoff, Walton punya pekerjaan cukup memusingkan. Tim yang sekarang ngotot dan kuat. Bagaimana nanti kalau Fox kembali dari cedera? Karena kecepatan Fox membuat pola bermain tim bisa sangat beda dengan sekarang, yang punya defense kuat.

Entahlah. Itu urusan nanti.

Satu hal yang pasti, Kings tetap punya kekurangan kalau memang ingin mengejar playoff. Mereka kuat melawan tim kuat, tapi sering kecolongan melawan tim lemah. Misalnya saat kalah dari Chicago Bulls di kandang.

Kalau mereka bisa lebih konsisten, dan tidak melulu harus bikin degdegan penggemarnya di menit-menit akhir, tim ini bisa menjadi kekuatan besar baru di NBA.

Tanda-tandanya sudah ada. Prospeknya indah. Tinggal bagaimana menjaganya. Sebagai penggemar berat Kings, mungkin penggemar terberat Kings di Asia, saya jadi punya harapan lebih tinggi.

Maklum, sudah 13 tahun menunggu tim ini lolos ke playoff! (azrul ananda)

Populer

LeBron James Hiatus dari Media Sosial
Shaquille O’Neal Merana Karena Tidak Masuk Perbincangan GOAT
Perlawanan Maksimal! Indonesia Kalah dari Korea di Tujuh Menit Terakhir!
Tyrese Maxey Buka-bukaan Soal Kondisi Internal Sixers
Suasana Ruang Ganti Sixers Memanas
Grizzlies Hajar Sixers, Pelatih Taylor Jenkins Pecahkan Rekor Waralaba
Russell Westbrook Pemain Pertama Dalam Sejarah dengan 200 Tripel-dobel!
Jayson Tatum & Patrick Mahomes Rebutan Ekspansi Tim WNBA
Dalton Knecht Menggila Saat Lakers Tundukkan Jazz
Luka Doncic Cedera, Kabar Buruk Bagi Mavericks