Los Angeles Lakers boleh saja memiliki sejarah yang besar. Mereka mengantungi 16 gelar juara NBA. Namun, Lakers belakangan ini bukanlah Lakers yang dulu. Mereka hanyalah tim semenjana. Lakers bahkan tidak pernah berhasil bermain di playoff sejak terakhir kali menembusnya pada 2013.
Meski demikian, usaha Lakers untuk—setidaknya—kembali ke papan atas semakin serius. Mereka sampai mengobarkan pemain-pemain muda supaya bisa kembali kepada fitrahnya sebagai tim papan atas. Lakers mengirim Lonzo Ball, Brandon Ingram, dan Josh Hart ke New Orleans Pelicans demi mendapatkan Anthony Davis. Itu bahkan belum dihitung dengan tiga hak pilih, termasuk hak pilih nomor empat pada NBA Draft 2019.
Saya sebenarnya sudah menebak hal seperti itu akan terjadi. Saya menebak itu sejak Lakers merekrut LeBron James pada musim panas lalu. Saya berpikir bahwa Lakers suatu hari nanti akan melakukan pertukaran besar-besaran demi seorang bintang lain. Sebab, tidak mungkin mereka merekrut James tanpa keinginan menjadi juara. Mereka pasti ingin menjadi juara dengan menyetel tim yang cocok untuk James.
Kombinasi James dan pemain muda Lakers jelas bukanlah kendaraan yang tepat untuk mengantarkan tim ke podium juara. Mereka telah membuktikannya pada 2018-2019. Bagaimana bisa mereka juara kalau menembus playoff saja tidak becus?
Dari pengalaman semusim lalu, James juga membuktikan kalau dirinya tidak mampu menopang Lakers sendirian. Ia mengalami cedera kunci paha yang harus menepikannya selama sebulan lebih. Itu pun ditambah absen di akhir musim.
Lakers sulit bersaing tanpa Sang Raja. Apalagi mengingat persaingan Wilayah Barat yang keras. Di wilayah itu ada tim-tim seperti Golden State Warriors, Houston Rockets, dan Portland Trail Blazers. Belum lagi Denver Nuggets yang belakangan naik daun. Mereka harus berebut tempat dengan tim sehebat itu.
Ibarat Batman, James sekarang ini membutuhkan seorang Robin. Ia membutuhkan semacam sidekick yang bisa membantunya di lapangan. Lakers kebetulan saja menemukannya dalam diri Davis. Lagipula senter kaliber All-Star itu juga sudah putus asa dengan Pelicans. Maka, terjadilah pertukaran itu sekarang.
Demi ambisi seperti itu, saya berpikir bahwa pertukaran Lakers dan Pelicans sebagai hal yang wajar. James sudah berusia 34 tahun. Ia jelas tidak muda lagi. Sementara Lakers tidak bisa menunggu pemain mudanya berkembang lebih lama. Sebab, James pasti akan menua. Waktu tidak akan tiba-tiba berhenti hanya untuknya. Jika Lakers ingin mengejar gelar juara dengan memanfaatkan James, inilah saatnya, bukan tahun depan.
Lagipula Davis juga masih cukup muda. Ia masih punya banyak ruang untuk berkembang. Selama tujuh musim di NBA, ia telah membuktikannya. Davis bahkan memiliki persentase tembakan yang baik.
Persentase tembakan keseluruhan Davis selalu berada di atas 50 persen. Kecuali pada 2015-2016 ketika ia tertahan di angka 49,3 persen. Efektivitas tembakan keseluruhannya pun mewah (52,8 persen) dengan true shooting percentage yang sama mewah (58,5 persen). Davis jelas punya kualitas sebagai seorang bintang dengan statistik seperti itu. Ia punya potensi mengangkat Lakers ke podium juara. Kawhi Leonard dengan statistik semewah Davis saja membantu Toronto Raptors juara pada 2018-2019.
Selain itu, Lakers masih punya cukup ruang untuk merekrut pemain kaliber All-Star lainnya. Itu merupakan kesempatan bagus. Mereka bisa menambahkan satu pemain berkualitas tinggi lagi. Namun, Lakers mesti memanfaatkan itu dengan sebaik-baiknya. Sebab, merekrut pemain bintang tidaklah mudah.
Di bursa pemain bebas nanti, ada beberapa pemain bintang yang akan cocok masuk ke ruang gaji Lakers. Salah satunya Kemba Walker dari Charlotte Hornets. Mereka bisa membujuknya untuk merapat ke Los Angeles. Sebab, sama seperti Davis, Walker tampak putus asa dengan timnya. Pemain-pemain yang putus asa dengan timnya berpotensi besar untuk hengkang. Kevin Durant salah satunya.
Walker sendiri sebenarnya masih membuka diri untuk kembali kepada Hornets. Syaratnya sederhana: Tim asal Charlotte itu bisa mendatangkan pemain bintang lain yang akan membantunya. Namun, Hornets tetaplah Hornets. Apa, sih, yang bisa diharapkan dari tim seperti itu? Untuk sementara ini jelas tidak ada. Mereka tidak berpotensi menembus playoff, apalagi juara. Walker mesti hengkang jika ia ingin bermain di tingkat yang lebih tinggi.
Di sisi lain, dari pertukaran Davis, Pelicans mendulang keuntungan tersendiri. Mereka kini punya pemain muda potensial. Masa depan mereka cukup cerah. Apalagi dengan hak pilih nomor satu dan empat.
Pelicans bisa memilih Zion Williamson (Duke University) di urutan pertama, lalu Jarrett Culver (Texas Tech University) di urutan keempat. Williamson jelas punya potensi besar menjadi bintang. Ia semacam pemain langka. Sementara Culver merupakan pemain dengan kemampuan serbabisa. Ia baik dalam menyerang maupun bertahan. Cocok sebagai pemain pelapis.
Jika melihat ke arah sana—sekali lagi—pertukaran Davis menjadi hal yang wajar. Lakers mendulang keuntungan karena mereka menyasar gelar juara. Sementara Pelicans memiliki ruang yang luas untuk berkembang dengan pemain-pemain mudanya. Tidak ada yang dirugikan mengingat fokus masing-masing tim berbeda.
Foto: NBA