Pertandingan kuarter empat di pertemuan pertama CLS Knights Surabaya melawan Satria Muda Pertamina Jakarta di GOR Kertajaya Surabaya, tanggal 19 April lalu sempat memanas sebelum kemudian mendingin drastis. Adalah Arif Hidayat, pemain yang mendapat penghargaan sebagai pemain cadangan terbaik alias Sixthman of the Year IBL 2017, dilanggar oleh Hardianus ketika mencoba melewati daerah pertahanannya. Arif tersungkur lima sampai enam meter dari Hardianus. Ketika terbangun, Arif langsung berlari ke arah Hardianus. Tentu saja, para pemain CLS Knights yang lain langsung mencoba menahan Arif.
Dari tepi lapangan, terlihat Mario Wuysang bertepuk tangan bersemangat. Badannya condong ke depan ke lapangan, seolah menyetujui apa yang dilakukan oleh pemain yang kerap menggantikannya itu.
Tindakan Arif seharusnya layak diganjar dengan technical foul. Tetapi tidak terjadi. Tetapi kemudian juga terlihat wasit Hardja Jaladri memanggil Arif dan memberi peringatan untuk tidak mengulangi lagi kelakuannya. Kalau tidak, Hardja memperlihatkan aba-aba technical foul kepada Arif. Arif mengangguk tanda mengerti.
Laga pertama dimenangkan oleh CLS Knights dengan mantap bin telak, 80-60. Sepanjang laga, Satria Muda hanya sempat unggul 5-0 ketika kuarter pertama dimulai. Selanjutnya, CLS Knights melaju dengan raihan 7-0 (12-5) dan tak pernah lagi didekati oleh Satria Muda.
"Kami bermain cepat. Melawan Satria Muda itu harus main cepat. Kalau tidak, habis kita," kata Coach Wahyu Widayat Jati.
Laga kedua akan berlangsung di rumah Satria Muda di Britama Arena Jakarta, tanggal 22 April 2017. Saat ini, CLS Knights berangkat ke Jakarta dengan berbekal tas yang penuh. Penuh oleh percaya diri, dan tentunya keunggulan 1-0. Hanya butuh satu kemenangan saja untuk kembali ke final IBL.
Kepercayaan diri CLS Knights sudah terlihat ketika mengalahkan Bank BJB Garuda Bandung di laga ketiga putaran pertama playoff. Mario Wuysang dan kawan-kawan menemukan rasa itu ketika di menit-menit akhir Ashton Smith dan Arif Hidayat masing-masing memasukkan satu tripoin. CLS Knights melangkah ke semifinal dengan keunggulan 2-1.
Kepercayaan diri juga tampak ketika mereka mengalahkan Satria Muda di laga pertama semifinal. CLS Knights tak hanya unggul di kedudukan akhir, tetapi juga hampir di semua aspek pertandingan.
Akurasi CLS Knights ada di angka 43 persen. Sementara Satria Muda hanya 32 persen. Pada total asis, CLS Knights unggul 15-10 atas Satria Muda. Perbedaan tipis ada di jumlah rebound. CLS Knights 48, Satria Muda, 45.
“Kami kalah di semuanya,” keluh kepala pelatih Satria Muda Youbel Sondakh.
Satria Muda sebenarnya unggul di jumlah kesempatan tembakan gratis. Arki Dikania Wisnu dan kawan-kawan mendapatkan 25 kali kesempatan. Sayang, hanya 14 saja yang masuk alias 56 persennya saja.
Kekompakan permainan Satria Muda buyar oleh kecepatan CLS Knights. Kecepatan yang diterapkan saat menyerang khususnya saat bertahan ini memaksa Satria Muda melakukan 22 kali turn over. Dari jumlah kesalahan tersebut, CLS Knights menimba tambahan 23 poin.
Kecepatan Tyreek Jewell dan Arki Dikania Wisnu juga terreduksi oleh kecepatan dan keketatan pertahanan para pemain CLS Knights. Tyreek hanya mampu mencetak 6 poin dan Arki hanya 4 poin.
Satria Muda sebenarnya menunjukkan permainan yang cukup baik pada performa tunggal Carlos Smith. Smith yang di awal laga membuka poin dengan tembakan tiga angka adalah satu-satunya pemain yang menyulitkan CLS Knights. Beruntung bagi CLS Knights, performa hebat Smith tidak didukung oleh performa pemain-pemain lainnya. Smith mengumpulkan 15 angka dan 10 rebound. Akurasinya 42,8 persen.
CLS Knights sendiri bukan bermain tanpa cela. Seperti yang diakui oleh Coach Wahyu Widayat Jati sendiri, barisan bigman selain Duke Crews cukup mengkhawatirkan.
Herman alias Wewe beberapa kali berada di tempat yang tepat dengan cepat. Namun ketika sudah menerima bola, ia tidak sigap. Beberapa kali para pemain Satria Muda lebih dulu menghadang tembakannya.
Begitu juga Firman Dwi Nugroho. Banyak berperan sebagai pemain bertahan, Firman melakukan empat kali foul. Empat foul yang berbuah delapan tembakan gratis untuk Satria Muda. Firman memang berhasil melepaskan blok keras dan telak kepada salah satu pemain Satria Muda. Tetapi secara keseluruhan, teknis menjaga Firman masih kurang baik.
Setiap kali didakwa melakukan foul, Firman terlihat berdalih dengan mengangkat kedua tangannya, seolah ia tidak melakukan apa-apa. Benar tangan Firman dalam gestur yang tepat. Namun bila diperhatikan, setiap kali lawan di depannya hendak menembak, Firman mendekat alias bergerak dan menggeser mengganggu lawan.
Isman Thoyib yang paling lumayan. Walaupun ketika baru masuk di kuarter kedua ia langsung melakukan dua kali foul. Thoyib akhirnya mencetak 4 poin di akhir laga. Firman kemudian 2 poin dan Herman 0.
Tiga pemain bigman CLS Knights tersebut walaupun kurang dalam performa yang diharapkan, mereka adalah pilihan kedua dalam mencetak angka. Pilihan pertama adalah Duke Crews. Pemain beringas yang sangat baik di setiap aksinya. Jadi tetap saja, akan sulit bagi Satria Muda.
Namun Crews punya kelemahan yang sangat bisa dimanfaatkan lawan. Ia mudah terpancing emosi. Melawan Garuda di putaran pertama, Crews pernah mendapat technical foul. Melawan Satria Muda, Crews kena peluit unsportsmanlike foul. Dukes yang coba ditenangkan oleh rekan-rekannya pun menjadi marah. Ia mengumpat ke arah salah satu manajer CLS Knights di tepi lapangan dan menolak memberi salam kepada Coach Wahyu ketika ditarik ke luar di dua menit menjelang laga berakhir. Malam itu, Crews sudah mencetak 15 poin, 21 rebound dan 5 asis.
Satria Muda punya kesempatan bangkit di pertandingan kedua. Di akhir konferensi pers seusai laga, Coach Youbel seolah ingin para peliput menulis tanda pagar yang selalu tercantum di instagram Satria Muda, #ReturnStronger. Walau kemudian Arki, di sebelahnya, mengangguk-angguk bahwa #RoadToG10ry akan terjal dan penuh tantangan.
Modal percaya diri dan kemenangan 1-0 akan membuat CLS Knights bermain lepas di Britama Arena. Arena ini seharusnya menjadi angker bagi CLS Knights karena merupakan rumah Satria Muda. Tetapi boleh jadi pula malah membawa kembali aroma satu tahun yang lalu. Britama Arena adalah tempat dimana CLS Knights pertama kali mencium trofi juara.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan Satria Muda malam ini (Laga 1). Tetapi apapun yang akan mereka lakukan di pertandingan kedua, kami selalu siap," komentar Coach Wahyu.
(*)