Tim nasional (timnas) Indonesia berhasil menduduki peringkat ketiga di Elang Cup 2019. Elang Cup sendiri adalah turnamen yang mempertemukan tim-tim yang diperkuat para atlet yang datang dari berbagai negara. Pencapaian tersebut terkesan cukup baik, apalagi melihat komposisi tim Indonesia yang hanya terdiri dari para atlet lokal. Peningkatan performa tim juga dibuktikan secara objektif berdasarkan hasil analisis statistik yang menunjukkan adanya peningkatan dalam hal empat faktor dan efisiensi serangan. Dengan demikian, para pendukung timnas basket Indonesia dapat sedikit tersenyum optimis setelah melihat progres peningkatan yang akan kami bahas di sini.

Analisis Empat Faktor

Timnas Indonesia memiliki rata-rata efektivitas tembakan (eFG%) sebesar 52%. Angka tersebut lebih tinggi dari rata-rata tim lawan ketika berhadapan dengan Indonesia, yaitu sebesar 50%. Selain itu, tim Indonesia berhasil meningkatkan efektivitas tembakan pada setiap pertandingannya dari titik terendah yang sebesar 45% pada pertandingan pertama, hingga titik tertinggi yang sebesar 55% pada pertandingan terakhir. Peningkatan efektivitas tembakan adalah salah satu progres terbaik yang diperlihatkan tim Indonesia pada kompetisi ini.

Tingginya efektivitas tembakan 2P (dua poin) menjadi faktor utama yang menyebabkan peningkatan eFG% di tim Indonesia. Mereka berhasil memasukkan rata-rata 23 dari 45 upaya tembakan 2P (0,51 2P%). Laurentius Oei (6,6 2PM; 0,57 2P%) dan Kaleb Ramot Gemilang (5,8 2PM; 0,59 2P%) adalah kontributor utama di area 2P. Secara keseluruhan, mereka berdua berkontribusi sekitar 54% dari total rata-rata produktivitas tim Indonesia di area tersebut.

Apabila area 2P menjadi kekuatan utama yang mendongkrak performa tim, maka area 3P menjadi beban relatif di tim Indonesia. Ironisnya, Andakara Prastawa, Abraham Grahita, dan Hardianus Lakudu, yang dikenal sebagai penembak 3P handal, justru menjadi beban utama dari serangan 3P di tim Indonesia.

Terutama Prastawa dengan jumlah upaya rata-rata tembakan 3P yang tertinggi (7 3PA) hanya memiliki 3P% sebesar 28,6%. Sementara Grahita (3,4 3PA) memiliki 3P% sebesar 29.4% dan Hardianus (2 3PA) sebesar 0,4%. Dua pemain utama yang masih konsisten di area 3P adalah Mei Joni (4,8 3PA) dengan 3P% sebesar 50% dan Kaleb Ramot (4,2 3PA) sebesar 38%.

Turnover masih menjadi salah satu masalah utama di tim Indonesia. Dari total rata-rata 84 penguasaan, 16 di antaranya berakhir sebagai turnover (0,19 TO%). Jumlah turnover paling tinggi terjadi pada saat berhadapan dengan CSP Devils, yaitu sebesar 21 TOV dari 107 penguasaan (0,2 TO%). Akan tetapi, angka TO% yang tertinggi justru ketika berhadapan dengan Methodist 2 Hawks, yaitu 19 TOV dari 74 penguasaan (0,24 TO%). Andakara Prastawa (3 TOV) dan Kaleb Ramot Gemilang (2,8 TOV) adalah dua pemain dengan rata-rata turnover yang tertinggi. Mereka berdua, bersama dengan Hardianus Lakudu (2 TOV) dan Abraham Grahita (2 TOV) berkontribusi sekitar 57% dari total rata-rata TOV di tim Indonesia.

Pada faktor offensive rebound, menunjukkan bahwa tim Indonesia memiliki angka OR% sebesar 30%, dan hanya sedikit lebih rendah dari rata-rata tim lawan (yang berkomposisikan atlet-atlet asing bertubuh lebih besar) yang sebesar 31%. Cukup meratanya distribusi rebound di antara para pemain menjadi salah satu faktor penyebab peningkatan kualitas rebound di tim Indonesia. Terdapat tiga pemain dengan angka rebound yang lebih dominan dari pemain lainnya, yaitu Vincent Kosasih (2 OReb., 4 DReb.), Laurentius Oei (2,8 OReb., 3 DReb.) dan Kaleb Ramot Gemilang (1,8 OReb., 3,8 DReb.). Menariknya, catatan rebound tertinggi pada satu pertandingan justru dicetak oleh Abraham Grahita (1,6 OReb., 3 DReb.), yang merupakan salah satu pemain bertubuh relatif kecil di tim Indonesia, yaitu sebanyak 11 rebound saat berhadapan dengan CSP Devils.

Dari hasil analisis FT rate, menunjukkan bahwa timnas Indonesia memiliki rata-rata FT rate (14%) yang lebih rendah sebesar 9% dari rata-rata tim lawan (23%). Timnas Indonesia telah mendapatkan pelajaran berharga saat berhadapan dengan CSP Devils, dimana selisih FT rate yang sangat besar menjadi salah satu faktor utama kekalahan timnas Indonesia pada laga tersebut. Laurentius Oei (3 FTA), Mei Joni (2.2 FTA), Abraham Grahita (1,6 FTA), dan Kaleb Ramot (1,4 FTA) adalah para pemain dengan FT% di atas 80% dan berkontribusi sekitar 48% dari total rata-rata FT di tim Indonesia.

Berdasarkan hasil analisis empat faktor, terlihat adanya perubahan yang positif dalam hal efektivitas tembakan (eFG%), persentase defensive rebound (DReb%), dan persentase turnover (TO%). Peningkatan terbaik ditunjukkan pada faktor eFG% dan satu-satunya yang selalu menunjukkan peningkatan sejak pertandingan pembuka hingga akhir. Sementara faktor DReb% dan TO% baru mulai menunjukkan tren perbaikan sejak pertandingan ketiga.

Analisis Efisiensi Serangan

Berdasarkan hasil analisis efisiensi serangan (Off Rtg.), menunjukkan bahwa tim Indonesia memiliki rata-rata Off Rtg. sebesar 104,34 dan lebih tinggi dari rata-rata tim lawan yang berhadapan dengan Indonesia, yaitu 102,2. Akan tetapi, tingginya rata-rata Off Rtg. tersebut disebabkan oleh melonjaknya efisiensi serangan pada dua pertandingan saja, yaitu ketika berhadapan dengan Red Baron Malaysia dan BBM Viking Warriors. Dengan demikian, keunggulan rata-rata Off Rtg. tersebut masih belum cukup untuk memberikan gambaran sebenarnya dari kualitas efisiensi serangan tim Indonesia.

Pada grafik progres Off Rtg. terlihat bahwa efisiensi serangan tim Indonesia yang cenderung meningkat pada sepanjang turnamen. Tingginya produktivitas pada area 2P menjadi faktor utama yang mendukung peningkatan efisiensi serangan tim Indonesia. Terdapat tiga pemain yang berkontribusi cukup signifikan terhadap peningkatan efisiensi serangan timnas Indonesia, yaitu Laurentius Oei, Kaleb Ramot Gemilang, dan Mei Joni.

Secara keseluruhan, Indonesia terbukti menunjukkan progres peningkatan yang cukup bermakna dalam hal efektivitas tembakan dan efisiensi serangan. Di mana kedua hal tersebut telah mencapai standar minimal yang dapat mendukung kesuksesan tim Indonesia. Di sisi lain, faktor rebound dan turnover masih menjadi masalah utama, walau sudah terlihat adanya sedikit perbaikan. Ditambah lagi dengan faktor FT rate yang ternyata menjadi penjegal langkah tim Indonesia menuju ke final. Masih cukup banyak hal-hal teknis yang perlu dan dapat dievaluasi untuk meningkatkan performa timnas Indonesia, ketimbang meratapi masalah naturalisasi dan tinggi badan.

Foto:Nur Adhyn

 

Komentar