Akhir musim reguler 2017 alias Seri 8 IBL 2017 tidak hanya bertabur pecahnya rekor dan pergantian beberapa pemain asing. Tetapi juga berjatuhannya sanksi-sanksi kepada beberapa tim yang melanggar aturan.

Seperti kita ketahui, Seri 8 menjadi seri dimana CLS Knights Surabaya tidak lagi menggunakan pemain naturalisasi Jamarr Andre Johnson dan pemain asing DeChriston McKinney. Performa keduanya yang dianggap kurang memuaskan membuat manajemen CLS Knights mendatangkan dua pemain baru, Ashton Smith dan Duke Crews.

Dalam penampilan perdananya, Ashton Smith bermain cukup baik. Ia membukukan 25 poin, 12 rebound dan 3 asis. Sayangnya, CLS Knights malah kalah dari tim papan bawah Bima Perkasa Yogyakarta 82-85. Kekalahan ini diderita setelah laga berlanjut ke babak over time (75-75).

Selain CLS Knights yang mendatangkan dua pemain asing anyar, hal serupa juga dilakukan oleh Aspac Jakarta. Aspac menggeser Pierre Henderson-Niles dengan Christopher Hill. Berbeda dengan Smith yang masih bermain baik meskipun CLS Knights kalah, Christopher Hill hanya mencetak 4 poin bagi Aspac. Ia juga gagal membawa timnya mengalahkan Pacific Caesar Surabaya. Aspac menyerah dengan selisih skor tipis 67-69.

Selain pergantian terakhir para pemain asing menjelang babak playoff, Seri 8 juga menjadi ajang pemecahan rekor poin terbanyak dalam satu pertandingan. Adalah Tyrell Corbin, guard Bima Perkasa Yogyakarta yang membuat heboh. Saat timnya mengalahkan CLS Knights, Corbin membukukan 50 poin. Total ini lebih banyak dua angka daripada rekor yang dicetak Respati Ragil Pamungkas saat masih bermain untuk Satya Wacana Salatiga di IBL 2016. Tahun lalu, Ragil membukukan 48 poin saat Satya Wacana mengalahkan JNE Bandung Utama (Siliwangi) 73-54 di Malang.

Tidak sampai 24 jam, rekor 50 poin yang dipahat Corbin langsung dilewati oleh Gary Jacobs Jr.. Guard NSH Jakarta ini mencetak 61 poin saat timnya mengalahkan Satya Wacana, kemarin (Minggu, 19/3). Rekor ini boleh jadi menjadi rekor poin terbanyak dalam satu pertandingan di sejarah bola basket profesional Indonesia. Meskipun tidak ada catatan pastinya, ada yang menyebut pada tahun 1996, pemain asing Pelita Jaya Tony Harris pernah mencetak 60 poin dalam satu pertandingan.

Pemasukan 60 juta rupiah untuk IBL

Selain catatan-catatan menarik di atas, selama Seri 8 di Bandung, juga terjadi beberapa insiden yang membuat IBL mengeluarkan sanksi-sanksi tegas. Termasuk di antaranya sanksi berupa pembayaran denda. Tidak tanggung-tanggung, IBL memberikan sanksi denda total 60 juta rupiah kepada beberapa tim.

Ada insiden tidak menarik terjadi pada laga Hangtuah Sumsel melawan Pelita Jaya EMP Jakarta di Seri 8 Bandung tanggal 18 Maret. Di kuarter 3, di sekitar menit 8, terjadi benturan antara pemain Hangtuah Mei Joni dan pemain asing Pelita Jaya Kore White. Insiden ini berlanjut dengan berhamburannya beberapa pemain Hangtuah dan Pelita Jaya ke arah kedua pemain.

Naas bagi Hangtuah, beberapa pemain yang berhamburan ke tengah lapangan juga terkena denda. Mereka adalah para pemain yang sedang tidak bermain alias cadangan.

“Beberapa pemain kami yang ke tengah lapangan sebenarnya bertujuan untuk melerai. Tidak ada niatan sama sekali untuk menambah ricuh. Apalagi kami dan Pelita Jaya menginap di hotel yang sama,” jelas manajer tim Hangtuah, Leonardo Niki.

“Tetapi liga menggunakan pasal bahwa apapun tujuannya, pemain cadangan yang memasuki lapangan saat terjadi keributan tidak diperkenankan (Aturan FIBA Pasal 39).”

Ricardo Orlando Uneputty, Andrie Ekayana, Yan Steven Pattikawa dan Ahmad Junaedi adalah empat pemain yang dimaksud. Selain langsung dikeluarkan dari arena (ejected), empat pemain tersebut juga terkena denda masing-masing 5 juta rupiah (total 20 juta).

Mei Joni dan Kore White juga masing-masing mendapat denda lima juta rupiah. Keduanya juga mendapat sanksi larangan bermain sebanyak dua pertandingan.

“Seperti kasus di semifinal tahun lalu, ketika Herman (CLS Knights) dan Hardianus (Satria Muda) terlibat keributan, keduanya mendapat sanksi larangan bermain. Herman 2 pertandingan dan Hardianus dan Riza tidak boleh main 3 pertandingan,” jelas Hasan Gozali, Direktur IBL.

“Jadi kami merasa cukup konsisten dalam menegakkan aturan. Khususnya dalam kasus Kore dan Joni ini,” tambah Hasan.

Malang bagi Hangtuah, seusai laga, tidak ada satupun wakil dari tim yang memberikan keterangan pers. Perbuatan ini membuat IBL memberikan sanksi tambahan sebesar 25 juta kepada tim Hangtuah (total 50 juta rupiah dibebankan kepada Hangtuah).

Denda sebesar 5 juta rupiah juga dibebankan kepada Nate Barfield, forward-center NSH Jakarta. Seperti halnya empat pemain Hangtuah yang memasuki lapangan, menurut Hasan Gozali, Nate juga memburu ke dalam lapangan ketika terjadi insiden antara wasit dengan Gary Jacobs.

Penerapan sanksi denda uang tunai dalam jumlah yang cukup besar ini sudah pernah terjadi sejak era NBL Indonesia lalu. Vinton Nolland yang saat itu masih membela Satria Muda Pertamina Jakarta mendapat denda 20 juta rupiah karena dianggap dengan sengaja menyikut guard Satya Wacana Gian Gumilar. Vinton juga mendapat larangan tampil di lima laga berikutnya.

*Tambahan: Nate Maxey, center asing Satya Wacana Salatiga juga mendapat sanksi lima juta rupiah karena insiden saat melawan NSH Jakarta. Judul di atas kami ubah, dari "60 Juta" menjadi "65 juta".

Foto: Hari Purwanto

Komentar