Kondisi Wayne Bradford dan Pelita Jaya dalam Kacamata Fictor Roring

| Penulis : 

IBL 2018-2019 benar-benar sulit diprediksi. Kepala Pelatih Pelita Jaya Basketball, Fictor Roring, tahu benar seperti apa kompetisinya sekarang. Menurutnya, dinamika persaingan di liga basket Indonesia sedang panas-panasnya. Pelita Jaya saja bisa mengalami empat kali kekalahan. Bagi mereka, empat kekalahan itu terlalu banyak.

Di tengah panasnya kompetisi, Pelita Jaya rupanya tidak hanya mengalami kekalahan, tetapi juga nasib sial lainnya. Mereka mesti kehilangan Wayne Bradford, garda utama asal Amerika Serikat, karena cedera parah pada kakinya. Bradford terjatuh ketika membela timnya di IBL Seri 4 Solo.

Akibat cedera itu, Bradford harus mengakhiri musim lebih cepat. Ia tidak akan kembali lagi di sisa musim karena kakinya benar-benar parah. Pelita Jaya bahkan sempat mampir ke empat rumah sakit sampai akhirnya menerbangkan Bradford ke Singapura.

Menurut Fictor, cedera Bradford benar-benar berdampak hebat kepada tim. Para pemain, katanya, menjadi trauma. Mereka merasa takut ketika latihan. Oleh karena itu, Seri 5 di Bandung menjadi sebuah tantangan yang mesti mereka jawab. Sebab, kompetisi tidak akan menunggu mereka memulihkan diri. IBL akan terus berlanjut sementara Pelita Jaya tidak boleh terlarut. Mereka pun tampil dengan menguatkan hati. Demi Bradford, demi para pendukung Pelita Jaya.

Mainbasket lantas mewawancarai Fictor untuk menjelaskan semuanya: tentang kondisi Bradford, Pelita Jaya, dan apa yang hendak mereka lakukan di sisa musim. Simak penuturan Fictor, sebagai berikut:    

Apa pendapatnya soal pertandingan di seri ini (IBL Seri 5 Bandung)?

Sulit banget. Tidak mudah menyesuaikan permainan dengan dua pemain impor baru. Apalagi kami baru mengalami musibah yang sangat, sangat, membuat mental pemain turun. Terus terang, di latihan pun trauma Wayne membekas ke beberapa pemain. Mereka tahu kondisi Wayne sampai detik ini belum stabil.

Trauma itu luar biasa. Ada yang latihan sempat takut-takut. Kami latihan saja takut karena cedera Wayne itu parah sekali.

Seperti apa memang cederanya?

Saya susah menjelaskannya, tapi ada kemungkinan. Upayanya masih panjang. Concern kami sekarang itu adalah bagaimana menyelamatkan kakinya. Concern sekarang itu bagaimana menyelamatkan kakinya.

Parah sekali?

Parah sekali. Parah sekali. Apa namanya? Kondisi Wayne sampai sekarang belum stabil, jadi saya juga tidak bisa bilang bahwa dia bisa main basket lagi atau tidak. Kami belum tahu karena kondisinya belum stabil. Kami sudah bawa anak itu ke empat rumah sakit sampai kami terbangkan pesawat khusus ke Singapura untuk mendapat penanganan yang maksimal.

Itu membuat anak-anak takut di latihan. Namun, anak-anak berusaha untuk mendedikasikan kemenangan ini, kami pakai kaus ini, untuk Wayne. Pasti dia nonton. Kami beri dia motivasi untuk survive.

Sebagai nakhoda tim ini, bagaimana Pelatih menangani hal ini?

Kami melakukannya bersama-sama. Kami back-up satu sama lain, menguatkan satu sama lain. Sebab, tidak mungkin kami menangani trauma itu sendirian. Harus ada bantuan dari teman-teman yang lain. Saya bersyukur lapangan di sini tidak licin. Kalau licin, tambah trauma lagi.

Wayne sendiri tahu kondisinya?

Dia akhirnya tahu waktu di Singapura. Saya sebenarnya bukan orang yang tepat untuk membicarakan ini. Karena kami juga belum tahu bagaimana nantinya. Kami sudah bawa Wayne ke sana, ke Singapura. Kami datangkan keluarga ke sana. Kami terus koordinasi sama dokter di sana. Jadi, kami seserius itu menangani cederanya Wayne.

Siapa yang menunggu di sana?

Keluarga. Kami panggil keluarganya dari Amerika. Kami terbangkan ke Singapura. Kami beri Wayne full support.

Masalah itu susah kami jelaskan, tapi pada saatnya akan kami rilis keterangannya. Saat ini belum bisa menjelaskan karena kondisi masih tidak menentu.

Kita doakan Wayne untuk cepat pulih, tapi penggantinya ini seperti apa?

So far, saya cukup nyaman. Saya rasa C (Carlton Hurst), juga Nate (Barfield), bisa memberikan kontribusi luar biasa. Mereka juga fight di lapangan. Itu cukup. Akhirnya pemain lokal kami juga meningkat. Xaverius Prawiro, Andakara Prastawa, bisa menggila. Saya rasa ada andil dari mereka, ada support dari mereka.

Ada perubahan sistem atau strategi?

Pasti. Memang ada perbedaan karakter. Pemain asing kami yang dulu, Kore White dan Wayne Bradford, berbeda dengan yang sekarang. Harus ada penyesuaian dengan anak-anak. Saya senang mereka ternyata bisa menyesuaikan dengan baik.

Saya lihat Pelita Jaya membuat Prastawa dan Xaverius menjadi pembawa bola daripada Carlton Hurst. Apakah Hurst memang bermain sebagai forwarda?

Iya, dia memang posisinya begitu. Dia memang bermain di posisi dua dan tiga. Point guard saya serahkan kepada Ius dan Pras.

Puas dengan penampilan Ius dan Pras sebagai pembawa bola?

Puas. Mereka juga sudah terbiasa bermain dengan pemain asing. Mereka bermain di timnas melawan tim-tim luar negeri seperti Jepang, Cina. Saya rasa mereka tidak kelihatan jelek. Mereka memang sudah seharusnya bermain di level itu. Dengan adanya dua pemain asing baru ini, saya rasa peran mereka bisa maksimal.

Hurst jelas menggantikan Bradford karena cedera. Pertimbangan apa yang membuat Pelita Jaya memilih Barfield untuk menggantikan Kore White?

Kami kalah. Empat kali kalah itu banyak sekali untuk PJ. Kami harus berbuat sesuatu. Kore White bukan pemain yang jelek. Dia pemain yang sangat bagus. Hanya saja kondisinya tidak maksimal. Dia juga tidak berbaur dengan pemain-pemain kami sesuai harapan.

Mengapa pilihan jatuh kepada Barfield?

Karena kami melihat, dia bisa membongkar pertahanan di dalam, bisa bermain di luar.

Selama dua seri ini sudah menunjukkan itu?

Belum. Ini, kan, baru seri pertamanya.

O, iya, Seri 4 Solo tidak main, ya. Berapa lama dia baru latihan?

Iya, dua pemain asing itu baru main di seri ini. Mereka datang dari Jumat dan Sabtu. Baru ikut latihan 3-4 latihan bareng. So far, sebenarnya kami puas dengan mereka. Namun, saya bilang ke tim, kami masih punya ruang yang besar untuk berkembang. Masih ada yang perlu diperbaiki, terutama soal koordinasi yang berantakan. Ketika ada Wayne, para small man tahu mesti bergerak ke mana. Namun, C masih bingung. Dia tidak tahu harus bergerak ke mana. Untungnya pemain lain membantunya bergerak.

Fase itu normal. Kami akan berkembang lagi. Kalau Nate, saya bilang, so far so good. (GNP)

Foto: Hariyanto

Populer

Lakers Selama Ini Mencari Sosok Dalton Knecht
Hasil Rapat Sixers Bocor, Paul George & Joel Embiid Kecewa
Tripoin Franz Wagner Gagalkan Kemenangan Lakers
Menyerah di G League, Rodney Hood Pensiun & Ingin Jadi Pelatih
Pemain Bintang yang Cedera di Bulan Pertama NBA 2024-2025
Kolaborasi Unik Puma MB.04 dan Scooby Doo
Spurs Raih Dua Kemenangan Beruntun Tanpa Wembanyama 
Luka Doncic Cedera, Kabar Buruk Bagi Mavericks
Rencana NBA Pakai Format Pickup-Style untuk All-Star Game 2025
Perlawanan Maksimal! Indonesia Kalah dari Korea di Tujuh Menit Terakhir!