Tak perlu lagi meragukan kapasitas Michael Jordan di kancah basket. Nike bahkan membuatkannya sebuah lini perusahaan memakai namanya dan sukses besar. Meski telah agung di kancah basket dan sneaker, tak banyak yang melirik betapa besar kecintaannya pada dunia otomotif. Untuk hal ini, Jordan bahkan pernah mendirikan sebuah tim balap motor meski pada akhirnya harus gulung tikar.
Ia sudah mengamankan dana tambahan bersama Nike. Namun, Jordan tetaplah manusia yang juga mengalami kegagalan. Setelah memastikan diri benar-benar pensiun pada 16 April 2003, ia berkilah akan membuat sebuah tim balap. Dengan pundi-pundi yang dimiliki, dibuatlah Michael Jordan Motorsport yang terjun ke kompetisi Superbike.
Dalam wawancaranya tentang proyek tersebut, Jordan mendaku punya kecintaan terhadap kendaraan roda dua sejak kecil. “Saya mulai bersepeda lintas medan (dirt bike) sejak usia tujuh atau delapan tahun. Tak butuh lama untuk jatuh cinta,” tuturnya dilansir dari rilis pers yang dipublikasi pada 2006. Masuk ke NBA dan menjadi pemain Chicago Bulls membuatnya tidak diperbolehkan bersinggungan dengan segala macam kegiatan luar ruang memakai motor. Resikonya dianggap terlalu besar untuk celaka. Jordan memang tidak mengalami kecelakaan apapun, namun ketakutakn Bulls justru terjadi pada 2003. Jay Williams, mantan pemain Bulls, nyaris meninggal akibat tabrakan kala ia sedang asyik mengendarai Yamaha R6. Kecelakaan ini menghancurkan karirnya.
Hasratnya akan sepeda motor terkungkung selama 14 tahun bermain di NBA. Maka dari itu, ketika ia bertemu dengan James Casmay di sebuah pom bensin, ambisi itu seakan jerawat pecah. Casmay merupakan penggiat balap motor amatir di Chicago. Ia menceritakan pertemuannya itu ke laman Forbes yang dipublikasikan pada 14 Maret 2005. Casmay lalu mempertemukan Jordan dengan Montez Stewart, pembalap berdarah afrika-amerika amatir. “Anda tahu apa yang Jordan bilang? Dia tiba-tiba saja berkata ‘menyenangkan sekali naik motor di jalanan, tapi akan lebih seru dilakukan di sirkuit’ semudah itu,” katanya.
Relasinya yang luas mempertemukannya dengan manajemen Clear Channel Communications Inc. setelah pertemuan di pom bensin itu. Perusahaan ini memberi akses penuh Jordan untuk mengembangkan tim balap motor dibantu dengan anak perusahaan mereka bernama SFX Sports Group. Brian Alexander, pewarta Forbes, melengkapi artikel ini dengan wawancara dengan Ken Abbott selaku direktur CCC. “Jordan menelepon sekitar bulan Januari 2004 agar dibantu membangun sebuah tim balap motor. Kami menjanjikan bantuan yang ia cari dengan ribuan relasi yang kami punya,” tutur Abbott.
Abbott lalu menghubungi pihak Yamaha di Amerika Serikat. Selang semalam, Jordan sudah menerima kabar bahwa pabrikan motor asal Jepang itu siap menyediakan motor besar sebagai aset utama yang dikirim langsung dari Negeri Sakura. Beberapa monster roda dua itu kemudian dimodifikasi Gemini Technology System guna meningkatkan performa hingga memenuhi standar balapan motor 1000cc. Gemini juga mewarna ulang motornya dengan biru muda khas University of North Carolina, almamater Jordan. Proses tersebut membutuhkan waktu dua bulan sebelum balapan pertama Michael Jordan Motorsport.
Montez Stewart adalah pembalap pertama yang mewakili tim Michael Jordan di Daytona International Speedway pada 2004. Sayangnya, Stewart hanya sampai ke kelas Superstock (Divisi 3) dan Supersport (Divisi 2). Pembalap lain bernasib demikian. Mereka tidak ada yang sanggup mencapai kelas tertinggi (Superbike). Untuk sebuah tim baru di kancah balapan, capaian hingga Supersport di tahun pertama terbilang baik. Namun, bagi Jordan dengan statusnya yang mentereng di basket, hal itu dianggap mengecewakan.
Pada 2008, Jordan beralih ke Suzuki dan memakai GSX-R1000. Ganti motor juga tak membawa hasil positif. Para pembalap hampir tidak pernah sekalipun naik podium selama 93 kali bertanding hingga tahun 2010. Jake Zembe dan Ben Bostrom hanya sekali naik podium di peringkat satu dan dua dalam dua balapan berbeda pada 2011.
Selang tiga tahun, Kreig Robinson mewakili Michael Jordan mengumumkan bahwa Michael Jordan Motorsport resmi dihentikan. Robinson menyebutkan bahwa apa yang sudah dijalani ternyata tidak sesuai dengan harapan tim. Mereka juga kesulitan mendapatkan sponsor guna meningkatkan pendapatan. Kucuran AS$ 1 juta per tahun dan AS$ 5 juta untuk operasional dari Jordan masih belum cukup membiayai ongkos pembiayaan pengembangan motor. Bila ditotal, Jordan sudah mengeluarkan AS$ 48 Juta lebih untuk tim balapnya. Angka itu belum termasuk biaya pembelian motor super mahal yang dikendarai para pembalap.
Persona Michael Jordan di kancah lapangan kayu memang mengagumkan. Namun, kesuksesan itu gagal ia bawa ke tim balapan motor yang ia kembangkan. Kini, Jordan tidak ada lagi tanda-tanda untuk kembali mengulangi penggarapan proyek lain di bidang otomotif.
Foto: Michael Jordan Motorsports