Saya beberapa kali ditanya tentang itu oleh beberapa orang. Ada yang sekadar ingin tahu, ada pula yang bertanya detail dan mengungkapkan keinginannya untuk memiliki sebuah tim basket dan berlaga di liga profesional.

Berapa besar pengeluaran sebuah tim IBL per tahun tidak pernah saya ketahui dengan pasti. Namun pernah beberapa manajer tim mengungkapkan garis besar angka pengeluaran mereka setahun. Ada yang relatif besar, ada pula yang bikin menganga karena kok terdengar relatif kecil.

Entah apa menariknya mengetahui berapa pengeluaran sebuah tim basket profesional di Indonesia. Kecuali kalau kita memang ingin memiliki tim dan bermain di IBL. Mengetahui ongkos pengeluaran jadi faktor penting untuk mikir-mikir, kalau ingin ikut IBL. Walau seru juga, kalau hanya sekadar tahu. Menuntaskan rasa penasaran aja.

Untuk mengetahui kisaran pengeluaran satu tim basket di IBL sebenarnya cukup mudah. Caranya dengan mengira-ngira.

Mengira-ngira berdasarkan kebutuhan atau kewajiban pengeluaran tim tersebut setiap tahun. Saya pun melakukan ini akhirnya. Hal yang sebelumnya tak pernah saya lakukan.

Hasilnya, cukup membuat saya sendiri mengangguk-angguk. Antara terkagum-kagum dengan angkanya, dan takjub dengan niat pemilik tim untuk melakukan investasi ataupun “bakar duit” sebesar itu setahun, dan beberapa tahun yang sudah lewat dan akan datang.

Ada beberapa saluran yang membuat pemilik klub harus mengeluarkan uang dalam rangka memiliki sebuah tim di IBL. Berikut adalah daftar yang saya buat sendiri, dengan angka-angka yang saya pikir cukup masuk akal.

Gaji

Anggap saja sebuah tim IBL memiliki:

15 pemain

1 kepala pelatih

2 asisten pelatih

5 ofisial tim

(total 23 kru).

Setiap pemain kita asumsikan menerima gaji 10 juta per bulan (jangan protes kalau ada yang dapat lebih kecil dari ini atau lebih dari ini karena ini hanya asumsi. Tunggu tulisan kedua kalau mau lebih panjang lagi nanti ceritanya). Oleh karena itu tim harus mengeluarkan 1,8 miliar per tahun. Kita asumsikan gaji seorang kepala pelatih adalah 20 juta (rasanya ada pelatih IBL yang dapat lebih besar dari ini), maka setahun gajinya adalah 240 juta. Masing-masing asisten pelatih kita anggap mendapat 15 juta per bulan, maka totalnya 360 juta per tahun. Dengan mendapat masing-masing 8 juta per ofisial per bulan, maka tim butuh 480 juta untuk mereka per tahun. Total, pengeluaran gaji adalah 2,88 miliar.

Tempat tinggal

Dengan total 23 kru di setiap tim IBL, saya mencoba mengasumsikan bahwa mereka tinggal di kos-kosan dengan biaya sewa 2 juta per bulan. Di basket biasa disebut mess. Bentuknya ada rumah yang ditempati bersama, asrama, dan lain-lain. Angka 2 juta per orang per bulan bisa sangat mungkin berkurang karena para pelatih umumnya tinggal di rumah sendiri, beberapa pemain juga ada yang tinggal di rumah sendiri. Tetapi anggap saja mereka dapat tunjangan penginapan 2 juta per bulan. Sehingga kalau ditotal pengeluaran untuk tempat tinggal setahunnya adalah 552 juta.

Makan

Saya akan kasih makanan yang relatif mewah (setidaknya untuk ukuran saya. Hahaha). Harga satu porsinya 100 ribu per orang (eh, mewah, gak? Anggap saja begitu). Dengan asumsi tiga kali makan sehari dikalikan 365 hari, maka keluarlah hasil 2,5185 miliar per tahun.

Karena tinggal di mess atau asrama, setiap tim biasanya memiliki juru masak yang menyediakan makanan kapanpun dibutuhkan. Cara ini sepertinya lebih murah, dan tidak akan menghabiskan pengeluaran sampai 2,5 M setahun. Tapi balik lagi, asumsi kita, asumsi sederhana saja. *paragraf ini adalah kepingan kecil untuk tulisan kedua nanti.

Sepatu

Sepatu?

Setiap tim memberi jatah sepatu untuk setiap pemain, pelatih dan ofisialnya. Jumlahnya berbeda-beda setiap tahun. Ada yang dua kali per tahun, ada yang tiga kali. Kita ambil saja tiga kali. Terdiri atas dua sepatu basket dan satu sepatu lari atau olahraga lainnya. Bayangkan harga sepatu terbaru, terkeren, dari merek-merek ternama. Saya membayangkan satu orang dapat jatah 8 juta per tahun untuk beli sepatu. Total, setahun pengeluaran untuk sepatu adalah 184 juta.

Kuliah

Tim-tim IBL biasanya menyediakan beasiswa bagi para pemainnya. Ada yang hingga level S2. Untuk angka ini, saya sampai harus survey singkat dulu, tentang ongkos kuliah per semester di beberapa perguruan tinggi. Saya ambil 15 juta per semester, atau 30 juta per tahun. Kalikan dengan 15 pemain, akan ketemu angka 450 juta. Kru lain selain pemain anggap saja sudah tak lagi kuliah.

Kompetisi

Kompetisi IBL berlangsung di berbagai kota di Indonesia. Musim lalu, IBL berlangsung selama tujuh seri, tidak termasuk playoff. Untuk mengikuti kompetisi ini, ada beberapa kebutuhan pasti yang harus dibiayai: transportasi, hotel, dan makan (biaya makan kita hilangkan karena sudah termasuk hitungan makan di atas). Dari tujuh seri IBL dalam semusim, anggap saja satu seri berlangsung di kota asal tim tersebut. Artinya, ada enam kali perjalanan yang harus dilalui.

Sampai di sini, total pengeluaran kita sudah di angka 7.033.600.000,- alias sekitar 7 miliaran. Masih ada beberapa saluran pengeluaran lain lagi.

Latihan

Setidaknya ada dua tempat berlatih. Lapangan basket dan pusat kebugaran. Beberapa tim punya fasilitas tersebut. Beberapa lagi tak punya. Untuk yang tak punya, bagaimana? Ya harus sewa. Harga sewa inilah yang harus juga kita hitung.

Cari harga sewa ke sana ke mari, saya keluar dengan angka 500 ribu per jam. Bila rata-rata latihan di lapangan basket adalah tiga jam (termasuk persiapan dan pemanasan), maka tinggal ditentukan kemudian berapa hari dalam seminggu latihan di lapangan ini dilakukan. Saya ambil lima hari dalam seminggu dengan durasi tiga jam per hari. Latihan di lapangan juga saya mampatkan hanya delapan bulan dalam setahun. Karena terpotong libur tahunan setelah kompetisi, libur lebaran, serta libur natal dan tahun baru, dan lain-lain. Jadi, total biayanya adalah 240 juta. Hasil dari lima kali latihan per minggu dalam delapan bulan.

Seorang teman yang pernah bekerja di pusat kebugaran mengatakan bahwa biaya berlangganan atau menjadi anggota di sana sekitar 2 juta per tahun. Ok selesai. Saya langsung jadikan itu sebagai patokan. Anggap saja yang ikut latihan di pusat kebugaran hanya para pemain (15). Berarti keanggotaan mereka selama setahun adalah 30 juta.

Lain-lain

Masih ada beberapa biaya lain yang juga akan menguras kas. Misalnya saja belanja suplemen makanan dan vitamin. Katakanlah satu pemain dapat jatah 1 juta per bulan. Artinya, untuk 15 pemain dibutuhkan belanja suplemen 180 juta selama satu tahun.

Ada pula biaya tak terduga atau waspada. Misalnya kalau pemain sakit atau bahkan cedera. Ongkosnya pun lumayan. Lalu ada bonus kalau menang, bonus kalau juara, bonus tanpa sebab kalau bos sedang senang, dan lain-lain. Berapa sebaiknya biaya lain-lain ini disiapkan? Hmm, rasanya 1-2 miliar cukup. Ok, anggap saja 1 miliar.

Demikianlah, total semuanya ada 8.303.600.000,-. Bagi yang malas mikir seperti saya, akan saya bulatkan menjadi, “8,5 M lah.”

Benarkah sebesar itu?

Sekali lagi, itu hanya asumsi saya berdasarkan pengalaman mengamati dan berbincang dengan para pemain hingga manajer beberapa tim IBL. Apakah ada yang pengeluarannya sampai sebesar itu? Bisa jadi ada.

Ah, rasanya lebih banyak yang tidak sebesar itu.

Bisa jadi juga benar.

Kalau begitu, angka di atas berlebihan dong?

Kalau mau dikatakan berlebihan, bisa. Tapi sangat bisa pula dikatakan itulah angka yang cukup realistis. Kalaupun ada tim yang mengeluarkan dana lebih kecil dari total di atas, bahkan jauh lebih kecil dari itu, saya akan coba jelaskan bagaimana angka yang lebih kecil dari itu bisa dicapai.

Yup, di tulisan selanjutnya, pastinya.(*)

(bersambung)

 

Foto: Hariyanto

IBL

Komentar