Letak lapangan Mainbasket bareng DBL Play yang berdekatan dengan gerai Compass di USS 2019 membuat saya bisa melihat sendiri membludaknya antrean para peminatnya. Bila Anda tiba di District 8 pada pagi hari, tampak ratusan orang rela mengantre di area lobi. Hal yang mereka tuju kebanyakan adalah membeli Compass. Hal itu saya simpulkan setelah mencoba menguping apa yang anak-anak muda itu obrolkan.

Pada artikel sebelumnya, saya sudah berbincang santai dengan Aji Handoko selaku desainer. Ia mendaku bahwa tidak ada seorang pun di dalam perusahaan sepatu yang memprediksi animonya akan sebesar itu. Setali tiga uang, saya ingin mencoba menggali lebih dalam tentang merek ini. Beruntunglah saya dapat bertemu dengan putri pemilik perusahaan sepatu berusia puluhan tahun tersebut.

Sosok yang saya temui bernama Gladys. Ia tidak berkenan mengutarakan nama lengkapnya. Namun, suaranya yang lantang dan tegas cukup membantu jalannya proses transaksi pembeli. Segala proses yang terjadi ia awasi langsung dengan ibu dan saudara laki-lakinya. Meluangkan waktu sesaat untuk menjalani proses wawancara saja sudah sangat bagus. Apalagi obrolan dilakukan di tengah keramaian manusia pemburu sepatu lokal di USS.

Compass dulu adalah sepatu rakyat yang kemudian melakukan pengenalan ulang (rebranding). Bagaimana bisa keputusan itu membawa dampak sebesar sekarang?

Semua ini soal momentum. Tahun 2018, kami mencoba memanfaatkan momen Asian Games dengan membuat Compass Gazelle edisi Bangga Indonesia berwarna merah-putih. Menurut saya, edisi ini jadi pemicunya.

Ayah saya selaku pemilik dan Aji (Handoko) sudah membicarakan rencana pengenalan ulang ini sejak lama. Momentum itu kami elaborasi untuk membuka mata masyarakat Indonesia tentang Compass. Tentu saja saya harus menyebut internet dan media sosial yang jadi senjata utama. Penggabungan dua poin itu yang menurut saya berpengaruh besar.

Dari segi produk, apa saja perbedaan dari sebelum dan sesudah pengenalan ulang?

Produk baru kami buat dengan tampilan lebih modern namun tetap membawa unsur retro. Durabilitasnya juga jauh lebih baik.

Pertumbuhan pengikut di Instagram juga melejit dengan pesat. Apa ada strategi khusus?

Tidak ada sama sekali. Meningkatnya jumlah pengikut kami terjadi secara organik. Dugaan saya, kami slogan bahwa Compass adalah sebuah kebanggaan nasional jadi penyebabnya. Itulah mengapa beberapa waktu belakangan kami berkolaborasi dengan band, anak muda berpengaruh, dan memberi dukungan untuk bidang lainnya.

Apakah Compass sudah memprediksi konten pemasaran tersebut menghasilkan dampak berupa animo yang sebesar ini?

Jujur, semua sama sekali tidak menduganya. Kami di bidang internal sejujurnya kaget. Terutama bagian produksi. Semuanya kaget dengan apa yang terjadi setidaknya setahun ke belakang. Apa yang terjadi benar-benar berada di level yang berbeda. Terima kasih yang sebesar-besarnya bagi mereka yang sudah rela bersabar untuk membeli Compass.

Di luar sana, ada banyak calon pembeli yang mengeluh kesulitan mendapatkan produk Compass. Apa tanggapan Gladys?

Pada kesempatan ini saya menekankan bahwa kami tidak pernah secara sengaja membuat kondisi yang dikeluhkan para konsumen di luar sana. Kapasitas produksi kami sekarang benar-benar tidak siap untuk memenuhi permintaan sebesar ini. Gambarannya sudah tertuang di video blog (vlog) milik Tirta Mandira Hudhi. Ia melakukan kunjungan ke pabrik beberapa waktu lalu kemudian mendokumentasikannya.

Pabrik Compass masih mempekerjakan tujuh perempuan berusia dewasa yang sudah bekerja dengan kami selama puluhan tahun. Mereka layak saya sebut karena dedikasi yang mereka tunjukkan. Bayangkan saja mereka harus mengakomodasi permintaan ribuan pasang sepatu setiap harinya. Tentu kami tidak mungkin memaksa mereka bekerja melebihi jam kerja setiap hari. Mereka semua punya keluarga. Siang memproduksi sepatu, malamnya jadi ibu dan istri di rumah.

Untuk membuat Compass Gazelle “Vintage” itu saja kami terpaksa meminta mereka untuk bekerja tujuh hari penuh. Tentu ini dengan persetujuan dari para karyawan.

Tentang edisi “Vintage”, apa motif di balik desainnya?

Kami terinspirasi dari sepatu vulkanisasi yang populer tahun 1950-an. Harapannya adalah agar masyarakat bisa tahu seperti apa sepatu bersol karet di masa lampau. Konsep tersebut didukung dengan desain gerai yang tidak kalah klasik. Kami mengusung tema kios tukang cukur karena kultur barbershop sedang digandrungi.

Lalu, kapan Compass bisa meningkatkan produksi demi memenuhi permintaan yang begitu besar?

Rencana itu sedang kami susun dengan matang beberapa waktu ini. Ditunggu saja. Energi kami sudah terkuras habis untuk meramaikan USS.

Sejauh ini hanya Gazelle yang populer. Padahal, Compass punya varian produk lain.

Tentu saja kami punya, dan untuk varian lain, kami sudah merencanakan untuk diperkenalkan ke publik. Semoga bisa sepopuler Gazelle. Biar konsumen punya lebih banyak pilihan.

Apa pendapatnya tentang mereka yang menjual kembali Compass di pasar sekunder? Harganya pun lebih tinggi.

Perilaku tersebut berada di luar kapabilitas kami. Mungkin itu adalah dampak dari sulitnya mendapatkan Compass sementara permintaan tak pernah surut. Bahkan semakin deras.

Banyak sekali pihak yang menyarankan agar harganya dinaikkan. Namun, sejak awal berdirinya Compass, ayah saya memposisikannya sebagai sepatu yang bisa dipakai semua kalangan. Oleh karena itu, kami tidak ingin meningkatkan harga dan menetapkannya di banderol yang sekiranya bisa digapai semua orang. Compass adalah sepatu untuk semua.

Mimpi terbesar kami adalah agar orang Indonesia bisa pakai Compass.

Itu juga yang melatarbelakangi program bagi-bagi Compass di Instagram. Benar demikian?

Benar. Itu murni kami ingin menekankan bahwa semua orang bisa punya Compass. Maka dari itu, kami pilih mereka yang punya dedikasi dan memberi peran untuk lingkungannya. Tidak hanya itu, kami juga memilih rekanan penjaja Compass yang berangkat dari para penjual kecil. Diharapkan agar produk kami bisa membantu perkembangan bisnis mereka.

Segala rencana tersebut akan direalisasikan kapan? Tahun depan?

Doakan saja. Rencana yang saya sebut tadi sudah kami bicarakan dan harapannya akan direalisasikan dalam waktu dekat. Mohon doanya semua.

Foto: Compass

Populer

Dalton Knecht Menggila Saat Lakers Tundukkan Jazz
Lakers Selama Ini Mencari Sosok Dalton Knecht
Tripoin Franz Wagner Gagalkan Kemenangan Lakers
Hasil Rapat Sixers Bocor, Paul George & Joel Embiid Kecewa
LeBron James Hiatus dari Media Sosial
Luka Doncic Cedera, Kabar Buruk Bagi Mavericks
Shaquille O’Neal Merana Karena Tidak Masuk Perbincangan GOAT
Perlawanan Maksimal! Indonesia Kalah dari Korea di Tujuh Menit Terakhir!
Tyrese Maxey Buka-bukaan Soal Kondisi Internal Sixers
Suasana Ruang Ganti Sixers Memanas