Guard sekaligus kapten Tomang Sakti Merpati Bali Yenny Zeng tertunduk. Berpikir sejenak sebelum mengatakan, “Harus bisa.”

Tidak dalam nada yang tegas. Biasa saja sambil sedikit tertawa. Yenny mengatakan dua kata itu dalam rangka menjawab pertanyaan seberapa optimis timnya bisa mengalahkan Surabaya Fever.

Dalam Game 1 Final WIBL 2016 yang mempertemukan Tomang Sakti dengan Fever, laga terlihat tak seimbang. Tomang Sakti memang berhasil mengawal permainan Fever, tetapi hanya sampai pertengahan kuarter kedua.

Kedudukan sempat menyentuh angka 18 sama. Setelah itu, Fever melaju dan menutup Game 1 dengan kemenangan 58-42.

“Tim Fever terlambat panas. Lama kami tidak bermain di ruangan AC,” canda Wellyanto Pribadi, kepala pelatih Fever seusai laga.

Seterlambat-lambat panasnya Fever di Game 1, mereka kemudian begitu mendominasi. Kurang berhasil menjalankan strategi mengoptimalkan big man di kuarter pertama, pergerakan bola cepat (small ball) antar para guard membuat pertahanan Tomang Sakti kocar-kacir.

Perlawanan Tomang Sakti yang paling intensif terlihat dari permainan point guard Agustin Gradita Retong. Gradita menjadi motor sekaligus senior yang mengendalikan tim.

Sejak bersatu dengan tim Merpati dari Bali, Tomang Sakti khususnya di laga pertama ini tidak memperlihatkan kegarangannya seperti musim-musim lalu. Apalagi dengan tidak hadirnya Jacklien Ibo yang cedera lutut (ACL).

Para pemain yang berasal dari Merpati seolah masih kaget “tahu-tahu” bermain di Final.

Berbeda dengan senior-seniornya di Tomang Sakti, para pemain Merpati seolah mencoba bermain sepatuh mungkin mengikuti instruksi pelatih. Walau kadang situasi di lapangan sudah tidak memungkinkan. Sementara para senior lebih tanggap beradaptasi.

“Kami cukup cepat untuk menggabungkan itu (Tomang Sakti dan Merpati). Karena mereka mau menerima masukan dari senior-senior. Jadi tidak terlalu sulit menyatukan tim ini,” jelas Yenny tentang kekompakan dua tim yang bersatu di dan selama musim ini.

Game 2 akan berlangsung pada hari Sabtu, 28 Mei besok. Melihat laga final pertama, Fever sepertinya akan kembali mendominasi dan keluar sebagai juara. Walau tentu saja kemungkinan Tomang Sakti mencuri kemenangan selalu ada.

Bila Fever besok keluar sebagai juara, artinya tim ini menyapu bersih semua laga di WIBL 2015. Mulai dari musim reguler hingga putaran final. Dominan tidak hanya di final, tetapi sepanjang musim.

“Pesertanya memang sedikit. Tetapi empat tim yang ikut musim ini adalah empat teratas. Kalau dibandingkan dengan musim kemarin, rasanya lebih enak musim kemarin karena pertandingannya lebih banyak,” jelas Coach Welly.

Dengan kekuatan yang ada saat ini, Fever memang memiliki potensi menguasai WIBL dalam beberapa musim ke depan. Terutama bila tidak ada perubahan berarti pada jumlah tim peserta maupun komposisi dan kekuatan tim-tim lawan.

“Mungkin saja banyak pemain (kami) yang tidak main lagi. Ada juga pemain-pemain baru. Jadi kami tidak bisa katakan kami akan dominan di musim depan,” Coach Welly menolak kemungkinan dominasi timnya di liga.

“Harapan saya, semoga musim depan timnya (peserta) lebih banyak dan pertandingannya lebih banyak. Itu saja harapan kami.”

Foto: WIBL Seri Surabaya.

 

 

 

 

Komentar