Format penyelenggaraan IBL 2017 terbilang unik. Dengan jumlah laga yang relatif sedikit, seri penyelenggaraan dibuat relatif banyak (delapan seri).
Musim lalu dan musim-musim sebelumnya di NBL Indonesia, setiap tim memiliki jatah pertemuan antartim sebanyak tiga kali. Artinya, setiap tim akan bermain sebanyak 33 kali dalam satu musim. Kini, dengan membagi tim peserta menjadi dua kelompok grup, tim-tim yang berada dalam satu grup akan bertemu dua kali, dan tim-tim yang berada di grup yang berbeda akan bertemu satu kali. Total, musim ini satu tim hanya bermain 14 atau 15 kali.
Dengan jumlah pertandingan yang relatif sedikit, IBL mengatur agar penyelenggaraannya lebih banyak. Jumlah seri yang lebih banyak sebenarnya pernah terjadi di NBL Indonesia musim 2014-2015. Saat itu, musim reguler digelar dalam 10 seri. Dalam satu seri, ada lima hari berisi pertandingan-pertandingan.
Perbedaan antara seri NBL Indonesia 2014-2015 dan IBL 2017 adalah, seri-seri IBL 2017 berlangsung singkat. Paling banyak tiga hari, dan paling sedikit dua hari.
Awalnya, jadwal singkat ini cukup mengagetkan penggemar. Mengagetkan karena keluar dari pakem penyelenggaraan kompetisi basket Indonesia sebelum-sebelumnya. Namun setelah melewati dua seri, Seri 1 Surabaya dan Seri 2 Jakarta, ada hasil yang cukup menggembirakan.
Dalam tiga hari di Surabaya dan dua hari di Jakarta, walau tak sampai membludak, penonton yang datang selalu ramai. Di Surabaya, setidaknya setiap hari satu bagian GOR Kertajaya Surabaya selalu terisi penuh. Pada laga besar, GOR Kertajaya bahkan terisi penuh. Pun halnya di Britama Arena Jakarta. Dalam pandangan mata, selama dua hari berturut-turut, lebih dari 70 bahkan sampai 80 persen tempat duduk penonton terisi penuh.
Tidak ada laporan pasti apakah sistem ini membuat biaya penyelenggaraan membengkak atau malah lebih murah. Namun dalam sebuah obrolan, penyelenggara mengatakan bahwa ongkos yang dikeluarkan relatif sama besar dengan sistem seri yang menggelar seminggu pertandingan.
Ke depan, jika sistem ini memang baik dan mengundang banyak penonton, semoga bisa dipertahankan. Apalagi bila jumlah pertemuan bisa kembali normal (tiga kali pertemuan antartim) dan jumlah kontestan IBL bertambah (minimal bertambah 1 -atau syukur bisa tambah 3). Artinya, jumlah seri penyelenggaraan akan bertambah drastis. Dan bukan tidak mungkin, IBL akan kembali mengunjungi kota-kota di luar pulau Jawa seperti Denpasar, Makassar, Medan, Balikpapan dan lain-lain.
Apabila itu benar terjadi, selain bisa mengunjungi banyak tempat, kita juga akan punya musim kompetisi yang relatif lebih panjang daripada biasanya. (*)
*Semoga harapan ini sejalan dengan hitung-hitungan pengeluaran panitia IBL dan tim-tim peserta. Amiin.
Foto: Hari Purwanto.