Dokumentasi acara atau kegiatan jadi hal krusial. Di era modern seperti sekarang, rekam jejak dapat dilihat dari foto yang dihasilkan. Belanja daring pun acap kali terjadi karena kita sekadar melihat foto produknya tanpa merasa perlu memegang bendanya. Semoga hal itu bisa jadi gambaran bagaimana pentingnya foto bagus itu.

Liga basket Amerika Serikat sudah dimulai tahun 1940-an. Namun, mereka baru menyadari pentingnya penangkap momen bagi liganya kisaran tahun 1980-an. Ialah Andrew D. Bernstein, sosok yang terdaftar sebagai fotografer resmi NBA pertama. Bernstein pula yang mengabadikan beberapa foto legendaris para legenda. Mulai dari Larry Bird dan Magic Johnson bergandengan tangan di area kunci, Michael Jordan yang memeluk gelar juara pertamanya dengan menangis, hingga Kobe Bryant yang menyelupkan kedua kakinya dalam kontainer es. Ia seakan punya insting untuk mengambil gambar di momen yang pas. Definisi orang tepat di waktu yang tepat.

Andrew D. Bernstein adalah satu-satunya fotografer dengan masa bakti di NBA terlama. Ia bertugas sejak 1983, kurang lebih 36 tahun. Naismith Basketball Hall of Fame sudah memasukkan namanya ke jajaran sosok penting di NBA pada 2018. Hal itu jadi bukti betapa besar kontribusi pria asli Brooklyn itu. Berbagai pujian telah tersampaikan atas karya-karya legendarisnya.

Pegang Kamera Sejak Remaja

Bill Russell dan Julius Erving di NBA All-Star Game 1983. Ini jadi salah satu foto pertama Bernstein di NBA.

Melansir artikel milik SB Nation yang terbit 5 Maret 2012, Bernstein pertama kali mengenal kamera saat berusia 14 tahun. “Ayah membelikan sebuah (kamera) analog untuk saya. Lalu beliau mengajak pergi ke pesisir barat untuk berwisata. Kami sama-sama ambil foto. Ternyata foto yang saya buat lebih bagus darinya.. Itu membuka cakrawala saya untuk menekuni dunia fotografi,” tuturnya.

Melihat bakat itu, Bernstein masuk ke SMA yang punya nama besar dalam menghasilkan majalah sekolah dan buku akhir tahun. Ia didapuk menjadi editor dan kontributor foto. Jenjang kuliah ia memutuskan ke University of Massachusetts. Namun, ia tidak bisa mendapatkan ilmu fotografi yang dicari meski telah menyelesaikannya dengan nilai mumpuni. Studinya pun berlanjut di Art College of Design di California berbekal beasiswa. “Kampus itu seperti Harvard-nya desain dan fotografi. Dari sanalah saya memulai pekerjaan sebagai asisten fotografer di Sports Illustrated pada November 1982,” imbuhnya

Pemuda asli Brooklyn itu memadukan teori yang didapat di kelas dengan pengalaman di lapangan. “Waktu itu ada banyak kesempatan jadi jurnalis olahraga. Relasi juga berperan penting. Dari SI saya punya kenalan manejemen Los Angeles Lakers dan Sacramento Kings yang butuh fotografer. Lalu permintaan datang dari Los Angeles Dodgers yang bermain di MLB,” ceritanya. Berkarir di Kota Los Angeles membawanya ke perjalanan karir yang lebih lebar dan menantang.

Memulai Karir sebagai Fotografer Resmi NBA

Phil Jackson dan penggawa Chicago Bulls tahun 1990.

Dari rekannya yang bekerja di Lakers, ia dipertemukan dengan Peter McKinnon yang menjabat sebagai editor NBA Today. Berbekal pendidikannya di bidang fotografi, ia ditunjuk sebagai fotografer NBA resmi pertama. Tugas pertamanya adalah mengabadikan momen pada NBA All-Star Game, Februari 1983.

Baru-baru ini, laman Hypebeast menerbitkan hasil wawancara dengan pria berusia 59 tahun itu saat di London. Bernstein menceritakan secara detail apa yang ia alami hingga seperti sekarang.

Bernstein berkata bahwa tidak ada instruksi khusus baginya di tugas perdana. “Saya hanya diberitahu bahwa gim dimulai jam 12. Mereka meminta saya datang 30 menit lebih awal,” pungkasnya. Ia kemudian berkeliling di ruang ganti untuk mengambil foto tim saat berdiskusi. “Oh iya, saya hanya satu-satunya waktu itu. Hingga 1985, seingat saya maksimal ada tiga orang saja yang bertugas sebagai fotografer di pinggir lapangan. Berbeda dengan sekarang. Setiap gim didukung 20-an fotografer bersertifikasi sekaligus asistennya. Jumlah yang sangat besar!” imbuh Bernstein.

Akhirnya ia pindah ke New York untuk mendapat jatah tugas lebih banyak. Ia kemudian tinggal di sebuah apartemen yang jaraknya cukup dekat dengan kantor pusat NBA. Di sana, ia menyimpan berbagai gulungan film karyanya semasa merintis karir. Divisi resmi bidang perfotoan untuk NBA yang dinamai NBA Photos dibuka pada 1986 dengan Bernstein didapuk menjadi supervisor. Jabatannya diemban hingga tahun 2011.

Berteman dengan Legenda, Bersahabat dengan Kobe Bryant

Andrew D. Bernstein berswafoto dengan Kobe Bryant pada NBA All-Star Game 2016 di Toronto.

Bekerja sebagai pengabadi momen liga membuatnya mengenal para pemain. Nama pertama yang paling diingat di awal karirnya adalah Magic Johnson. Legenda NBA itu menyebutnya sebagai fotografer terbaik di NBA. “Dia tak hanya memfoto kami sebagai seorang pebasket, tapi juga merepresentasikan kami sebagai seorang laki-laki dan manusia biasa. Bernstein bisa mengerti saat-saat tepat untuk itu,” tutur Johnson tentang Bernstein pada 2012. “Pat Riley menyaksikan Johnson sedang merangkul saya. Ia jadi orang pertama yang menyemangati saya untuk tekun di bidang ini,” cerita Sang fotografer.

Pertemanannya dengan Shaquille O’Neal dimulai dengan sebuah insiden. Di tahun rukinya, Shaq pernah menabrak Bernstein yang sedang berjaga di bawah ring. “Lapangan di Orlando sangat sempit. Sebelah saya langsung papan iklan. Ia waktu itu tidak bisa menahan larinya dan nyaris menindih saya dengan badan besarnya,” ceritanya mengenang kejadian tahun 1992. Sejak itu mereka akrab satu lama lain.

Di antara relasinya dengan para pemain NBA, Kobe Bryant adalah pemain yang jadi sangat akrab dengan Bernstein bahkan hingga jadi sahabat karib. Legenda Lakers itu bahkan mengembangkan kemampuannya dari poster yang memajang foto karya Bernstein. Mereka pertama kali bertemu pada 1996, saat Bryant masih ruki. Sementara Bernstein sudah 12 tahun bekerja sebagai fotografer di NBA.

“Di usia 18 tahun, Kobe paham betul reputasi saya. Tidak semua anak muda bisa melakukan itu. Dia ternyata suka menyimpan foto karya saya untuk kemudian belajar bagaimana ilmu fundamental basket yang benar. Ia juga bisa membaca karakter pemain lain dari sana,” kata Bernstein. Yang membuatnya menaruh rasa hormat pada Kobe muda adalah bahwa ia tidak hanya melihat foto, namun juga kredit yang tersemat di pojok bawah dengan ukuran yang sangat kecil. “Kobe benar-benar mempelajari foto saya hingga ke detail paling kecil. Saya bahkan tidak pernah berpikir nama saya akan dibaca,” imbuhnya.

Mereka terus terkoneksi hingga sekarang. Kolaborasi terbaru hadir dalam buku Kobe Bryant berjudul “The Mamba Mentality: How I Play” di mana Bernstein berkontribusi dalam foto-foto yang ada di sana. Buku tersebut dirilis Oktober 2018 dan masih bisa didapatkan di toko buku impor.

Mendapat Penghargaan Tertinggi

Pada 17 Februari 2018, Andrew D. Bernstein dianugerahi Curt Gowdy Media Awards dan masuk dalam Naismith Basketball Hall of Fame bersamaan dengan Doris Burke. Burke sendiri adalah analis basket yang sudah terjun di NBA dan WNBA sejak 1999.

Inilah beberapa momen paling penting yang berhasil diabadikan Sang fotografer beserta judul foto:

"Forever Linked"

Larry Bird dan Magic Johnson beradu dapatkan rebound saat final NBA tahun 1987.

 

"Come Fly With Him..."

Michael Jordan akan melakukan slam dunk saat laga pramusim 1988 melawan Los Angeles Lakers.

"MJ: Champion, Finally..."

Michael Jordan memeluk piala juara NBA pertamanya pada 1991 sembari dipeluk ayahnya.

"Uncouchable? Unforgettable"

Kobe Bryant dan Phil Jackson merayakan kemenangan gim lima di final NBA 2009.

"Old Kobe Dunkin' Again"

Kobe Bryant mencelup kaki ke kontainer air dingin sebelum bertanding menghadapi New York Knicks pada Januari 2010.

LeBron James saat membela Miami Heat pada 2013.

"Brothers in Arms"

Kevin Durant memeluk Stephen Curry saat meraih gelar juara tahun 2017.

Foto sampul: Allen J. Schaben/Los Angeles Times

Foto dokumentasi NBA: Andrew D. Bernstein/NBAE/Getty Images

Populer

Scotty Pippen Jr. Bangkitkan Memori Sang Ayah di Chicago
Tembakan Lebih Efisien, Nuggets Benamkan Lakers
Wemby Kembali, Spurs Menggilas Warriors
Takluk 41 Poin! Thailand Menambah Derita Indonesia
50 Poin LaMelo Ball Tidak Berarti Dihadapan Bucks
James Harden: Setidaknya Ada 2 Gelar Jika Thunder Tidak Menukar Saya
Trae Young Pilih Jordan Brand
Kelemahan Kings Makin Jelas Saat Takluk dari Clippers
Nasihat Ice Cube untuk Bronny James
Nike Air Force 1 Low "Black Mamba" Hadir Kembali