Bicara olahraga khususnya basket di modern ini tak bisa lepas dari angka-angka statistik mereka. Seperti artikel saya sebelumnya mengenai budaya perubahan gaya bermain LeBron James dan NBA keseluruhan terhadap tripoin, semua berdasarkan angka statistik. Angka-angka statistik tersebut dapat dilihat di berbagai situs seperti NBA.com sendiri hingga salah satu situs andalan saya untuk mencari data, basketball-reference.com.
Dua bulan NBA musim 2018-2019 berlangsung, banyak statistik aneh yang terus bermunculan. Mungkin kata yang tepat bukan aneh, saya lebih suka menyebutnya sebagai anomali. Mengapa? Karena angka-angka yang akan dibahas kali ini tak biasanya dimiliki oleh sang pemain dari musim-musim sebelumnya. Seperti kasus LeBron James, ia yang hanya memiliki akurasi tripoin di angka 29 persen di musim pertamanya, 16 tahun berselang berhasil meningkat di angka 37 persen. Berikut daftar anomali statistik pemain musim ini.
Tembakan Gratis DeAndre Jordan
Sebenarnya terkait anomali akurasi tembakan gratis DeAndre Jordan musim ini sudah pernah saya ulas dalam satu artikel sendiri. Namun, melihat besarnya pengaruh naiknya akurasi tembakan gratis Jordan dapat mengubah perjalanan karirnya, saya rasa ini layak diulas kembali.
Sebelum melakoni musim ini bersama Dallas Mavericks, Jordan menjalani 10 musim pertamanya bersama Los Angeles Clippers. Bersama Clippers, Jordan terkenal sebagai senter bergaya kuno, yang mengandalkan fisiknya. Lebih banyak bergerak di area kunci, meraup rebound, layup, dan dunk menjadi senjatanya. Kelemahan senter-senter kuno ini biasanya adalah akurasi tembakan gratis, dan Jordan memang bermasalah dengan hal tersebut.
Selama 10 musim, akurasinya berada di angka 45 persen. Beberapa lawan Clippers terutama di babak playoff tak sungkan menjalankan taktik “licik” memanfaatkan hal tersebut berjuluk “hack a Jordan”. Mereka akan memaksa melakukan team foul dan melanggar Jordan sebanyak mungkin. Gunanya untuk mencegah waktu bergulir dan Jordan melakukan tembakan gratis. Dengan rata-rata akurasi seburuk itu, Jordan tak akan membantu Clippers banyak dari kondisi tersebut.
Memutuskan pindah ke Mavericks musim ini, Jordan bak perangkat lunak yang diperbaharui (upgrade). Selama 28 laga yang sudah dilalui, akurasinya mencapai 75 persen. Rata-rata ia mencoba 3,8 tembakan gratis per laga dan memasukkan 2,9 di antaranya. Secara total, pemain asli Texas ini memasukkan 80 dari 107 tembakan gratisnya musim ini. Jika terus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan, Jordan akan semakin mengukuhkan dirinya sebagai salah satu senter terbaik di NBA.
Peningkatan Akurasi Tripoin Barisan All Star
Tripoin memang menjadi primadona untuk aspek yang ditingkatkan oleh para pemai NBA dalam lima tahun belakang. Kini tak hanya deretan garda yang jago menembak, para senter pun tak ragu melakukan hal tersebut. Dalam pengamatan saya, ada tiga pemain yang pernah terpilih sebagai All Star dan berhasil meningkatkan akurasi tripoin mereka musim ini dan salah satunya adalah senter. Selain itu, salah satu di antaranya juga pernah terpilih sebagai MVP liga.
Brook Lopez
Senter yang terpilih sebagai All Star di tahun 2013 ini hanya mencatatkan tiga tripoin masuk dari 31 percobaan di delapan musim pertamanya. Dua musim terakhir, ia melepaskan 712 percobaan tripoin dan memasukkan 246 di antaranya, setara dengan 34 persen dari 149 laga. Jika dibuat rata-rata, Lopez melepaskan 4,8 percobaan tripoin per laga dan memasukkan 1,6 di antaranya.
Memutuskan bergabung dengan Milwaukee Bucks musim ini, Lopez semakin meningkatkan intensitas tripoinnya. Dari 29 laga yang sudah dilakoni, Lopez sudah melepaskan 199 percobaan dengan 73 di antaranya meluncur mulus ke ring lawan. Secara rata-rata, musim ini sodara kembar Robin Lopez ini melepaskan 6,9 tripoin per laga dan memasukkan 2,5 di antaranya. Akurasi 37 persennya musim in juga menjadi yang tertinggi sepanjang karirnya.
Dwyane Wade
Sepanjang 16 musim karirnya, Dwyane Wade seolah sudah meraih segalanya. Tiga kali gelar juara serta belasan partisipasi laga All Star, hingga rekor rekor pribadi semua pernah ia raih. Namu, satu hal yang tak pernah lekat dengan dirinya adalah akurasi tripoin. Sepanjang waktu tersebut, Wade identik dnegan gaya main atletis mengandalkan terbosoan ke area kunci dan tembakan jarak menengah saja.
Sepanjang karirnya, pemain yang identik dengan nomor punggung tiga ini memiliki rataan akurasi tripoin di angka 29 persen. Menariknya, di musim ini, musim terkahirnya sebelum pensiun, akurasi tripoinnya justru meningkat luar biasa. Selama 21 laga, ia memasukkan 34 dari 93 percobaan tripoin, setara dengan 36 persen. Ini adalah untuk kali pertama Wade memiliki akurasi tripoin di atas 31 persen sepanjang karirnya.
Derrick Rose
Mantan MVP yang saya sebutkan tadi adalah Derrick Rose. Saya rasa nyaris semua orang ingat bagaimana gaya bermain Rose saat masa jayanya. Dunk-dunk spektakuler hasil dari terobosan bertenaga adalah ciri khas gaya bermainnya. Sesekali, serangannya berasal dari tembakan lompat (jumpshot) yang juga sangat bertenaga.
Seiring berjalannya waktu, Rose yang sudah terkena cedera parah dua kali sepanjang karirnya harus mengubah gaya bermain. Tak lagi eksplosif, Rose bermain lebih mengandalkan tekniknya sekarang. Gerakan lantun yang efektif ditambah peningkatan kemampuan tripoin menjadi senjata barunya sekarang.
Setelah tak pernah melewati akurasi 33 persen di sembilan musim karirnya, musim ini Rose benar-benar meningkat. Dari 28 laga yang dimainkan, Rose mencatatkan akurasi di belakang garis busur hingga 48 persen. Ia memimpin Minnesota Timberwolves untuk akurasi tripoin, bahkan saat Jimmy Butler masih ada di dalam tim.
Kyle Lowry Menjadi Fasilitator
Melanglang buana selama 14 musim dengan tiga tim di NBA, Kyle Lowry, bukanlah seorang garda utama yang dikenal perkara kemampuan umpannya. Lowry lebih berperan sebagai pencetak angka pertama, kedua, hingga ketiga di timnya. Terutama sejak membela Toronto Raptors di musim 2012 hingga musim lalu, pemain yang akrab dengan nomor tujuh ini adalah pilihan kedua Raptors mendulang angka setelah DeMar DeRozan.
Namun, perubahan besar terjadi setelah DeRozan dan Kepala Pelatih, Dwane Casey, angkat kaki dari tim musim panas ini. Di bawah asuhan Nick Nurse plus kedatangan bintang NBA, Kawhi Leonard, Lowry tak hanya berperan sebagai pencetak angka kedua, ia kini juga menjadi fasilitator utama tim.
Dalam 13 musim awalnya bermain, catatan asis tertinggi Lowry adalah 7,4 asis per laga. Angka itu pun didapat pada musim 2013-2014 lalu. Musim ini, dalam 29 laga yang sudah dilakoni, Lowry tampil dengan statistik yang berbeda. Masih masuk tiga besar pencetak angka terbanyak untuk Raptors dengan rata-rata 14,2 poin, Lowry juga menambahkan 10,0 asis per laga. Ia kini menjadi pengumpul rataan asis terbanyak liga mengalahkan nama-nama langganan seperti Russell Westbrook, Ben Simmons, hingga Rajon Rondo.
Tak sedikit pemain NBA berusaha mengembangkan kemampuan mereka di jeda musim. Mereka melatih hal-hal yang kurang dari diri mereka berdasarkan statistik musim lalu. Atau, ada pula yang berusaha menambah amunisi demi mengukuhkan status mereka sebagai salah satu pemain terbaik di liga terbaik di dunia ini.
Di sisi lain, peningkatan ketangkasan ini juga berguna untuk menaikkan harga pemain di pasar pemain bebas nantinya. Karena ketangkasan yang membaik akan membuat statistik yang lebih baik. Statistik yang baik akan mendatangakan tawaran yang lebih baik pula dan berujung pada kenyamanan materi sang pemain.
Foto: NBA