Timnas basket putra Indonesia telah menyelesaikan pelatihan di Serbia selama sekitar tiga minggu dan melakukan sembilan pertandingan uji coba. Delapan pertandingan dengan tim dari Serbia dan satu pertandingan dengan timnas Bahrain. Walau rata-rata hasil akhir dari uji coba tersebut tidak dapat dijadikan sebagai tolok ukur kemajuan progres timnas basket putra sejak William Jones Cup 2019, tapi catatan hasil evaluasi ini dapat memberikan gambaran kasar mengenai performa permainan timnas basket putra.

Tabel di bawah ini merupakan data yang didapatkan dari hasil perhitungan secara manual pada setiap pertandingan uji coba tim Indonesia di Serbia. Para atlet diberi nilai dengan skala A-E berdasarkan hasil perhitungan statistik yang dihubungkan dengan perannya.

Terdapat satu atlet dengan grade A- yang berarti bahwa performa atlet tersebut sudah cukup kuat dalam mendukung kesuksesan tim, tapi masih terdapat sedikit kekurangan yang kurang terlalu bermakna dalam mempengaruhi performa tim secara keseluruhan. Dalam kasus ini, Abraham Damar Grahita memiliki nilai TO% yang sebesar 19 persen dan menurunkan efisiensi serangannya sehingga tidak mencapai nilai 100.

Terdapat enam atlet yang mendapat grade B yang berarti bahwa performa para atlet tersebut masih belum cukup untuk mendukung kesuksesan tim. Kaleb Ramot Gemilang dan Mei Joni adalah dua kontributor utama dengan efektivitas dan produktivitas tembakan yang tinggi. Namun, keduanya memiliki nilai TO% yang sangat besar dan menurunkan efisiensi serangannya hingga di angka 80. Demikian pula dengan Andakara Prastawa, yang bahkan memiliki nilai efisiensi serangan di bawah angka 80 oleh karena tingginya jumlah kesalahan sendiri.

Laurentius Oei dan Kevin Sitorus memiliki efektivitas dan efisiensi tembakan, serta efisiensi serangan yang di atas rata-rata tim. Walau demikian, efektivitas dan produktivitas dua atlet ini masih belum mencerminkan pemain yang berkarakteristik SPP (Laurentius Oei) dan 3PP (Kevin Sitorus) yang dapat menjadi andalan utama timnas. Selain itu, Laurentius Oei memiliki kelemahan dalam hal tembakan gratis dengan persentase yang hanya sebesar 50 persen. Sementara Kevin Sitorus memiliki efektivitas tembakan 3P yang hanya sesear 30 persen.

Muhammad Hardian Wicaksono adalah salah satu atlet yang paling sedikit melakukan kesalahan sendiri, sehingga nilai efisiensi serangannya melonjak hingga di angka 90. Walau demikian, atlet ini masih bermasalah dalam hal konsistensi tembakan yang akhirnya menurunkan rata-rata efektivitas tembakannya hingga sebesar 49 persen.

Terdapat satu atlet yang mendapat grade C yang berarti bahwa performa atlet ini tidak cukup untuk mendukung kesuksesan tim. Dalam kasus ini adalah Vincent Kosasih yang hanya berkontribusi besar dalam hal rebound. Namun, Vincent memiliki efektivitas dan produktivitas tembakan yang sangat rendah. 

Terdapat satu atlet yang mendapat grade E yang berarti bahwa atlet ini tidak berkontribusi positif dan bahkan menjadi beban di dalam tim. Dalam kasus ini adalah Hardianus Lakudu yang memiliki efisiensi serangan sangat rendah oleh karena rendahnya efektivitas tembakan dan tingginya nilai kesalahan sendiri.

Terdapat lima atlet yang tidak dapat diberi penilaian karena kurangnya waktu bermain dan kesempatan. Lima atlet tersebut adalah Avan Seputra, Reza Guntara, Indra Muhammad, David Nuban, dan Reggie William. Menariknya adalah, Indra Muhammad yang tampil cukup produktif pada William Jones Cup 2019 ternyata hanya diberi kesempatan tampil yang sangat sedikit.

Evaluasi Efisiensi Serangan

Tim Indonesia memiliki rata-rata penguasaan sebesar 77 dengan rata-rata nilai efisiensi serangan sebesar 0,91 angka dan rata-rata nilai efisiensi pertahanan sebesar 114,8 angka. Terdapat peningkatan nilai efisiensi serangan bila dibandingkan dengan ketika di Jones Cup 2019 yang hanya sebesar 0,7 angka. Perbaikan efisiensi serangan tersebut disebabkan oleh peningkatan efektivitas di sektor 2P yang mencapai 51 persen. Walau demikian, peningkatan efisiensi serangan tersebut terkesan masih kurang optimal karena menurunnya efektivitas di sektor 3P yang hanya sebesar 32 persen dan masih tingginya jumlah rata-rata kesalahan sendiri yang mencapai 18,2.

Berdasarkan hasil perhitungan empat faktor kesuksesan, menunjukkan bawa tim Indonesia memiliki nilai eFG% yang sebesar 50 persen, nilai TO% yang sebesar 22 persen, nilai OR% yang sebesar 21 persen, dan nilai FT Rate yang hanya sebesar 17 persen. Dari angka-angka tersebut, terkesan bahwa tim Indonesia masih tampak kurang meyakinkan di semua faktor kemenangan.

Abraham Grahita, Kaleb Gemilang, dan Mei Joni menjadi kontributor utama di sektor 3P sekaligus memiliki efektivitas tembakan 3P yang di atas rata-rata tim. Kaleb dan Joni sama-sama memiliki efektivitas tembakan 3P yang sebesar 35 persen dari masing-masing 26 upaya tembakan 3P. Sedangkan Abraham memiliki efektivitas tembakan 3P sebesar 38 persen dari 40 upaya tembakan 3P. Kaleb dan Joni telah menjadi kontributor utama sejak di Jones Cup 2019 dan masih tetap konsisten hingga saat ini. Sementara Abraham semakin memperlihatkan progres peningkatan yang impresif sejak penampilannya yang kurang terlalu meyakinkan di Elang Cup 2019 pasca cedera pergelangan kaki.

Andakara Prastawa, Kevin Sitorus, dan Muhammad Wicaksono merupakan kontributor di sektor 3P lainnya. Namun, mereka memiliki efektivitas tembakan 3P yang di bawah rata-rata tim. Prastawa adalah atlet dengan total upaya tembakan 3P yang tertinggi (54 upaya tembakan 3P), tapi hanya berhasil memasukkan 30 persen di antaranya. Wicaksono masih bermasalah dalam hal konsistensi tembakan dan bahkan terdapat lima pertandingan di mana ia memiliki catatan efektivitas tembakan 3P yang di bawah 30 persen. Kevin Sitorus yang diperhitungkan sebagai salah satu atlet 3PP terbaik di Indonesia saat ini, masih belum menunjukkan produktivitas yang meyakinkan di sektor 3P.

Tim Indonesia masih mempertahankan masalah klasik yang telah berlangsung bertahun-tahun lamanya, yaitu kesalahan sendiri. Tidak ada perubahan yang bermakna jika dibandingkan dengan catatan saat berkompetisi di Jones Cup 2019. Kesalahan sendiri yang dilakukan tim Indonesia adalah sebesar 22 persen dari rata-rata 84,5 kesempatan untuk mencetak angka.

Ironisnya adalah, para pemain yang bertugas menjadi fasilitator adalah pemain yang paling bertanggung jawab terhadap tingginya jumlah kesalahan sendiri. Prastawa melakukan 30 persen kesalahan sendiri dari 116 penguasaan, Hardianus melakukan 41 persen kesalahan sendiri dari 49 penguasaan, dan Reggie melakukan 48 persen kesalahan sendiri dari 7 penguasaan.

Timnas Indonesia sudah berusaha untuk meningkatkan efisiensi serangan dengan cara meningkatkan produktivitas di sektor 2P. Abraham Grahita (54 poin), Laurentius Oei (52 poin), Kaleb Gemilang (40 poin), dan Andakara Prastawa (38 poin) adalah para kontributor utama di sektor 2P dengan efektivitas yang di atas rata-rata tim. Walau demikian, tingginya persentase kesalahan sendiri tersebut masih menjadi salah satu faktor utama penghambat kemenangan tim Indonesia. Dengan banyaknya kesalahan sendiri menyebabkan nilai Floor% yang masih belum mencapai standar minimal untuk mengalahkan Filipina, yaitu sebesar 50 persen (rata-rata Floor% saat beruji coba di Serbia adalah 40 persen).

Evaluasi Efisiensi Pertahanan

Performa yang terlihat cukup bermakna peningkatannya adalah efisiensi pertahanan dari sebesar 127 ketika Jones Cup 2019, menjadi 114 pada saat beruji coba di Serbia. Intensitas pertahanan yang dilakukan tim Indonesia berhasil membuat lawan melakukan rata-rata 18,4 kesalahan sendiri. Menariknya adalah peningkatan intensitas pertahanan juga diikuti dengan penurunan jumlah pelanggaran yang dilakukan tim Indonesia, bila dibandingkan dengan Jones Cup 2019. Keberadaan Abraham Grahita dan Andakara Prastawa menjadi salah satu faktor utama meningkatnya kualitas pertahanan tim Indonesia di area perimeter dan area luar.

Selain itu, terlihat pula peningkatan performa defensive rebound, yaitu memiliki nilai DREB% sebesar 64 persen (nilai DREB% saat Jones Cup 2019 adalah 50 persen). Semua atlet yang bermain di atas 10 menit, berkontribusi untuk melakukan defensive rebound dengan jumlah rata-rata sebesar 1,9. Tinggi badan tampaknya tidak menjadi masalah bagi Abraham Grahita untuk menjadi pencetak defensive rebound terbanyak untuk tim Indonesia, yaitu sebanyak 27.

Apakah Tim Nasional Basket Indonesia Siap Berkompetisi di SEAGames 2019?

Jawabnya adalah siap untuk menjadi peserta seperti biasanya, tapi belum siap untuk meraih gelar juara selama masalah kesalahan sendiri (masalah fundamental) masih belum diatasi. Masalah kesalahan sendiri ini adalah masalah kronis di perbasketan Indonesia selama bertahun-tahun, yang telah terbukti menjadi faktor utama penghambat kemajuan dan jauh lebih penting untuk ditangani secara lebih serius (kalau memang mengetahui solusinya) daripada mempermasalahkan tinggi badan dan naturalisasi.

Sementara itu, para altet Indonesia yang bertubuh kecil ternyata bisa meningkatkan performa rebound tim secara keseluruhan walau berhadapan dengan para atlet Serbia yang bertubuh besar-besar (lebih besar dari rata-rata atlet di Jones Cup 2019).

(Baca juga: Jelang SEA Games 2019, Timnas Coret Dua Pemain dan Tanpa Naturalisasi)

Analisis Data: Didik Haryadi

Foto: Abraham Genta Buana

Populer

Dalton Knecht Menggila Saat Lakers Tundukkan Jazz
LeBron James Hiatus dari Media Sosial
Luka Doncic Cedera, Kabar Buruk Bagi Mavericks
Shaquille O’Neal Merana Karena Tidak Masuk Perbincangan GOAT
Perlawanan Maksimal! Indonesia Kalah dari Korea di Tujuh Menit Terakhir!
Suasana Ruang Ganti Sixers Memanas
Tyrese Maxey Buka-bukaan Soal Kondisi Internal Sixers
Grizzlies Hajar Sixers, Pelatih Taylor Jenkins Pecahkan Rekor Waralaba
Russell Westbrook Pemain Pertama Dalam Sejarah dengan 200 Tripel-dobel!
Jayson Tatum & Patrick Mahomes Rebutan Ekspansi Tim WNBA