Saya berada di tengah-tengah bangku kosong untuk memandang ke seantero GOR Kertajaya Surabaya. Sajauh mata memandang, ada kaus-kaus berjajar di bangku-bangku penonton. Warnanya ungu dan putih. BTN CLS Knights Indonesia rupanya membagikan kaus-kaus itu untuk pendukungnya yang hadir di arena selama dua hari pada 8 dan 11 Mei 2019.

Saya hanya pernah melihat pemandangan yang sama di NBA. Klub-klub NBA memang sudah lazim membagikan kaus untuk pendukungnya di pertandingan kandang. Saya belum menemukan hal yang sama di Indonesia, kecuali CLS.

CLS membagikan ribuan kaus itu dengan memasangnya di bangku-bangku penonton. Beberapa dibagikan sebelum pendukung masuk ke arena. Mereka melakukan itu untuk satu misi: mengapresiasi pendukung CLS.

Setelah pertandingan keempat, saya dan kawan-kawan media menghampiri Christopher Tanuwidjaja. Dia adalah orang di balik kesuksesan CLS selama ini. Itop—sapaan akrabnya—merupakan managing partner CLS. Ia menjelaskan inspirasi di balik ribuan kaus yang membuat saya kagum tadi.

Ini pertandingan terakhir di kandang, memang sudah ada rencana pasang baju di bangku penonton?

Ide itu mulai dari sejak kami masuk final. Begitu kami menang lawan Mono, dengan tim EO kami berpikir, apa yang kira-kira kami bisa kasih buat fans? Termasuk entertainment-nya, tambahan LED, tambahan lighting, termasuk musik dan lain-lain.

Jadi, baju itu—saya bersyukur—bisa dilakukan. Karena last minute banget. Waktu itu kami—dari menang gim tiga sama Mono—ada jeda dengan main di Singapura. Itu pun hampir tidak kejadian, tapi akhirnya saya bersyukur itu bisa kejadian—baju itu.

Inspirasi dari mana baju ini?

Inspirasi, sih, banyak. Dari tim NBA sudah banyak yang membagikan baju-baju seperti itu. Cuma di Indonesia belum pernah bagi-bagi sampai sebanyak ini. Belum pernah. Dan agak riskan juga. Kami degdegan.

Ini bisa tidak tercapai?

Tapi, memang sayang, kami tidak bisa membuat ungu semua. Karena bahan ungu itu susah dapatnya. Akhirnya kami cuma dapat bahan ungu itu seribu.

Akhirnya kami bagi. Oke, seribu. Dibagi hanya di court-side buat dua hari. Yang lain putih semua. Putih diblok ungu di tengahnya.

Seberapa penting kaus ini?

Seberapa penting? Sangat penting.

Itu merupakan apresiasi buat fans. Dan selain apresiasi, dengan mereka pakai itu, saya harap jadi kebanggaan juga. Di baju itu kita tunjukkan, we believe. Dan we-nya itu ada bendera Indonesia. Kita tunjukkan bahwa sebagai warga Indonesia, kita bangga dengan tim ini.

Seperti yang Coach Brian bilang, tidak seharusnya mereka ada di final ini. Tapi, mereka bisa buktikan ke kita semua bahwa mereka bisa ke final. Jadi, ini apresiasi kami buat fans, apresiasi kami buat tim.

Satu gim lagi. Satu gim lagi. Saya masih pecaya.

Cukup menguntungkan tidak, sih, main home-away seperti ini? Kalau NBA, kan, series mainnya. Apa dapat pemasukan dari tiket yang banyak, mungkin?

Tidak. Kalau masalah menguntungkan secara finansial, saya berani jawab, tidak juga. Karena cost kami untuk penyelenggaraan jauh lebih besar daripada income yang kami dapat dari gate ticket. Apalagi di final begini, seperti yang saya bilang, bikin baju saja itu harga baju seribu, yang ungu, itu lebih mahal daripada yang putih. Harganya itu bedanya dua kali lipat dari yang putih. Itu saja sudah berapa. Belum lagi entertainment-nya. Seperti kami menyewa LED, menyewa asap, dan lighting dan lain-lain. Itu semua cost-cost yang tidak bisa saya buka. Tapi, cost itu tinggi. Cost penyelenggaraan di rumah itu tinggi.

Terbayar tidak sama kehadiran fans?

Buat saya, terbayarnya itu dengan kecintaan fans. Buat saya, itu yang lebih, di hati kita semua—di hati para pemain, ofisial—dukungan mereka sampai akhir itu tidak ternilai. Seberapa pun harganya, itu tidak ternilai.

Ada perbedaan atmosfer tidak dari pertandingan sebelumnya?

Menurut Mas sendiri bagaimana?

Kalau menurut saya ada.

Ya, sangat ada.

Dari tahun lalu hancur-hancuran, fans kami awalnya banyak, pelan-pelan mereka juga sedih melihat timnya dibantai, akhirnya tidak sebanyak itu. Mereka masuk ke season yang baru, juga hancur-hancuran di awal.

Sampai akhirnya kami bisa menunjukkan sama-sama, tim ini akhirnya ada di sini. Buat mereka, ini satu kebanggaan. Buat kami juga tidak ada fans yang segila ini.

Tidak ada fans yang dari awal start, 10 menit pertama di kuarter satu sampai nol-nol di kuarter empat, mereka masih mau teriak sampai akhir.

Silakan cari di mana pun, tidak ada yang seperti ini.

Ko, tahun ini kontrak terakhir, tahun depan bagaimana?

Saya mau istirahat dulu, Mas. Habis selesai ini saya mau istirahat dulu. Jadi, jangan tanya sekarang. Begitu selesai ini, saya mau tidur panjang.

Mungkin saya mau tidur lima hari. Badan saya sudah remuk ini kena terbang-terbang terus. Memikirkan masa depan nanti habis saya tidur panjang.

Ko Itop, kalau sampai juara hadiah apa yang disiapkan buat pemain?

Hadiah sudah jelas dari awal tahun sudah ada. Maksudnya, kami sudah ada agreement dengan pemain. Kalau masuk playoff bagaimana, masuk final bagimana, masuk semifinal bagaimana. Jadi, semua hadiah itu sudah jelas. Itu akan kita penuhi.

Di luar dari hadiah sesuai dari kontrak juga ada hadiah tambahan yang sudah kita siapkan. Dan saya tidak bisa buka sekarang.

Foto: Yoga Prakasita

Populer

Lakers Selama Ini Mencari Sosok Dalton Knecht
Hasil Rapat Sixers Bocor, Paul George & Joel Embiid Kecewa
Tripoin Franz Wagner Gagalkan Kemenangan Lakers
Menyerah di G League, Rodney Hood Pensiun & Ingin Jadi Pelatih
Spurs Raih Dua Kemenangan Beruntun Tanpa Wembanyama 
Luka Doncic Cedera, Kabar Buruk Bagi Mavericks
Pemain Bintang yang Cedera di Bulan Pertama NBA 2024-2025
Kolaborasi Unik Puma MB.04 dan Scooby Doo
Rencana NBA Pakai Format Pickup-Style untuk All-Star Game 2025
Perlawanan Maksimal! Indonesia Kalah dari Korea di Tujuh Menit Terakhir!