Perang dagang Cina dan Amerika Serikat juga berdampak di bisnis sepatu. Presiden Donald Trump berencana untuk menaikkan pajak impor produk yang dikirim dari Cina sebesar 10-15% termasuk di dalamnya adalah produk busana dan sepatu. Kebijakan dijadwalkan akan dimulai per 1 September 2019 dan secara berkala diperluas hingga akhir 2019.
Ke-200 merek yang mengajukan protes hampir semuanya punya pabrik atau memproduksi produk jualannya di Negeri Tirai Bambu. Mereka dikoordinasi oleh Footwear Distributors & Retailers of America (FDRA) guna mengumpulkan suara protes. Semakin banyak yang menandatangani, semakin besar pula kemungkinan untuk menggoyah penerapan kebijakan itu. Dokumen surat protes tersebut bisa diunduh melalui tautan ini.
Menurut (FDRA), kenaikan 15% yang diusulkan akan membebani konsumen dengan tambahan AS$ 4 miliar setiap tahun dalam bentuk kenaikan harga. Mereka menyebut pajak baru ini sebagai "pajak tersembunyi" dan yakin akan memberi dampak besar pada konsumen. Di sisi bisnis, kebijakan tersebut menyebabkan kerugian yang signifikan bagi semua orang yang terlibat di dalamnya. "Menerapkan penambahan tarif impor pada mayoritas semua produk alas kaki dari Cina akan besar bagi konsumen. Mereka telah mengalami bermacam kenaikan harga karena konflik ini," tulis FDRA mengutip dari surat protes.
Trump pekan lalu berjanji untuk menaikkan tarif yang direncanakan sebesar AS$300 miliar untuk barang-barang konsumsi dari Cina, termasuk sepatu. Tarif tersebut mulai berlaku mulai 1 September untuk sebagian kecil produk. Meski demikian, sebagian besar lainnya akan tetap bebas penambahan bea sampai 15 Desember 2019.
“Presiden (Donald Trump) harus menyadari bahwa kenaikan pajak ini akan berdampak pada karyawan yang bekerja di bidang persepatuan. Di sisi lain, masyarakat yang ingin membeli sepatu baru akan semakin dibebani harga tinggi,” pungkas Matt Priest selaku Direktur FDRA kepada CNN. Merek sepatu, lanjut Priest, menganggap ini sebagai penghambat pertumbuhan pekerjaan dan dianggap sebagai pembunuh bisnis bagi gerai retail sepatu.
Dari 200 merek, sebagian di antaranya bergelut di kancah basket. Adidas, AND1, Avia, Converse, Fila, Nike, Puma, dan Under Armour. Semua memiliki pabrik di Cina dan mayoritas produknya dibuat di sana. Harga produk jelas akan naik bila pajaknya dinaikkan. Di sisi lain, masih ada beberapa merek sepatu gaya hidup yang turut terkena dampaknya seperti Vans, Birkenstok, Dr. Martens, Rockport, Timberland, hingga The North Face. FDRA juga merangkul gerai-gerai retail sepatu yang diwakili Foot Locker, JCPenney dan lain sebagainya.
(ajb)