Blake Griffin, forwarda Detroit Pistons, mendapat operan dari Reggie Bullock di sekitar area perimeter. Alih-alih bermain pos di depan Kevin Durant yang mengawalnya, Griffin melakukan triple-threat seolah ia akan menembak dari sana. Namun, gerakan itu hanyalah tipuan yang kemudian membuat Durant melompat sedikit. Forwarda andalan Pistons itu langsung memanfaatkan momen tersebut untuk menusuk ke arah ring; mengempaskan tombokan dengan satu tangan keras-keras. Sontak para pemain di bangku cadangan bangun dari duduknya, sementara para penonton berteriak kegirangan di Little Caesar Arena, Detroit, Michigan, pada Sabtu malam, 1 Desember 2018 waktu setempat.
Penampilan Griffin itu kemudian mendapat sorotan besar; diulang-ulang di televisi; diunggah ke media-media sosial; diperbincangkan banyak orang.
Permainannya telah berubah. Griffin bertransformasi dari sesuatu ke sesuatu yang lain. Durant, bintang Warriors yang menjaganya, juga berpikir demikian.
“Blake tidak bermain seperti pemain besar tradisional,” ujar Durant kepada James Edwards III, The Athletic. “Dia menembak banyak tripoin dan mengendalikan bola saat pick and roll di sekitar garis tembakan gratis.”
Selama bermain dengan Pistons, terutama di NBA 2018-2019, Griffin memang bermain lebih dinamis. Ia tidak hanya bermain pos di sekitar area bawah ring, tetapi juga berani mengambil tembakan-tembakan jarak jauh. Sedikitnya musim ini, Griffin rata-rata melepas 6,1 tripoin per pertandingan. Itu merupakan rata-rata tripoin tertinggi selama karirnya di NBA. Oleh karena itu, Durant pun sempat tertipu dengan gerakannya saat Warriors kalah dari Pistons Sabtu lalu.
“Saya rasa Blake adalah pemain serba bisa, dan dia semakin baik tiap tahun. Dia berlatih step-back 3, off-the-dribble 3, dan itu membuatnya semakin sulit dijaga,” kata Durant lagi.
Selain Durant, Stephen Curry juga mengakui hal tersebut. Peraih dua kali gelar pemain terbaik NBA itu mengatakan, Griffin tampil lebih dinamis bersama Pistons daripada ketika ia bermain di Los Angeles Clippers. Griffin bahkan bisa mengendalikan permainan timnya ketika menyerang. Kini, ada banyak serangan isolasi daripada pick and roll yang biasa dilakukannya bersama Chris Paul di Clippers.
Griffin sudah bisa menjalankan serangan dengan baik lewat visi bermainnya.
“Yang jelas, dia melatih tembakan tripoinnya lebih banyak, dan itu membuatnya berubah,” kata Curry.
Dengan kemampuannya yang sekarang, Griffin memang lebih sering membuat lawannya bingung. Durant hanya satu dari sekian banyak korban yang ditipunya. Curry jelas mengetahui itu.
“Dia jadi lebih dinamis karena kita tidak tahu akan menahannya dari perimeter atau membloknya; bingung memilih antara menjaganya dengan pemain berlapis atau bermain satu lawan satu. Dia membuat kami mengira-ngira,” ujar Curry tentang perasaan timnya ketika menjaga Griffin.
Jika melihat kiprahnya di awal musim ini, Griffin tampak telah beradaptasi dengan zaman. Di NBA era modern ini, terutama ketika permainan tripoin merajalela, pemain-pemain besar jadi memiliki pilihan: beradaptasi atau mati. Beberapa memilih beradaptasi sementara yang lainnya mulai hilang dari radar. Griffin terpandang karena kemampuan adaptasinya.
Kendati demikian, Pistons bisa dibilang sebuah anomali dari sekian banyak kemungkinan. Steve Kerr, Kepala Pelatih Warriors, justru menilai mereka sebagai sebuah tim yang melawan arus. Ketika tim-tim NBA mengandalkan pemain-pemain kecil untuk melebarkan serangan mereka, Pistons justru tetap memakai pemain besar seperti Griffin dan Andre Drummond untuk bermain fisik. Keduanya sejauh ini menjadi masalah bagi tim-tim yang jarang bermain keras. Apalagi mereka menambahkan kemampuannya dengan berlatih tripoin. Pistons disebut-sebut akan menjadi masalah yang lebih besar jika mereka berhasil meningkatkan permainannya di bawah asuhan pelatih terbaik NBA 2017-2018, Dwane Casey.
Kerr pun terkesan akan perubahan Pistons musim ini.
“Mereka unik dalam hal itu,” kata Kerr tentang permainan Pistons. “Saya pikir mereka adalah tim yang sangat bagus. Mereka terlatih dengan baik, mereka keras, mereka berhasil menghentikan kami, mereka lebih kuat secara fisik daripada kami.”
Dari pandangan Kerr, meski pemain besar Pistons telah bertransformasi, mereka tetap memiliki inti kekuatan tradisionalnya, yaitu fisik. Pemain besar seperti Griffin tetap bisa bermain keras di area bawah ring, tetapi jangkauan serangan dan pertahanannya kini lebih luas. Akibatnya, para pemain Pistons lain seperti Reggie Jackson dan Stanley Johnson bisa terdorong untuk leluasa menghentikan Warriors di belakang busur. Kemarin saja mereka berhasil menahan tripoin Warriors di angka 23,1 persen.
Pistons sejauh ini telah mengemas 13 kemenangan dari 20 pertandingan. Mereka berada di peringkat empat klasemen sementara Wilayah Timur dengan lima kemenangan beruntun. Griffin sendiri telah bermain sebanyak 20 kali dengan mencetak rata-rata 24,9 poin, 9,5 rebound, dan 5,1 asis per pertandingan. Rata-rata poinnya musim ini menjadi yang tertinggi dari semua musim yang telah ia lewati. Dengan itu, ia pun bertahan di era modern yang semakin menyangsikan peran pemain besar yang keras. (GNP)
Foto: NBA