Rangkuman Seri 2 Jakarta IBL 2018-2019 yang Penuh Kejutan

| Penulis : 

Gelaran Indonesian Basketball League (IBL) 2018-2019) sudah menyentuh seri kedua. Digelar di Britama Arena, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada 7-9 Desember 2018, seri ini bisa dibilang menghadirkan cukup banyak kejutan. Hadirnya dua finalis musim lalu, Satria Muda Pertamina Jakarta dan Pelita Jaya Basketball pun tak serta merta membuat laga menjadi membosankan karena dominasi mereka.

Bahkan, Pelita Jaya harus menerima pil pahit setelah hanya menang sekali dari tiga laga mereka. Kekalahan atas Satria Muda sedikit banyak bisa diterima dengan respon normal oleh banyak penikmat basket Indonesia atau bahkan oleh Pelita Jaya sendiri. Namun, kekalahan kedua yang diberikan oleh Satya Wacana Salatiga jelas memberi kejutan luar biasa.

Berada di pinggir lapangan, saya menyaksikan bagaimana atmosfer Britama Arena berubah drastis di kuarter empat laga tersebut. Mayoritas penonton berteriak,”defense!” saat Satya Wacana dalam posisi bertahan. Hal yang saya rasa sangat jarang terjadi bagi mereka di seri manapun. Sorakan tersebut jauh lebih kencang daripada teriakan di belakang bangku cadangan Pelita Jaya yang sayup-sayup,” Let’s go PJ, let’s go!”

Madarious Gibbs dan Andre Adriano

Dalam kemenangan perdana Satya Wacana atas Pelita Jaya sejak mereka mengikuti liga profesional NBL 2011 lalu, ada penampilan gemilang dari pemain asing mereka, Madarious Gibbs. Gibbs tampil luar biasa usai mengemas 53 poin, 10 rebound, 8 asis, 2 steal, dengan akurasi keseluruhan 51 persen. Gibbs juga mencoba 22 kali tembakan gratis dengan 19 di antaranya menemui sasaran.

Dari 10 asis yang dilepaskan Gibbs, mayoritas di antaranya tertuju kepada top skor kedua di laga ini, pemain lokal, Andre Adriano. Andre membukukan 22 poin dan 2 asis dengan akurasi keseluruhan 57 persen (8/14). Akurasi tripoinnya mencapai 66 persen (4/6).  Dalam jumpa wartawan usai laga, Gibbs tak ragu menyanjung Andre setinggi langit.

“Satu-satunya alasan nama Andre jarang disebut di IBL adalah karena ia bermain bukan untuk tim besar. Saya berlatih bersamanya dalam dua tahun terakhir dan saya rasa ia adalah salah satu pemain lokal terbaik di liga. Anda lihat betapa mudahnya ia mencetak angka dan tampil efisien. Andre harus masuk All Star musim ini.”

Hangtuah dan NSH Jakarta yang semakin perkasa

Ada tiga tim yang sama sekali tak tersentuh kekalahan di seri ini. Stapac Jakarta, Hangtuah, dan NSH Jakarta. Ketiga tim ini masing-masing bermain dua kali dan selalu meraih kemenangan. Bicara sejarah, dua nama yang disebut terakhir bisa dibilang tak sering mendapatkan kesempatan melakukan hal ini. Meski musim lalu melangkah hingga ke semifinal, nama Hangtuah bisa dibilang nyaris tak pernah masuk daftar unggulan. Apalagi musim ini, ditinggal sederet pemain senior seperti Kelly Purwanto dan Fidyan Dini, Hangtuah semakin dipandang sebelah mata.

Namun apa yang mereka tunjukkan di dua seri awal justru sebaliknya. Meraih empat kemenangan dalam lima laga, Hangtuah menjelma sebagai kekuatan baru yang ditakuti lawan. Belum lagi eksperimen luar biasa dengan tim berpostur mungilnya kala melawan Bima Perkasa Yogyakarta. Hangtuah menunjukkan bahwa dengan postur mungil tapi rotasi pertahanan sempurna, mereka bisa memenangi laga.

Lain Hangtuah, lain NSH. Kedua pemain asing mereka memang benar-benar menjadi tumpuan utama tim untuk mendulang angka. Namun, kebersamaan tim dan kemampuan pemain lokal dalam menggalang pertahanan patut diapresiasi. Dari dua laga yang dimainkan, NSH hanya kemasukkan 58,5 poin per gim.

Di sisi lain, pemain lokal seperti Andre Rorimpandey dan Muhammad Irman juga mampu meningkatkan permainan seiring dengan kehadiran dua pemain asing tersebut. Keduanya bergantian menjadi top skor untuk kategori pemain lokal. Andre mencatatkan rataan 9,5 poin, 3,0 rebound, dan 2,5 asis per gim sementara Irman mengumpulkan 10,0 poin, 4,0 rebound, dan 1,0 asis per laga.

Stapac tampil mengesankan dengan satu pemain asing

Stapac memainkan seri ini hanya dengan satu pemain asing, Savon Goodman. Cedera yang mendera Jodin Mayes membuat Stapac memutuskan untuk menggantinya dengan Kendal Yancy. Namun, Yancy yang datang di tengah-tengah seri 2 Jakarta tak dipaksakan bermain oleh Kepala Pelatih, Giedrius Zibenas.

“Terbang sejauh itu tentu membuat kondisi fisiknya tidak dalam kondisi terbaik. Hal itu justru bisa merusak permainan tim dan membahayakan dirinya sendiri. Saya tak mau memaksakan ia bermain di seri ini,” ujar Zibenas kepada Mainbasket.

Sempat kesulitan di laga pertama melawan Bogor Siliwangi, Stapac tampil super kala berhadapan dengan Satria Muda. Pemain lokal seperti Widyanta Putra Teja, Kaleb Ramot Gemilang, Rizky Effendi, dan Mei Joni menunjukkan mereka tak kalah dengan deretan pemain asing. Dalam beberapa kesempatan melawan Satria Muda yang turun dengan Jamarr Andre Johnson. Kaleb, Rizky, dan Mei Joni mampu menjaga dengan baik.

Secara rataan, Kaleb bahkan menyamai sumbangan poin Goodman. Keduanya sama-sama memiliki sumbangsih 16,5 poin per gim dari dua laga. Catatn ini seolah membuktikan bahwa apa yang dilakukan manajemen Stapac untuk membawa Kaleb ke tim ini adalah keputusan yang tepat.

Pelita Jaya hancur lebur

Kekacauan terlihat di penampilan Pelita Jaya selama seri 2 Jakarta. Hanya mampu menang sekali, itupun dengan tim yang lebih terpuruk, Prawira Bandung, Pelita Jaya tak menunjukkan kapasitas terbaiknya seperti musim lalu.

Yang sangat jelas terlihat adalah rasa saling mengerti antar pemain. Secara penyerangan, tim ini seolah tidak saling mengerti satu sama lain. Dari tiga laga tersebut, Pelita Jaya selalu mencatatkan jumlah kesalahan sendiri (turnover) lebih banyak dari lawannya. Bahkan saat menang lawan Prawira pun, tim yang kini diasuh oleh Fictor Gideon Roring ini mencatkan 19 turnover berbanding tujuh milik Prawira.

Saat berhadapan dengan Satria Muda, turnover mereka mencapai 17 kali berbanding tipis 16 milik Satria Muda. Terakhir melawan Satya Wacana, turnover mereka turun tapi tetap lebih banyak dari lawan, 10 berbanding sembilan. Secara rata-rata, Pelita Jaya membukukan 15,3 turnover per gim. Dari jumlah tersebut, rata-rata tim lawan mampu merubah turnover Pelita Jaya menjadi 13 poin per gim.

Selain turnover, tim ini juga memberi lawan kesempatan tembakan gratis dalam jumlah yang tak sedikit. Prawira mendapatkan 16 tembakan gratis, Satria Muda mencoba 26 kali, sementara Satya Wacana memperoleh 29 kali. Bahkan, 19 dari 53 poin Madarious Gibbs didapatkan dari tembakan gratis. Rata-rata mereka memberi 23,6 tembakan gratis per gim. Jika setiap tim memiliki akurasi tembakan gratis di angka 70 persen, tim lawan akan mendapatkan 16,5 poin tanpa gangguan pemain Pelita Jaya.

mainbasket.com

Kami percaya bahwa yang membaca tulisan ini tahu, bahwa jadwal pertandingan, kedudukan klasemen, dan berita-berita IBL bisa dilihat di mainbasket.com. Ya, salah satunya adalah ulasan-ulasan seperti ini.

Foto: Hariyanto

 

Populer

Nike Air Force 1 Low "Black Mamba" Hadir Kembali
Ron Artest Doakan LeBron James Bermain Sampai 25 Musim
James Harden Tampil Impresif Meski Dicemooh Pendukung Sixers Sepanjang Laga
Frank Vogel: Andre Drummond Membuat Lakers Lebih Baik
Kawhi Leonard Otomatis Tidak Masuk Nominasi Gelar Individu NBA Musim Ini
Andy "Batam" Poedjakesuma Pamitan di Bandung
Scotty Pippen Jr. Bangkitkan Memori Sang Ayah di Chicago
Heat Berlindung Di Balik Performa Impresif Jimmy Butler Saat Kalahkan Mavericks
Menangi Laga Sengit, Putri BPK Penabur Cirebon Kembali ke Final Seri Jabar
Stephen Curry Pencetak Tripoin Terbaik Sejak Tembakan Ini Diciptakan