Unggul sejak kuarter pertama, CLS Knights Surabaya terpeleset di kuarter terakhir. M88 Aspac Jakarta berhasil membalikkan keadaan dengan mengambil posisi unggul untuk pertama kali di kedudukan 65-64. Rentetan poin dan momentum Aspac tidak coba dihentikan Wahyu W. Jati, kepala pelatih CLS Knights.
Aspac akhirnya kembali mengalahkan CLS Knights. Skor akhir, 75-70. Ini adalah kekalahan kedua CLS Knights hingga Seri 3 musim ini. Dua-duanya berasal dari Aspac.
Apa yang terjadi di laga tadi (kemarin 27/2)?
"Game plan saya di kuarter 1, 2, 3 sudah jalan. Ball moving, open space, pick and roll, jalan semua. Di kuarter terakhir, tidak ada safety. Setiap turn over mereka selalu dapat easy lay-up."
Coach Wahyu seperti menimpakan kesalahan ke pemain. Adakah kekalahan ini karena kesalahan keputusan coach Wahyu? Begini, coach Wahyu mengambil time out di kuarter ketiga. Padahal CLS Knights sedang unggul. Akibatnya, ketika Aspac sedang mendapatkan momentum di kuarter terakhir, coach Wahyu tidak bisa mematikannya karena -mungkin- sisa satu time out akan digunakan di saat genting di detik-detik akhir.
"Saya ambil time out (di kuarter tiga) karena mereka mulai skor-skor terus. Saya harus stop itu. Silahkan lihat rekamannya. Mereka mengejar dengan tambahan poin beruntun. Saya harus stop momentum mereka. Kalau tidak, akan terus begitu. Logika di basket ya begitu. Kalau lawan sudah dapat momentum, harus dihentikan. Bisa dengan time out atau melakukan foul."
Keputusan itu membuat coach Cacing (julukan coach Wahyu) tidak bisa mengambil time out di kuarter empat di mana kondisi kurang lebih sama krusialnya.
"Tidak juga. Sudah saya perhitungkan. Saya tanya ke asisten, kami perlu ambil time out atau tidak. Sekali lagi saya memang harus menghentikan momentumnya. Bisa time out atau foul."
Apa yang paling sulit ketika menghadapi Aspac?
"Sebenarnya begini, main basket itu intinya adalah bagaimana kita bisa me-manage diri. Kalau kamu punya rasa ingin menang lebih besar daripada musuh, maka kamu kemungkinan besar akan menang. Kalau saya lihat tadi, tidak ada winning spirit-nya. Tidak ada tiger's eyes-nya. Kalau itu ada, waktu defense, kamu akan mati-matian untuk defense lawan. Waktu offense, kamu akan tahu siapa yang sedang hot, siapa yang posisinya bagus. Itulah basket. Mudah sebenarnya. Mungkin tim belum biasa dengan sistem saya. Di mana pemain harus lebih konsisten, lebih fleksibel tetapi tetap dalam satu aturan. Beda pelatih, beda filosofi."
Foto: Dokumentasi IBL.