The Curious Case of Pacific Caesar Surabaya

| Penulis : 

Jika satu saat kalian berkesempatan nonton IBL. Entah di televisi, livestreaming atau syukur-syukur bisa nonton langsung, sesekali tontonlah Pacific Caesar Surabaya.

Hingga hari keempat Seri 2 IBL 2016, tim ini sudah bermain sebanyak delapan kali. Dari jumlah itu, mereka belum pernah menang sama sekali.

Timnya buruk? Boleh jadi. Tetapi coba perhatikan satu-satu pemainnya. Saya rasa, Pacific adalah tim yang memiliki skuat muda paling bagus se-IBL.

Dari sisi postur dan kemampuan individu, skuat tim ini boleh jadi lebih baik daripada beberapa tim di atasnya.

Yup, Pacific berada di posisi buncit klasemen sementara IBL saat ini.

Menilai performa pemain Pacific, saya malas melihat statistik. Tidak ada yang indah dari statistik tim ini.

Tetapi melihat setiap individu pemainnya, saya tidak kuasa untuk tidak membuat perbandingan betapa Pacific hari ini memiliki pemain-pemain yang mirip bintang-bintang IBL sekarang ketika ada di masa mudanya.

Favorit saya adalah Yerikho Tuasela. Lahir 27 Desember 1994. Pernah memperkuat Timnas U-18, Yerikho punya postur kuat. Gerakannya agresif dan sedikit banyak akan membuat saya membandingkannya dengan Dimas Aryo Dewanto.

Dimas sendiri kelahiran 1986 dan pada lima tahun lalu saja, Dimas belum seeksplosif sekarang. Yerikho sekarang dan Dimas lima tahun lalu, Yerikho beberapa langkah di depan.

Lalu ada Indra Muhammad, pemain dengan tahun kelahiran sama dengan Yerikho. Indra bisa terbang!

Tentu saja bukan beneran terbang. Tetapi Indra punya lompatan sangat tinggi yang membuatnya beberapa kali melakukan slam dunk.

Indra juga lincah, plus pecicilan. Naluri menembak tiga angkanya tinggi, walau akurasinya masih rendah.

Saya tidak menemukan pembanding Indra pada diri pemain-pemain senior. Tetapi saya bisa membayangkan bila Indra berada di tim sekelas Pelita Jaya atau Garuda. Potensinya bisa naik drastis.

Dicka Nugraha, kelahiran 1994 juga. Tonton Dicka sekarang, lalu beli mesin waktu untuk kembali ke masa muda Ponsianus Nyoman Indrawan. Mungkin Anda seakan melihat sosok yang sama.

Reiner Hutasoit. Reiner sudah lebih dari dua tahun berlatih bersama Pelita Jaya. Ia sempat bermain untuk tim itu walau tidak banyak. Kelahiran 1990, Reiner ada bau-bau Rizky Effendinya sedikit.

Saya agak ragu dengan Aga Wismaya. Saya pernah melihat pemain kelahiran 1993 ini slam dunk di salah satu seri NBL Indonesia. Kalau tidak salah saat preseason tournament 2014 di Bali. Tidak terlalu istimewa menurut saya. Sampai saat saya menyaksikannya bermain di Seri 2 ini.

Dan yang paling menarik, saya pernah berbicara dengan Fictor G. Roring dan mantan kepala pelatih tim nasional ini tiba-tiba mengungkapkan ketertarikannya untuk menangani Aga.

Di belakang para pemain muda ini, ada beberapa senior yang sebenarnya juga luar biasa. Dian Heriyadi adalah pengumpul rebound terbanyak NBL Indonesia pertama sebelum Galank Gunawan merajalela.

Gege Nagata pernah menjadi salah satu penembak jitu terbaik di liga. Gege bagi saya merupakan penembak yang memiliki kecepatan melepas tembakan paling tinggi.

Apalagi saat menerima umpan. Kalau mau lihat kehebatan Gege, tengok statistiknya di musim pertama dan keduanya di NBL Indonesia. Semoga saya tidak salah ingat.

Charlie Fanny tak bisa dikatakan sebagai point guard biasa-biasa saja. Ia pernah membela Satria Muda Pertamina Jakarta di ajang ABL. Namanya pun sempat didaftarkan di NBL Indonesia musim 2010-2011 oleh Satria Muda.

Pun Muhammad Wardana, ia pernah berseragam Satria Muda di awal karirnya. Charlie kelahiran 1988 dan Wardana 1994. Wardana sedikit banyak menampilkan gaya bermain Restu dari Bimasakti. Posturnya pun serupa. Restu sendiri lolos  ikut seleksi tim nasional untuk SEA Games 2015. Walau di akhir ia tersingkir bersama Dimaz Muharri dan Febri Utomo.

Kemudian ada pemain-pemain lainnya. Senior-senior sarat pengalaman.

Pacific seharusnya bisa sekuat ombak lautnya ketika bertemu daratan.

Melihat skuat yang ada, dan potensi yang dimiliki Pacific, tetapi selalu saja kalah, saya kembali tak kuasa untuk tidak memikirkan satu nama untuk melatih tim ini.

Wan Amran. (*)

Foto: http://www.fubiz.net/usersstuff/inside-the-tube/

Populer

Dalton Knecht Menggila Saat Lakers Tundukkan Jazz
LeBron James Hiatus dari Media Sosial
Luka Doncic Cedera, Kabar Buruk Bagi Mavericks
Shaquille O’Neal Merana Karena Tidak Masuk Perbincangan GOAT
Perlawanan Maksimal! Indonesia Kalah dari Korea di Tujuh Menit Terakhir!
Suasana Ruang Ganti Sixers Memanas
Tyrese Maxey Buka-bukaan Soal Kondisi Internal Sixers
Tripoin Franz Wagner Gagalkan Kemenangan Lakers
Grizzlies Hajar Sixers, Pelatih Taylor Jenkins Pecahkan Rekor Waralaba
Rencana NBA Pakai Format Pickup-Style untuk All-Star Game 2025