Dyah Lestari, Basket 3x3, dan Pengalaman sejak SMA

| Penulis : 

Dyah Lestari, forwarda Sahabat Semarang, kini sibuk dengan urusannya di Jakarta. Ia bahkan hampir tidak pernah pulang ke Semarang karena urusannya itu. Bagaimanapun, urusan tersebut menyangkut hajat orang banyak. Ia akan membela nama Indonesia di tim nasional 3x3 untuk SEA Games 2019.

Kendati begitu, Tari—sapaan akrabnya—belum tentu akan benar-benar tampil di sana. Sebab, timnas 3x3 putri Indonesia kini masih dalam tahap pencarian. Mereka masih menjaring pemain untuk memperkuat timnas.

Salah satu upaya timnas 3x3 dalam menjaring pemain dilakukan—salah satunya—lewat IBL Go-Jek 3x3 Basketball Indonesia Tour 2019. Kepala Subbidang 3x3 Anthony Gunawan dan Kepala Pelatih Fandi Andika Ramadhani juga mengikutsertakan calon pemain timnas putri 3x3 di sana. Tari dkk. pun muncul dalam ketiga seri yang sudah digelar di Cirebon, Bali, dan Yogyakarta.

Di sela-sela mengikuti kegiatan itu, saya memanggil Tari untuk berbincang-bincang. Kami membicarakan beberapa hal terkait 3x3, termasuk rencana sang pemain dalam menghadapi SEA Games nanti.

Kita pada umumnya mulai main basket dari 5-on-5. Begitu pun kamu. Ada kesulitan tidak ketika menjalani transisi dari 5-on-5 ke 3x3?

Sulit, sih. Di 5-on-5 itu tidak begitu cepat. Soalnya satu lapangan. Kalau 3x3 ini harus cepat. Harus tahu posisi teman-teman di mana. Pokoknya harus pintar mengatur strategi. Memang agak susah.

Sempat kesulitan tidak beradaptasi dengan regulasi? Soalnya kita tahu regulasi 3x3 berbeda dari 5-on-5.

Waktu awal-awal, habis poin terus passing itu, mestinya bisa cepat, tapi karena—mungkin—kebiasaan di 5-on-5 jadinya malah lambat. Dari coaching staff sering mengingatkan kalau kami harus passing cepat. Ini bukan lagi 5-on-5, ini sudah 3x3. Jangan sampai menyamakan 3x3 dengan 5-on-5.

Kamu sudah berapa lama main di 3x3?

Awal itu waktu dapat Loop 3x3 DBL, yang ke Amerika.

Waktu SMA, dong?

Iya, waktu SMA.

Sudah lama banget, ya.

Iya, sudah lama, hehe.

Selama itu sudah ngapain saja? Sudah ke mana saja?

Kemarin terakhir World Cup di Amsterdam. Sebelumnya—setelah Loop DBL 3x3 itu—pernah World Cup di Hungaria.

Hungaria itu U-18 berarti? Bareng Sungging, Regita, dan lain-lain?

U-18. Ya, bareng Kak Sungging, Kak Regita. Itu waktu World Cup pertama kali. Sekarang jadi lebih enak di 3x3. Karena lebih seru saja. Dan tidak capek.

Maksudnya capek, ya capek, tapi tidak terlalu lama. Di 5-on-5 itu waktunya 10x4. Ini 10 menit sekali. Capeknya langsung.

Kalau 5-on-5 itu, sudah lama harus lari satu lapangan pula. Makanya, kalau disuruh pilih 5-on-5 atau 3x3, ya saya pilih 3x3.

Untuk bisa mengembarkan diri di sini, apa yang harus kamu latih?

Apa yang kulatih, ya? Kalau aku, sih, skill. Banyak yang bilang kalau aku dribble-nya kurang. Kelebihanku di shooting. Makanya harus latihan dribble. Kaki juga harus cepat. Agility harus bagus.

Untuk saat ini aku mencoba untuk melatih agility. Soalnya spesialisasiku cuma shooting. Aku harus mengimbangi yang lain dengan agility. Yang lain, kan, sudah bisa semua: shooting, dribbling dan agility. Sekarang aku lagi minta coaching staff buat bantu melatih agility, juga endurance.

Kamu sudah pernah mengikuti beberapa kompetisi internasional. Menurutmu tim apa yang bagus?

Tim apa yang bagus? Apa? Mana, ya? Rusia bagus. Australia, Italia. Cina juga.

Dibandingkan Indonesia seperti apa?

Aduh, aduh, hahaha.

Perbandingannya jauh, sih. Mungkin karena kita kurang pengalaman juga. Terutama size. Indonesia itu kelihatan kecil-kecil. Ototnya juga kurang.

Aku pribadi juga merasa seperti itu. Begitu aku lihat orang-orang luar latihan, aku belajar: Ternyata mereka latihannya seperti itu. Jadi, ternyata memang Indonesianya saja yang kurang berani dengan benturan keras. Padahal lawan-lawan kita itu ngotot. Aku, sih, inginnya Indonesia bisa kayak yang lain.

Soal tinggi ini menarik. Size matters dalam kondisi terntetu, tapi bukan berarti tidak bisa diakali. Ada banyak variabelnya kalau dipecah lagi. Masalahnya, kita tidak bisa memaksakan tinggi badan. Bagaimana kamu mengakali masalah itu?

Masalah tinggi badan memang berpengaruh. Tapi, aku lihat beberapa tim kecil ada yang ternyata bagus juga. Kita lihat tim Jepang, mereka tidak begitu tinggi tapi punya kecepatan.

Masalahnya adalah tim lain selain Jepang juga bagus-bagus. Mereka tinggi, tapi tetap mau jongkok juga. Pas defense, mereka stay low. Agak susah karena tangannya panjang dan jongkok.

Berarti kita memang tidak bisa bersaing?

Bukan berarti tidak bisa. Bisa tapi orang-orang Indonesia itu harus latihan lagi. Harus diakali dengan menambah speed dan fisik. Orang boleh tinggi, tapi kita harus lebih cepat.

Kamu sudah lama di 3x3. Menurutmu, perkembangan 3x3 kita seperti apa? Apakah menuju ke arah yang lebih baik atau justru di situ-situ saja?

Baik, sih. Dari tahun ke tahun ada progress. Mau cowok ataupun cewek, semuanya potensi, punya skill. Masalahnya, yang di daerah-daerah itu tidak begitu terlihat. Misalnya di Yogya atau sekitarnya, tidak begitu dipantau. Padahal di Jakarta, Bandung, itu banyak yang memantau.

Nah, dengan adanya acara kayak IBL 3x3 ini bisa membantu mengatasi itu tidak? Kemarin ada di Cirebon, di Bali, sekarang di Yogya.

Ngaruh, sih. Peminatnya juga banyak. Jadi, nambah jam terbang orang-orang di daerah. Kalau aku lihat, dari kemarin sampai sekarang, banyak pemain yang—menurutku—tidak begitu jelek. Mereka bisa dribble, bisa shooting, cuma mungkin latihannya kurang. Sebenarnya kalau mau dikembangkan lagi bakal bagus.

Oh ya, kalian juga disiapkan untuk SEA Games 2019 mendatang, meski pun belum tentu main atau tidak. Persiapannya seperti apa?

Target kita, kan, harus gold (medal). Dari coaching staff minta kalau bisa gold. Kita sudah try out ke luar negeri, ikut World Cup, ikut IBL 3x3 juga. Harusnya kita bisa menambah jam terbang.

Kita juga mesti sudah tahu kekurangan kita apa untuk SEA Games nanti. Kita kadang dikasih tahu, disuruh nonton video atau nonton langsung negara tertentu. Diminta pelajari gerakan dan segala macamnya.

Kayak sesi video begitu?

Iya, kayak gitu. Jadi, kita tahu begitu nanti tanding harus ngapain. Kelemahan tim lawan seperti apa, kelemahan kita seperti apa.

Next, kamu mau ngapain?

Next mau ngapain? Ngapain? Hahaha.

Ya, aku mencoba menjalani saja dulu. Positive thinking terus. Yakin maupun tidak yakin, yang penting jalani dulu. Ini juga, kan, belum pasti. Siapa yang terpilih belum pasti. Cuma saya ingin usaha saja dulu. Hasilnya apa, itu belakangan. Yang terpenting kita harus belajar dan mengeluarkan seluruh kemampuan.

Foto: FIBA

Populer

Dalton Knecht Menggila Saat Lakers Tundukkan Jazz
Lakers Selama Ini Mencari Sosok Dalton Knecht
Tripoin Franz Wagner Gagalkan Kemenangan Lakers
LeBron James Hiatus dari Media Sosial
Hasil Rapat Sixers Bocor, Paul George & Joel Embiid Kecewa
Luka Doncic Cedera, Kabar Buruk Bagi Mavericks
Shaquille O’Neal Merana Karena Tidak Masuk Perbincangan GOAT
Perlawanan Maksimal! Indonesia Kalah dari Korea di Tujuh Menit Terakhir!
Tyrese Maxey Buka-bukaan Soal Kondisi Internal Sixers
Suasana Ruang Ganti Sixers Memanas