BTN CLS Knights Indonesia harus menelan pil pahit saat kalah 63-60 atas Singapore Slingers di gim ketiga Final ABL 2018-2019. Kekalahan tersebut membuat CLS Knights yang sempat unggul di seri ini justru berbalik tertinggal (1-2) atas Slingers. Gim keempat yang akan berlangsung tanggal 11 Mei akan menjadi penentuan, apakah CLS Knights bisa memaksa seri hingga gim terakhir atau Slingers akan berpesta di GOR Kertajaya.
Kami melakukan analisis mengenai hal-hal di gim ketiga yang bisa diperbaiki oleh CLS Knights untuk memaksakan seri ini berlanjut ke seri kelima. Hal-hal di bawah ini adalah hal-hal yang seharusnya bisa dikontrol oleh jajaran tim CLS Knights. Bukan faktor tak terkontrol seperti para wasit yang memimpin pertandingan.
Rebound dan Second Chance Points (2CP)
Rebound adalah hal pertama yang saya anggap harus diperbaiki oleh CLS Knights, terutama offensive rebound. Secara keseluruhan gim ketiga, Slingers berhasil mengalahkan perolehan rebound CLS Knights dengan 52 berbanding 43. Dari jumlah tersebut, perolehan offensive rebound Slingers pun juga lebih banyak dari CLS Knights dengan 17 melawan 13.
Permasalahan setelahnya tak hanya offensive rebound, tapi pemanfaatan rebound tersebut. Perbedaannya memang hanya empat rebound, tapi pemanfaatnya berbeda hingga tujuh poin. CLS Knights memperoleh second chance points (2CP) hanya lima poin. Sementara Slingers mengubah 17 offensive rebound teresebut menjadi 12 poin.
Saat pertandingan, sebenarnya tak banyak rebound yang dilakukan Slingers dengan merebut bola di udara. Kebanyakan offensive rebound yang terjadi karena pemain CLS Knights melakukan help defense sementara rotasi dari pemain lainnya tidak berjalan dengan baik. Beberapa kali juga para pemain CLS Knights lebih berfokus kepada bola ketimbang lawan-lawan yang harus mereka jaga.
Beban Menyerang
Ini adalah salah satu hal yang cukup saya bingungkan di gim ketiga. Douglas Herring Jr. nyaris sepanjang gim mendapatkan penjagaan dari Larry Liew, seorang pemain lokal. Namun, menariknya Doug justru tak banyak mendapatkan kesempatan untuk melakukan isolation dengan Liew. Dari 12 poin yang diciptakan oleh Doug, hanya dua di antaranya yang terjadi kala Doug melakukan isolasi dengan Liew.
Saya lantas berbincang dengan Kepala Pelatih CLS Knights, Brian Rowsom seusai gim, menanyakan hal tersebut. Brian lantas menjelaskan kepada saya bahwa selain Doug sedang tidak cukup bagus dalam melakukan penyelesaian, bantuan pertahanan lawan mempersulit semuanya. Dengan fakta tersebut, para pemain CLS Knights lainnya harus bergerak lebih aktif membuka jalur operan untuk Doug.
Dalam hal ini, pemain-pemain seperti Brandon Jawato dan Darryl Watkins adalah dua pemain yang paling sering terbuka. Darryl juga harus lebih tenang dan sabar dalam melakukan penyelesaian. Setelah menjalani salah satu performa terbaiknya di gim pertama, Darryl tampil cukup buruk di dua gim terkahir.
Bahkan, di gim ketiga, ia terlalu sibuk memprotes wasit dan terburu-buru menghadapi John Fields yang berujung pada 1/9 tembakan. Darryl total hanya mengemas lima poin di gim ini. Padahal, jika dilihat dari mimik wajah Fields, sebenarnya ia cukup ragu untuk berhadapan langsung dengan Darryl.
Tembakan Gratis
Dalam artikel “Empat Faktor Penting Pembawa Kemenangan Sebuah Tim,” eFG% mendapatkan porsi tertinggi 40 persen. Mengikuti selanjutnya adalah turnovers (25 persen), rebounding (20 persen) dan tembakan gratis (15 persen).
Hasil perhitungan eFG% di gim ini menariknya menunjukkan bahwa CLS Knights unggul 39,7 persen berbanding 37,5 persen. Bisa Anda baca di artikel “Mengapa eFG% Lebih Penting dari FG%?” bahwa variabel penentunya adalah tembakan dua poin dari tripoin. Dalam hal ini, berarti perolehan dua poin dan tripoin CLS Knights tidak cukup bermasalah atau lebih cukup efektif.
Begitu pula turnovers, perbedaan kedua tim hanya satu turnovers (12 untuk CLS Knights sementara 13 untuk Slingers). Secara pemanfaatan pun tidak cukup jauh dengan 8 oleh CLS Knights dan 13 dari Slingers. Jadi, bisa dibilang turnovers pun bukan masalah berarti di sini.
Rebounding sudah kita bahas sebelumnya dan memang cukup berpengaruh. Satu hal lagi yang ternyata cukup berpengaruh adalah tembakan gratis. Secara statistik tradisional, akurasi CLS Knights memang cukup buruk dengan 6/13 (43 persen) sementara Slingers hanya gagal dua kesempatan dari 11 percobaan. Selisih tiga poin dari tembakan gratis ini selaras dengan selisih skor akhir yang juga tiga poin.
Secara statistik lanjutan, ternyata Slingers unggul dari segi TS%. Jika dihitung, TS% CLS Knights hanya berada di angka 40,7 persen sementara Slingers menyentuh angka 41 persen. Merujuk kepada artikel “Mengenal dan Memahami TS%,” statistik tersebut menunjukkan bahwa Slingers lebih efektif dari CLS Knights secara keseluruhan tembakan (termasuk tembakan gratis).
Tempo Permainan
Faktor yang ini seharusnya dirasakan oleh semua pihak yang menonton pertandingan. CLS Knights memang sangat kental dengan gaya bermain menggunakan tempo cepat dengan waktu eksekusi di kisaran 14-17 detik. Tapi di dua gim terakhir, tempo pertandingan mengikuti tempo Slingers yang cukup lambat.
Tempo lambat ini membuat CLS Knights mengalami kesulitan di dua sisi permainan. Saat menyerang, pemain CLS Knights akhirnya terpaku kepada pola-pola isolation yang selama ini tak menjadi andalan mereka. Di sisi lain, saat bertahan, tempo ini membuat mereka gagal kembali ke area pertahanan dengan cepat yang membuat Slingers membuat 15 poin dari fast break di gim ketiga.
CLS Knights harus memaksa tempo lebih tinggi, dengan risiko kelelahan yang bisa melanda barisan utama. Oleh karena itu, di sini peran para pemain cadangan jelas dibutuhkan, meski hanya 1-3 menit. Pemain seperti Rachmad Febri Utomo, Firman Dwi Nugroho, Arif Hidayat, dll, harus mempersiapkan mental mereka saat dipercaya turun.
Wong Wei Long
Mengapa saya tidak menyebut nama Sandy Febiansyakh Kurniawan di daftar pemain cadangan? Karena menurut saya Sandy seharusnya dimainkan sebagai pemain utama, seperti gim pertama. Wong Wei Long adalah penyebab mengapa Sandy seharusnya masuk ke jajaran utama.
Seperti yang sudah pernah dibahas dalam artikel prediksi sebelum seri ini dimulai, Wei Long tampak sangat bermasalah kala berhadapan dengan Slingers. Sepanjang pertemuan dengan Slingers musim ini yang diikuti Wei Long, praktis hanya gim pertama yang menunjukkan penampilan normalnya. Sisanya, Wei Long benar-benar berantakan.
Dalam dua gim terkahir, Wei Long hanya mengemas total 8 poin dari 3/10 tembakan. Hal ini memang lebih baik dari catatan tiga gim terkahir melawan Slingers di musim reguler di mana ia hanya mengemas 5 poin secara total.
Wei Long menurut saya tidak seharusnya mengisi posisi utama di gim sekrusial ini dengan trennya dalam melawan Slingers. Sandy cukup layak mengisi posisi ini dan secara kehadiran pun tak cukup berubah banyak antara kedua tim. Di sisi lain, dengan tinggi badan 190 sentimeter, Sandy bisa berguna dalam rotasi pertahanan.
Saya pribadi berharap Wei Long bisa memperbaiki performanya dan mengapresiasi semua kontribusi yang ia berikan kepada CLS Knights sejauh ini. Tapi sekali lagi, di gim sepenting ini, keputusan tren buruk ini juga tak bisa dikesampingkan.
Foto: Yoga Prakasita