NBA telah mengumumkan calon peraih penghargaan kategori pelatih terbaik (Coach of the Year). Dalam daftar calon peraih penghargaan itu, ada tiga nama yang disebut: Mike Budenholzer, Michael Malone, dan Doc Rivers. Ketiganya punya musim yang luar biasa pada 2018-2019, terutama dua nama awal.
Saya sebenarnya tidak ingin menihilkan peran Rivers bersama Los Angeles Clippers. Ia berhasil lolos ke playoff meski timnya tidak bertabur bintang pada 2018-2019 ini. Clippers finis di peringkat delapan dengan rekor 48-36.
Rivers memang hebat. Ia bahkan sempat meraih gelar pelatih terbaik Wilayah Barat pada November 2018. Namun, ia muskil bersaing dengan dua pelatih lainnya dalam gelar tahunan. Perebutan gelar pelatih terbaik NBA pun mengerucut pada duo Mike: Budenholzer dan Malone.
Mike Budenholzer
Budenholzer bukanlah nama asing di kancah kepelatihan. Ia punya karier yang malang melintang. Budenholzer bahkan sempat meraih gelar pelatih terbaik NBA ketika menangani Atlanta Hawks pada 2014-2015. Namun, ia berpisah dengan klub itu setelah empat musim bersama-sama.
Budenholzer kemudian bertolak ke Milwaukee, Winconsin, Amerika Serikat. Sebab, Bucks menawarinya posisi kepala pelatih. Ia menerimanya. Budenholzer tertarik mengembangkan tim dengan Giannis Antetokounmpo sebagai sentral dari segalanya.
Budenholzer membentuk Bucks semusim ini sesuai permainan Antetokounmpo. Ia bahkan mempertahankan dan merekrut beberapa pemain yang suportif. Salah duanya penembak jarak jauh seperti Khris Middleton dan Brook Lopez.
Kepala Pelatih Bucks itu memanfaatkan Middleton dan Lopez dengan baik. Ia mampu mendorong keduanya keluar batas kemampuan mereka. Middleton berhasil mengurangi ketergantungannya akan operan, dan mulai mampu menciptakan ruang tembaknnya sendiri. Garda tembak andalan Bucks itu bahkan masuk ke jajaran All-Star untuk pertama kalinya pada 2018-2019 ini. Sementara itu, Lopez bertransformasi dari senter bawah ring ke penembak jarak jauh.
Kemampuan menembak Middleton dan Lopez ujung-ujungnya mendukung permainan Antetokounmpo. Keduanya menjadi semacam umpan untuk membebaskan jagoannya. Ketika lawan terancam dengan tembakan-tembakan jarak jauh Middleton dan Lopez, Antetokounmpo bisa lebih leluasa untuk merangsek ke arah ring.
(Baca juga: Brook Lopez, Khris Middleton, dan Transformasi Penembak Milwaukee Bucks)
Selain itu, Budenholzer juga berhasil membangun barisan cadangan yang mampu bersaing di NBA. Ia merekrut Pat Connaughton, Nikola Mirotic, juga George Hill. Kehadiran mereka membuat skuat Bucks menjadi dalam. Para pemain cadangan bahkan menyebut diri mereka sebagai Bench Mob.
Dengan skuat itu, Budenholzer mampu mengantarkan Bucks ke puncak klasemen Wilayah Timur. Mereka mencetak rekor menang-kalah 60-22 (73,2 persen). Mereka juga masuk ke lima besar dalam beberapa kategori statistik semusim ini. Namun, saya mengerucutkan penilaiannya pada empat faktor penting pembawa kemenangan menurut Dean Oliver saja. Empat faktor ini juga berguna sebagai perbandingan dalam menentukan pelatih mana yang berhasil membangun timnya musim ini.
(Baca juga: Empat Faktor Penting Pembawa Kemenangan untuk Sebuah Tim Basket)
Sebagai pemuncak klasemen, Bucks memenuhi syarat-syarat sebagai tim calon juara. Mereka memiliki nilai tinggi dalam 2 dari 4 faktor tadi. Perihal eFG% (effective field goals percentage), misalnya, Bucks berada di urutan kedua dengan persentase mencapai 55 persen. Mereka hanya kalah dari juara bertahan Golden State Warriors yang memiliki persentase 56,5 persen.
Bucks juga memiliki tingkat kecerobohan yang lebih sedikit dari—setidaknya—23 tim lainnya di NBA. Mereka berada di peringkat tujuh dengan TO% (turnover percentage) 13,3 persen. Bucks bahkan memiliki nilai yang sama dengan Orlando Magic di peringkat enam.
Kendati demikian, Bucks tidak berada di 5 maupun 10 besar dalam kategori selanjutnya, yaitu ORB% (offensive rebound percentage) dan FTA rate (free throw attempt rate). Mereka terdampar di urutan ke-26 dalam ORB%. Sebab, mereka hanya memiliki persentase sebesar 25 persen. Chicago Bulls yang berada di urutan paling bawah hanya berjarak 0,8 persen dari Bucks.
Sementara itu, dalam FTA rate, Bucks berada di urutan 18 dengan nilai sebesar 25 persen. Mereka punya persentase yang sama dengan Atlanta Hawks—tim peringkat 12 Wilayah Timur.
Michael Malone
Malone sudah menangani Denver Nuggets selama empat musim. Ia belum pernah lolos ke playoff sekalipun. Itu artinya, Malone baru saja melewati musim terbaiknya bersama Nuggets. Mereka menjadi tim paling mengejutkan pada 2018-2019 ini.
Nuggets berubah dari tim papan bawah ke tim papan atas dalam satu musim. Mereka sebelumnya berada di peringkat sembilan Wilayah Barat dua musim beruntun. Mereka kini berada di peringkat dua dengan rekor menang-kalah 54-28 (65,9 persen). Mereka hanya kalah dari Golden State Warriors.
Saya menyukai cara Malone memanfaatkan Nikola Jokic. Ia berhasil memaksimalkan kemampuan pemain asal Serbia itu musim ini. Jokic tidak hanya menjadi mesin poin, tetapi juga fasilitator yang andal. Pada akhirnya, ia membawa dampak besar kepada teman-temannya.
Pada jeda musim, Malone tidak banyak melakukan perubahan pada skuatnya. Mereka tetap berkutat pada jagoannya: Jokic, Jamal Murray, Gary Harris, Paul Millsap. Namun, Will Barton harus menepi beberapa waktu karena cedera. Untungnya, Torrey Craig belakangan muncul sebagai pengganti. Malone bahkan senang ketika para penggemar mulai melirik Craig.
Dengan skuat itu, Malone berhasil mengantarkan Nuggets masuk ke lima besar dalam beberapa kategori statistik. Namun, seperti saya katakan, penilaiannya tetap mengerucut pada empat faktor penting tadi.
Dalam eFG%, Nuggets tidak sehebat Bucks. Mereka berada di urutan ke-15 dengan persentase sebesar 52,7 persen. Nuggets memiliki persentase yang sama dengan Los Angeles Lakers yang merupakan tim peringkat 10 Wilayah Barat.
Nuggets juga tidak lebih baik dalam TO%. Mereka berada di urutan 11 dengan persentase mencapai 13,6 persen. Nuggets terpaut empat peringkat dari Bucks.
Sementara itu, perihal FTA rate, Nuggets terpaut jauh dari Bucks. Mereka terdampar di urutan ke-27 dengan persentase 23 persen. Namun, Nuggets lebih baik dari Golden State Warriors (22 persen) yang berada satu peringkat di bawah mereka.
Nuggets hanya unggul dalam hal ORB%. Mereka ada di puncak daftar tersebut. Nuggets memiliki persentase sebesar 30,8 persen. Hanya Porland Trail Blazers yang memiliki persetase serupa. Bucks terpaut jauh dari Nuggets.
Prediksi
Dari perbandingan empat faktor pembawa kemenangan, sebenarnya saya sudah mendapatkan jawabannya. Namun, penampilan Nuggets yang mengejutkan, terutama di tengah persaingan Wilayah Barat yang semakin ketat, juga membuat saya mustahil menihilkan mereka. Saya bahkan cukup kagum dengan Malone yang berhasil mengantarkan Nuggets ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka bahkan mampu menyaingi Blazers di playoff.
Sayangnya, Malone tidak lebih hebat dalam membangun tim daripada Budenholzer. Sebab, Kepala Pelatih Bucks tidak hanya berhasil membangun tim kaliber juara, tetapi juga cukup dominan di Wilayah Timur. Bucks menjadi tim pertama yang lolos ke playoff. Mereka berpotensi masuk ke Final NBA.
Maka, saya memilih Budenholzer sebagai pelatih terbaik NBA 2018-2019.
Foto: NBA