Rapper 2Chainz sedang sibuk mempublikasikan album kelimanya bertajuk “Rap or Go to the League”. Pesohor bernama asli Tauheed Epps itu mengangkat isu sosial, pengalaman pribadi, hingga olahraga basket dalam lirik lagu-lagunya. Demi meningkatkan kualitas musik juga pesan, 2Chainz mendaku berdiskusi dengan LeBron James. Penggawa Lakers tersebut dianggap mumpuni setelah gencar mempromosikan slogan More Than an Athlete.
Album ini juga sebagai bentuk mengagungkan Black History Month. Meski begitu, mantan mahasiswa Alabama State University dan Virginia State University itu memilih 1 Maret 2019 sebagai tanggal perilisan.
LeBron James menjabat sebagai Produser Eksekutif dan A&R (Artist and Repertoire). Posisi ini kerap muncul di industri musik hip hop dan rap dewasa ini. Seorang A&R bertugas untuk mencarikan talenta kolaborator, penentu kualitas, hingga pemberi ide lain yang dibutuhkan. Alhasil, nama-nama tenar seperti Ariana Grande, Ty Dolla Sign, Chance the Rapper, Kendrick Lamar, Travis Scott, dan Lil Wayne masuk jajaran musisi kolaborator. Sementara itu, LeBron James dan Pharrell Williams adalah sebagian dari sembilan orang yang memproduseri “Rap or Go to the League”.
Apple Music membuat video perilisan yang memuat hubungan keduanya dalam sebuah diskusi mendalam. “Saya rasa ia (LeBron James) tidak tahu sebesar besar bantuannya bagi saya. Dia selalu ada selama setahun penggarapan,” tutur 2Chainz di video itu. “Obrolan paling saya ingat adalah pembahasan apakah album ini memuat 14 atau 16 lagu. Kita berdiskusi seminggu penuh untuk itu,” pungkas LeBron sembari tertawa.
2Chainz saat mendukung LeBron James di NBA All-Star 2019.
Tauheed Epps adalah seorang rapper yang dulunya pebasket pelajar semasa sekolah. Ia mengidolai Michael Jordan sehingga memakai nomor 23 sebagai nomor tanding. Kecintaannya pada basket membawanya pada pergaulan dengan para pebasket profesional NBA seperti Kyrie Irving dan LeBron James di masa sekarang. Lebih jauh, persahabatannya dengan James membawanya pada diskusi tentang karya dan pergerakan melawan isu rasialisme.
Selama masa kuliah tahun 1995-1997, Epps bermain untuk kampusnya dan sempat menjadi bintang di beberapa kompetisi yang diikuti. Meski demikian, ia kerap melakukan kegiatan kriminal sehingga sempat berpindah kampus. Ia akhirnya meraih gelar sarjana ketika bersekolah untuk Virginia State University. Rekam jejak kriminilnya sudah kentara ketika ia diringkus pihak kepolisian karena terbukti menjual obat-obatan terlarang saat usianya masih 15 tahun. Kehidupan yang keras jadi latar belakang di balik segala ulahnya.
Bersamaan dengan itu, ia meluapkan keresahan serta permasalahan hidup dengan bermusik dengan sesekali bermain basket secara amatir. Dalam video tentang album barunya, ia mendaku menyesal dengan segala ulah yang ia lakukan semasa sekolah. “Saya melewatkan banyak kesempatan meraih beasiswa dan sebagian jalur pendidikan bergengsi. Tapi, saya percaya Tuhan menganugerahi bakat di bidang lain yang bermanfaat bagi masyarakat,” tutur pria yang mengawali karir dengan nama panggung Tity Boi itu.
Baca juga: Rapper 2Chainz Sindir Nike atas Dugaan Peniruan
Foto: Kevok Djansezian/Getty Images, akun Instagram @2Chainz