Erlan Perkasa tampil kasual. Sebelum mengganti pakaian untuk mengikuti konferensi pers Loop 3x3 Competition National Championship 2016 kemarin (28 September) di Pena Room Lantai 2 Graha Pena Surabaya, ia singgah sebentar di markas Mainbasket.

Bersama tim DKI Jakarta, Erlan baru saja meraih medali emas di laga Eksebisi PON XIX Jawa Barat 2016. Di sana, DKI Jakarta mengalahkan Sumatera Barat dengan kedudukan ketat 21-18.

Tanpa banyak yang mengetahui, Erlan sebenarnya meraih dua emas. Ia berhasil jadi yang teratas di nomor kontes tembakan tiga angka. Kontes yang mempertemukan semua peserta, baik putra maupun putri dalam satu kompetisi.

Sebelum memberikan cerita di konferensi pers Loop 3x3 Competition National Championship 2016, Erlan berbagi cerita tentang kiprahnya di basket 3x3. Mana yang spesial, mana yang rezeki nomplok, serta prediksinya tentang masa depan basket 3x3.

 

Ceritakan panjang lebar tentang kiprah Erlan di dunia basket 3x3.

Saya sudah main 3x3 sejak FIBA U18 World Championship di Monas tahun 2013. Tapi saya ikut yang U15. Itu yang main di pinggir-pinggir lapangan utama. Waktu itu saya juara satu. Kejuaraan U15 itu khusus untuk tim-tim Indonesia saja.

Baru kemudian saya main di Loop 3x3 DBL di tahun 2015. Kenapa main Loop 3x3 karena sekolah saya terlambat daftar DBL. Iseng-iseng saja. Di Jakarta menang, lanjut ke nasional tanpa persiapan sama sekali. Nothing to lose saja. Ternyata kami juara dan ke Amerika. Pulang dari Amerika ditelepon Anthony (Gunawan, Ketua Sub-Divisi 3x3 Perbasi) untuk ikut kejuaraan FIBA (U18 World Championship 2016) di Kazakhstan. Tapi sebenarnya sebelum itu sudah ikut banyak kejuaraan 3x3 juga. Tujuannya ya itu, menambah poin untuk bisa ke level atas.

Sebelumnya, saya tercoret di tim nasional lima lawan lima. Akhirnya saya ke 3x3. (Di Kazakhstan) Pertama lawan Rumania dan langsung menang. Gebrakan banget. Indonesia bikin kejutan karena di sana Indonesia dianggap remeh karena postur kita paling kecil.

Kami peringkat empat di grup. Di kejuaraan itu kita peringkat 16 dari 20 negara peserta. Balik dari sana, saya ke L-Men 3x3. Di kelompok U18 kami menang di Jakarta. Lalu masuk nasional. Di final kami kalah melawan Malang.

Dari sana ada kejuaraan lagi untuk berangkat ke Malaysia (FIBA Asian U18 Championship 2016). Di sana kita satu grup dengan Malaysia, Singapura, Kyrgyzstan dan Sri Lanka. Dari sana, baru saya main di PON.

Awalnya Jakarta tidak mau kirim tim (ke PON). Karena status cabang ini masih eksebisi. Saya sangat ingin main. Saya ingin Jakarta mau kirim tim meskipun tidak kasih dana. Awalnya saya pesimis karena Jakarta tidak ada tanda-tanda akan kirim utusan.

Dua minggu kemudian, tiba-tiba Om Yos (Manajer tim basket Tanago) telepon. “Erlan mau main 3x3 PON?” Akhirnya saya main. Persiapan hanya seminggu. Latihan setiap hari. Kami berangkat tanpa beban. Karena saya anggap lawan kami senior semua. Umumnya kelahiran 1996, kami dari Jakarta rata-rata 1998.

Walau begitu, saya yakin bahwa hanya Jakarta yang punya chemistry terkuat.

Kami kaget waktu mengalahkan Jawa Barat. Karena mereka menurut kami Jawa Barat adalah yang terkuat. Kami ketemu di perempat final. Kami menang 18-15.

Sejak itu kepercayaan diri kami meningkat. Sampai di final, kami kaget juga karena bertemu Sumatera Barat, tim yang tidak pernah kami pantau sebelumnya.

Menit ketujuh, DKI tertinggal 6-1. Tetapi itulah 3x3, semua bisa terjadi. Satu menit menjelang akhir, kedudukan 18-17. DKI, 17, tapi pegang bola. Saya di bangku cadangan. Teman saya cedera dan harus diganti pada saat mendapat dua kali free throw (foul team lawan tujuh kali). Masuk dua-duanya, skor jadi 19-18 kami balik unggul. Sumatera Barat serang, shooting, tidak masuk, saya rebound.

Bola saya bawa ke luar. Waktu tinggal 58 detik. Saya tembak dua angka dari luar. Masuk. Selesai, 21-18.

Bagaimana kekuatan tim-tim 3x3 di PON?

Menurut saya, Jawa Barat paling menonjol. Tapi, ya 3x3 itu bukan hanya skill. Saya lihat kelemahan Jawa Barat adalah mereka tidak memiliki chemistry. Mereka main individu. Main sendiri, tak ada kekompakan tim. Di sana kami menang.

Apa arti dua emas di Eksebisi PON terhadap semua pencapaian di 3x3?

Ini adalah pencapaian tertinggi saya. Alhamdulillaah saya dapat dua emas. Kontes tripoin di 3x3 itu dicampur. Putra dan putri berkompetisi. Tapi, satu provinsi, walau mengirim dua tim (putra dan putri) hanya boleh memberikan satu pemain untuk kontes tripoin.

Empat tahun mendatang, di PON Papua, bagaimana Erlan melihat peluang 3x3 untuk dipertandingkan sebagai cabang resmi?

Basket 3x3 ini sedang naik daun. Kita lihat ke belakang beberapa tahun ini deh, pernah tidak Indonesia main di kejuaraan dunia? Kita punya kesempatan ini di 3x3. Inilah bedanya. Saat ini, semakin aktif kita menggelar kejuaraan 3x3, semakin besar kesempatan kita bermain di level dunia. Ini bagi saya menarik. Ini kesempatan kita semua. Dengan sering bermain saja, kita punya kesempatan main di level dunia. Pada saat pertandingan, kita pun bisa bersaing. Karena 3x3 ini kesempatannya merata. Apa pun bisa terjadi. Kalau tembakan kita bagus, setiap kesempatan bisa menghasilkan poin.

Datang untuk “menyemangati” peserta Loop 3x3 2016, apa kesan terdalam Erlan tentang Loop 3x3 dan juga DBL?

Rezeki nomplok. Kami yang persiapannya minim, ternyata juara dan bisa ke Amerika. Bersyukur banget. Tapi DBL ini spesial. Di situ, khususnya waktu ke Amerika, saya belajar disiplin dan bersikap (attitude). Jam lima kumpul, ya jam lima. Bahkan kakak-kakak DBL yang menemani sudah ada di tempat sejak jam setengah lima. Attitude juga penting bagi DBL. Seperti misalnya saat makan, kami tidak boleh pegang telepon. Dan terakhir, kekeluargaannya. Kekeluargaannya tinggi di DBL. Dari pemain-pemain di Amerika, saya belajar dedikasi. Di Indonesia, latihan dua jam kelar, ya sudah pulang. Kalau di sana tidak. Latihan sehari bisa enam jam.

Komentar