Seorang mantan pegawai Nike melaporkan tuntutan terkait perilaku diskriminatif yang dialami selama bekerja. Setelah sebelumnya terkait gender, kini Ahmer Inam menuntut pabrikan Oregon itu dengan membawa isu rasialisme. Pria asli India tersebut mengalami pelecehan warna kulit sejak bekerja di sana per 2016 hingga keluar akhir 2018 lalu.
Ahmer Inam mengajukan gugatan dan meminta ganti rugi dengan total lebih dari AS$850.000. Dalam berita acara gugatan, mantan eksekutif Nike yang bekerja sebagai Direktur Senior Analisis Data itu menuduh perusahaan secara rasial mendiskriminasinya. Ia meminta A$516.000 sebagai ganti rugi ekonomi, A$350.000 immateriil, dan sisanya adalah biaya pengacara.
Ini adalah kali ketiga Nike terjerat kasus kepegawaian sementara gugatan tersebut adalah yang pertama kalinya tentang ras. Dua tuntutan hukum sebelumnya berdasar pada klaim perilaku diskriminasi gender. Meski demikian, kepada media, Nike secara konsisten mengatakan menolak penuh tindakan diskriminatif atas dasar apapun.
"Sangat menyedihkan mengetahui sebuah perusahaan yang memasarkan diri sebagai pendukung gerakan orang-orang kulit berwarna nyatanya gagal total menangani diskriminasi ras secara internal," kata Dana Sullivan, pengacara Buchanan Angeli Altschul & Sullivan LLP yang mewakili Inam. "Sudah ada banyak penyelidikan atas tindakan diskriminatif pada wanita selama setahun terakhir. Akan tetapi, ada kisah yang sama-sama menyedihkan tentang perlakuan terhadap karyawan kulit berwarna (selain karyawan berkulit putih kaukasoid)."
Pihak penggugat adalah pemegang dua gelar Master dari Texas A&M University. Pekerjaan utamanya adalah analisa untuk mengukur perilaku pelanggan dan penetapan harga. Dalam surat gugatan, ia menerima pujian atas pekerjaan yang sudah dikerjakan namun merasa tidak mendapat perlakuan setara dengan karyawan lain yang berkulit putih.
Inam mengklaim dirinya ditolak promosi kenaikan jabatan. Perusahaan justru lebih memprioritaskan karyawan kulit putih dengan berpengalaman lebih sedikit. Selain itu, ia merasakan ketidakadilan soal gaji. Nike menggajinya AS$75.000 lebih kecil dibandingkan dengan rekan kerjanya yang kulit putih dengan pendidikan dan pengalaman yang sama.
Atas perlakuan itu, Ahmer Inam mendaku mengalami depresi. Dampaknya pun meluas. Ia jadi susah tidur, kesehatan menurun, juga kepercayaan diri meredup. Pria asli India itu bahkan harus mengeluarkan biaya tidak sedikit untuk penanganan medis ke psikolog.
Pihak Nike belum mengeluarkan komentar apapun terkait kasus ini. Gugatan yang dilayangkan menambah daftar kelam kasus kepegawaian yang menyandung perusahaan yang dipimpin Mark Parker tersebut. (ajb)
Foto: Getty Images