Fred VanVleet tidak sepanas itu ketika tampil di Playoff 2019. Namun, sejak kelahiran putranya setelah pertandingan ketiga Final Wilayah Timur melawan Milwaukee Bucks, tangan garda utama Toronto Raptors itu benar-benar panas. Ia memasukkan 14 tripoin dari 17 percobaan di pertandingan 4, 5, dan 6.
Kelahiran Fred Jr. seolah-olah meniupkan sebuah sihir yang membuat ayahnya jadi gemilang. VanVleet berubah mengerikan bagi lawannya di final wilayah. Steve Kerr, kepala pelatih Golden State Warriors, bahkan sempat melempar doa yang cenderung bercanda: Jangan sampai VanlVleet punya anak lagi ketika Final NBA. Sebab, Warriors akan menjadi lawan mereka di babak itu.
Doa Kerr tentu saja terkabul. VanVleet tidak mungkin punya anak lagi dalam waktu sesingkat itu. Namun, VanVleet tetap menjadi ancaman. Ia merupakan potongan penting Raptors di pertandingan final pertama melawan Warriors. Ia bahkan mampu mencetak 15 poin, sehingga Raptors unggul 1-0 dalam pertandingan berformat tujuh terbaik itu.
VanVleet juga menjadi momok mengerikan bagi Stephen Curry di pertandingan yang sama. Ia terus menerus membayangi Curry, sehingga pemain terbaik NBA dua kali tersebut sulit menembus pertahanan Raptors.
VanVleet berhasil meminimalisasi peran Curry sebagai pencetak angka utama timnya saat itu. Dalam 33 penguasaan serangan bola, Curry hanya mencetak empat poin tanpa memasukkan tripoin sekalipun. Padahal dalam 47 penguasaan dengan kawalan pemain Raptors lainnya, Curry mampu mencetak 30 poin.
Fred Jr. benar-benar telah meniupkan sihirnya untuk mendorong VanVleet menjadi lebih baik. VanVleet pun kini mendapat sorotan yang tidak pernah ia dapat sebelumnya.
Karier VanVleet sejak dulu memang cenderung tidak banyak mendapat sorotan. Ia bahkan tidak terpilih (undrafted) dalam NBA Draft 2016. Ia menolak tim yang hendak meminangnya di putaran kedua. Sebab, mereka ingin Sang Garda bermain di NBA D League (sekarang G League) selama dua tahun dengan gaji AS$20 ribu.
VanVleet menolak tawaran itu karena merasa peluangnya untuk bermain di NBA akan lebih besar ketika menjadi pemain tidak terpilih. Ia kemudian bergabung dengan Raptors lewat jalur lain, yaitu NBA Summer League. Tim asal Toronto tersebut merekrutnya untuk tampil di turnamen musim panas dengan garansi tiga pertandingan. Jika VanVleet berhasil mengesankan Raptors, ia berkesempatan untuk ikut pemusatan latihan di musim gugur.
Pada Juli 2016, VanVleet akhirnya mendapat kontrak pertamanya. Ia berhasil meyakinkan Raptors. Namun, ia harus bersaing dengan lima nama lain untuk masuk ke roster mereka sebelum benar-benar bisa tampil di NBA. Ia akhirnya berhasil melakukan itu dengan mengisi slot terakhir.
VanVleet kemudian melakukan debutnya pada November. Ia tampil sebagai pemain cadangan Raptors ketika melawan Oklahoma City Thunder. Namun, selama semusim itu, ia tidak banyak tampil. VanVleet hanya tampil dalam 37 pertandingan sebagai ruki.
Kendati demikian, VanVleet punya waktu untuk membela tim afiliasi. Raptors sering mengirimnya ke D League supaya bisa bermain dengan Raptors 905. Di sanalah ia merengkuh gelar juara pertamanya sebagai seorang profesional. Tim afiliasi Raptors itu menjuarai D League setelah mengalahkan Rio Grande Valley Vipers. Pascal Siakam, rekan setim VanVleet, juga berada di sana. Forwarda andalan Raptors itu bahkan menjadi pemain terbaik final.
Di musim keduanya, VanVleet mulai mendapat kepercayaan. Dwane Casey, kepala pelatih Raptors saat itu, memberinya banyak kesempatan bermain. VanVleet tampil dalam 76 pertandingan. Semuanya sebagai pemain cadangan. Ia mencetak rata-rata 8,6 poin, 2,4 rebound, dan 3,2 asis saat itu.
Dengan catatan itu, VanVleet menegaskan posisinya sebagai tambahan penting di unit kedua Raptors.
Pada 2018-2019, performa VanVleet semakin meningkat. Ia bahkan mendapat kepecayaan lebih dari Nick Nurse, kepala pelatih Raptors yang baru. Ia bermain dalam 64 pertandingan dengan 28 kali menjadi starter. Akibatnya, rata-rata statistiknya pun naik. Ia mampu mencetak 11 poin, 2,6 rebound, dan 4,8 asis per pertandingan.
Di playoff, VanVleet menyumbang 6,5 poin, 1,4 rebound, dan 2,7 asis dalam 19 pertandingan. Itu sudah termasuk penampilan ajaibnya di final wilayah. Kelahiran Fred Jr. membuat VanVleet menjadi beringas. Ia mencetak 13 poin dengan akurasi tembakan mencapai 83,3 persen (5/6) dan tripoin 100 persen (3/3).
Tidak cukup sampai di situ. VanVleet juga berhasil menjaga performanya sampai akhir final wilayah. Ia mencetak 21 poin di pertandingan kelima dan 14 poin di pertandingan keenam. Raptors berhasil menumbangkan Bucks untuk menembus Final NBA pertama kalinya dalam sejarah.
Sihir Fred Jr. terus memengaruhi permainan VanVleet di final. Ia berkontribusi besar membuat Raptors menang di pertandingan pertama. Meski tampil dari bangku cadangan, ia bisa mencetak dobel digit poin dan bertahan dengan baik.
VanVleet dkk. kini membutuhkan tiga kemenangan untuk menjadi juara NBA. Namun, Warriors tetaplah Warriors. Ia tahu tim juara bertahan itu tidak mudah dikalahkan. VanVleet akan berusaha menjaga performanya di pertandingan selanjutnya. Ia butuh sihir Fred Jr. lagi agar bisa bermain baik. Motivasi membuatnya kuat. (GNP)
Foto: NBA