Rachmad Febri Utomo turut hadir saat BTN CLS Knights berkunjung ke kantor Redaksi Mainbasket dan DBL Indonesia. Pria yang akrab disapa Febri Kempling itu tampil kasual dilengkapi sepatu lawas Reebok TT Yao Ming. Bila melirik sejarah, Yao Ming bisa dibilang sebagai pahlawan bagi perkembangan basket Negeri Tirai Bambu ke ranah internasional. Karirnya di Houston Rockets meroket, seiring dengan kerja samanya dengan bermacam merek sepatu dunia -Reebok adalah yang terbesar.
Jumat, 8 Juli 2011 akan jadi tanggal paling diingat Yao Ming. Akibat deraan cedera yang tak kunjung membaik, ia mengumumkan pensiun dari basket di hari tersebut pada usia 31 tahun. Sepanjang berkarir basket, pria yang lahir dari keluarga pebasket ini bermain untuk dua tim profesional: Shanghai Sharks dan Houston Rockets.
Kontribusinya begitu besar bagi tim yang kini dihuni James Harden dkk. Asumsi tersebut dibuktikan dengan upacara pemensiunan seragam tanding nomor 11 milik Yao yang digelar 3 Februari 2017. Bakatnya sudah terpantau sejak masih berstatus ruki. Reebok pun telah mengamatinya sebagai senjata untuk mengenalkan merek tersebut terutama ke penikmat NBA di Cina.
Sepatu Reebok TT Yao Ming yang dipakai Febri Kempling.
Tahun 2003 adalah tahun gemilang bagi pabrikan olahraga asal Inggris tersebut. Mereka mencapai rekor penjualan terkuat sejak 1997. Kucuran profit yang moncer menjadikannya sebagai merek paling diperhitungkan di era awal 2000-an. Sebagian keuntungan tersebut dialokasikan untuk menguatkan lini basket dengan merencanakan strategi promosi besar-besaran. Salah satunya strategi yang dilakukan adalah menunjuk pebasket aktif NBA menjadi duta.
Pada 23 Oktober 2003, Reebok mengumumkan perekrutan Yao Ming sebagai duta. Keputusan ini diumumkan hanya beberapa bulan setelah mereka mengontrak Allen Iverson –salah satu pebasket paling menyita perhatian di masanya. Reebok mendapatkan Yao setelah kontraknya bersama Nike hanya bertahan setahun. Sayangnya, baik Reebok dan Yao Ming tertutup soal nilai kontrak yang mereka sepakati.
“Kami memiliki aset luar biasa di bidang basket. Yao Ming akan berkontribusi besar terhadap eksistensi merek kami di Cina dan sekitarnya. Lewat rekrutan tersebut, kami optimis peningkatan keuntungan hingga AS$300 juta dalam lima tahun ke depan,” ujar Paul Fireman yang kala itu menjabat sebagai CEO Reebok Internasional kepada ESPN.
Reebok Pump Omni Hexride PE “Beijing Olympics”
Benar saja, Yao Ming menjelma sebagai pemain Big Man apik hingga sempat disebut sebagai terbaik. Kepincutnya Reebok pun bukan beralasan. Pemuda Cina itu membuat momentum pada 17 Januari 2003. Di hari itu, ia pertama kali berlaga menghadapi Shaquille O’Neal dan ia berhasil melayangkan dua kali block pada Shaq. Yao juga melakukan dunk kemenangan saat waktu tersisa 10 detik. Hingga kontrak berhasil disetujui sang pemain, Reebok terus melakukan pendekatan intensif agar Yao tidak bergeser ke kompetitor.
Masuknya Yao ke NBA membawa perubahan signifikan. Untuk pertama kalinya ballot pengumpulan suara NBA All-Star dicetak dalam tiga bahasa: Inggris, Spanyol, dan Cina. Di tahun tersebut, Yao kembali berhasil mengungguli Shaq lewat pengumpulan suara siapa Big Men yang layak tampil di NBA All-Star 2003. Ia pun tampil di pertandingan tertinggi NBA dalam satu musim itu dengan menyandang status ruki. Torehan ini terakhir dilakukan oleh Grant Hill pada 1995.
Lewat Yao, Reebok berhasil mengenalkan siluet-siluet legendaris dan sempat jadi buruan panas para kolektor. Sang pemain tercatat menggunakan berbagai macam model dan warna. Mulai dari Reebok Pump Showstopper, RBK Voyager Mid, Hexride, Question Mid, dan lainnya. Sepatu paling menyita perhatian yang pernah dipakai Yao Ming adalah Reebok Pump Omni Hexride PE “Beijing Olympics” yang dipakai saat membela Cina di ajang Olimpiade Beijing 2008. Bagi penikmat NBA, terutama penggila Rockets dan Yao Ming, sepatu ini adalah buruan panas.
Reebok Omni Hexaride adalah sepatu yang paling sering dipakai.
Sembilan tahun karirnya di NBA (2002-2011) dihabiskan untuk membela Rockets. Ia total mencetak 9.247 poin dengan rata-rata menghasilkan 19 poin per gim. Selain itu, berhasil pula melakukan 920 block dan rataan 9,2 rebound per gim. Angka tersebut sudah layak bagi Rockets untuk mengabadikan Yao dengan memensiunkan nomor seragam 11 miliknya.
Sayangnya, setelah duta andalannya pensiun, Reebok gagal mempertahankan eksistensinya di ranah NBA. Mereka kemudian mundur dari dunia basket dan lebih fokus membuat sepatu untuk kebutuhan atletik, gaya hidup, dan kasual. Tak lupa juga lini sepak bola tetap menjadi yang diunggulkan.
Kini, Yao Ming sibuk dengan berbagai kegiatan filantropi. Selain isu kemanusiaan, pria 38 tahun tersebut juga lantang menyuarakan isu penyelamatan hiu yang acap dikonsumsi siripnya.
Foto: NBA, Jamie Squire/Getty Images, Bill Baptist/Getty Images, Dika Kawengian/DBL Indonesia