Pada 2016 lalu, Kaleb Ramot Gemilang senang bisa menjadi juara IBL bersama CLS Knights Surabaya. Pada 2019, ia senang lagi karena bisa juara bersama Stapac Jakarta. Dua gelar itu penting dalam kariernya. Euforianya sama, tetapi perannya berbeda.
Tiga tahun silam, peran Kaleb di CLS tidak sebesar tahun ini. Bersama Stapac, Kaleb mengaku punya peran yang lebih besar. Ia bisa bermain lebih sering. Karena itu pula ia bisa menyabet gelar pemain terbaik (MVP) IBL 2018-2019 sekaligus gelar juara.
Saya mewawancarai Kaleb tentang pertandingan final dan gelar juara keduanya di IBL. Kami juga membicarakan tentang seberapa penting gelar MVP untuk kariernya. Kami bahkan membicarakan tentang rencana dekat Kaleb membela tim nasional Indonesia di SEA Games 2019.
Simak wawancara berikut ini:
Ada komentar soal pertandingan final?
Kami sudah menduga pertandingan pasti lebih tough. Kami lihat mainnya lebih psychal daripada gim sebelumnya. Kami tahu SM tidak mau tersingkir. Do or die buat mereka. Tapi, kami sudah antisipasi. Kami main bisa control the game. Dengan dribble. Defense bagus. Banyak setop yang kami lakukan. Jadi, bersyukur kami bisa menang.
Animo Bandung rasanya seperti apa? Kaleb main di rumah sendiri.
Gokil. Tadi awal-awal saya kira tidak penuh. Pas akhir-akhir gila penuh semua. Gila, gila, gila.
Penilaian Kaleb terhadap penampilan Stapac selama satu musim ini seperti apa?
Apa, ya? Kompak, sih, kalau saya bilang. Lebih seperti keluarga. Famili. Kompak banget. Semoga tahun depan kami bisa lebih kompak lagi. Apalagi kami tahu ada beberapa pemain yang memutuskan pensiun. Jadi, semakin sedikit pemain kami. Tidak tahulah. Manajemen yang mengurus, tapi tahun depan targetnya tetap sama.
Musim ini bisa dapat MVP. Kok bisa?
Apa, ya? Saya juga bingung. Kok bisa, ya? Tapi, apa yang dilakukan teman-teman itu membantu saya. Mereka konsisten, saya jadi terbawa. Kalau kita lihat, permainan Stapac diawali oleh guard. Kayak Agassi (Agassi Yesse Goantara), Widy (Widyanta Putra Teja), sama Bram (Abraham Damar Grahita). Saya tinggal menunggu bola sebenarnya. Kebetulan mereka punya spacing bagus, saya jadi bisa finishing bagus. Itu saja, sih.
Ada pendapat soal kemenangan beruntun? Lebih dari 19. Saya sampai lupa jumlahnya.
Ke-22 kalau tidak salah. Gokil kami bisa mendominasi di liga ini. Cuma kalah di pertandingan pertama. Itu pun karena kami tidak lengkap pemainnya. Jadi, bersyukur bisa dominan. Apa yang kami latih terbayar semua.
Dulu kita pernah bicara soal Giedrius Zibenas selama musim reguler. Ketika di playoff dia seperti apa?
Latihannya malah lebih ringan. Maksudnya, kuantitas latihannya lebih sedikit, tapi kualitasnya lebih dalam. It’s all about quality. Dia selalu menekankan pada persoalan mental kami. Kalau ada di situ, bisa lihat dia ngamuk-ngamuk terus. Sampai saya bingung. Defense begini salah, defense begitu salah. Maunya apa? Kami bingung, tapi dari situ mental kami teruji.
Salah satunya bisa dapat MVP. Itu berarti apa buat ke depannya?
Salah satunya pembuktian. Saya sudah enam tahun di liga. Saya merasa selama 4-5 tahun kemarin begitu-begitu saja. Sekarang ternyata bisa membuktikan kalau saya bisa. Bersyukur dapat tim yang bisa satu visi dan misi.
Pada 2016 Kaleb juara juga bersama CLS Knights Surabaya. Apa bedanya dengan sekarang?
Kalau bisa dilihat, peran saya sekarang lebih banyak. Kalau di 2016, kami juara, euforianya sama, tapi perannya beda. Peran saya lebih banyak sekarang.
Setelah ini apa lagi?
Yang paling dekat, saya ingin membela tim nasional di SEA Games.
Foto: Hariyanto dan Alexander Anggriawan