Kapan terakhir kali Anda mendengar Washington Wizards adalah tim yang bagus? secara garis besar, kemungkinan tersebut cukup kecil. Sepanjang sejarah, Wizards hanya pernah menjadi juara NBA satu kali dan melaju ke partai final tiga kali. Lebih buruk lagi, hal-hal di atas terjadi bahkan sebelum memasuki 1980 saat mereka masih bernama Baltimore Bullets dan Washington Bullets.
Sejak resmi berganti nama menjadi Washington Wizards pada 1997-1998, tim yang pernah diperkuat Michael Jordan ini hanya pernah lolos ke playoff delapan kali. Bahkan, dalam kurun 2008-2013, tim ini pernah mengalami puasa playoff setelah hanya menempati posisi belasan di Wilayah Timur.
Namun, di tengah deretan badai buruk tersebut, muncul sedikit harapan pada NBA Draft 2010. Harapan tersebut berasal dari University of Kentucky bernama John Wall. Wizards yang mendapatkan hak memilih di urutan pertama kala itu tak terlalu ambil pusing dan langsung memilih Wall yang kala itu dianggap pemain kuliahan terbaik di seluruh Amerika Serikat.
Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, Wall tak serta-merta membawa perubahan drastis bagi Wizards. Tiga musim pertama masih ia lewati tanpa menyentuh babak playoff, tapi musim 2012-2013 sedikit membawa harapan bagi Wall dan Wizards.
Kepingan kedua yang mereka butuhkan untuk memperkuat tim ini datang melalui proses yang sama dengan Wall. Mendapat hak memilih di urutan ketiga NBA Draft, Wizards mengakusisi penembak jitu bernama Bradley Beal, dan terbentuklah duo Wall dan Beal.
Dua musim bersama, duo ini sudah berhasil memperbaiki prestasi Wizards dengan membawa tim ini lolos ke babak playoff musim 2013-2014. Bahkan, tim ini langsung melaju hingga semifinal wilayah sebelum dikandaskan oleh Indiana Pacers. Namun, penampilan ini dirasa membawa angina segar bagi para penggemar Wizards.
Prestasi serupa kembali terulang di musim selanjutnya. Tambahan legenda Boston Celtics, Paul Pierce, ke dalam tim membuat tim ini semakin dalam. Sayangnya, tim yang kala itu dilatih oleh Randy Wittman kembali gagal di babak yang sama, kali ini oleh jagoan Wilayah Timur musim itu, Atlanta Hawks.
Musim 2015-2016 Wizards yang sedang terbang tinggi di kembalikan lagi ke bumi setelah hanya menempati posisi 10 klasemen akhir Wilayah Timur. Hanya meraih 41 kemenangan kala itu, manajemen Wizards mengambil langkah memecat Wittman di akhir musim. Mereka merasa empat musim sudah lebih dari cukup bagi Wittman membuktikan kapasitasnya sebagai kepala pelatih.
Bak berjodoh, Scott Brooks yang kala itu sedang menepi usai melatih Oklahoma City Thunder setuju mengambil alih jabatan Wittman. Bergabungnya Brooks membuat gairah organisasi Wizards kembali membumbung tinggi. Brooks datang dengan citra baiknya menangani tim muda Thunder yang kala itu diigawangi Russell Westbrook, James Harden, dan Kevin Durant ke partai final.
Saat pertama menjabat, Wizards juga dikelilingi pemain muda. Selain Wall dan Beal, masih ada Otto Porter Jr., Kelly Oubre Jr., serta Trey Burke. Benar saja, Brooks kembali mengantarkan Wizards lolos ke playoff. Bahkan, Wizards nyaris saja lolos ke partai final Wilayah setelah memaksa Celtics bermain hingga tujuh laga di semifinal. Sayangnya, Celtics yang kala itu diperkuat Isaiah Thomas berhasil mencuri laga terakhir dan lolos ke babak selanjutnya.
Musim lalu, Wizards tak banyak berbicara seiring cedera yang melanda Wall. Selain itu, kedalam skuat yang tidak cukup bersaing membuat mereka terseok-seok melaju ke playoff dan langsung kandas atas Toronto Raptors. Di titik ini, manajemen Wizards tahu bahwa mereka harus berbenah cukup banyak untuk bersaing lagi.
Hasilnya, di bursa pemain bebas (free agency) musim ini, Wizards bisa dibilang cukup agresif. Tiga nama pemain veteran berhasil mereka datangkan, Dwight Howard, Austin Rivers, dan Jeff Green. Howard kemungkinan besar akan menjadi satu-satunya dari tiga pemain ini yang akan mengisi posisi utama (starter).
Howard pernah diakui sebagai senter terbaik NBA beberapa waktu lalu kala masih membela Orlando Magic, kala kultur permainan belum seperti sekarang. Karirnya perlahan meredup dan ia terus berpindah tim. Los Angeles Lakers, Houston Rockets, Hawks, hingga Hornets ia pernah bela dalam kurun enam musim terakhir.
Secara permainan, tak banyak yang berubah dari Howard musim lalu dengan saat bersama Magic. Howard masih bermain alas enter kuno dengan banyak pick n roll, poin di area lubang kunci, dan dunk-dunk keras nan bertenaga. Pun begitu, penampilan Howard musim lalu tak bisa dibilang buruk. Ia masih setia dengan rataan dobel-dobel 16,6 poin dan 12,5 rebound serta 1,6 blok per laga.
Saya rasa, Wizards akan menjadi tim yang sangat tepat bagi Howard sekarang. Alasannya adalah keberadaan Wall yang sangat lihai sebagai pemberi umpan. Selama lima musim terakhir, Wall menjadi pelayan tetap untuk Marcin Gortat di posisi senter. Jika menemui tandem yang tepat, Howard yang memiliki akurasi keseluruhan sepanjang karir mencapai 58 persen akan menjadi momok bagi pertahanan lawan.
Bergeser ke Austin Rivers, dua musim terakhir, ia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sejak masuk ke NBA tujuh musim lalu, baru di dua musim terakhir ia berhasil mencatatkan rataan poin dengan digit ganda. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya menit bermain yang ia terima. Anak dari Kepala Pelatih Los Angeles Clippers, Doc Rivers, ini musim lalu mengemas 15,1 poin dan 4,0 asis per laga dengan rataan bermain selama 33,7 menit per laga.
Menilik ke skuat sementara Wizards untuk musim depan, besar kemungkinan Rivers adalah pelapis utama posisi garda yang ditempati Wall dan Beal. Akurasi tripoin yang mencapai 35 persen membuatnya bisa difungsikan sebagai penembak jitu ataupun pembawa bola plus fasilitator.
Tambahan terbaik Wizards musim ini bagi saya adalah Jeff Green. Memasuki musim ke-11 di NBA, Green tak pernah benar-benar mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya. Terbukti saat ia bermain untuk Celtics di musim 2013-2014, ditempatkan sebagai starter dengan rataan 34,2 menit per laga, Green mampu memiliki statistik terbaiknya. Ia mengemas 16,9 poin, 4,6 rebound, dan 1,7 asis per laga.
Musim lalu ia menjadi salah satu pemain yang dipertahankan oleh Cleveland Cavaliers saat “cuci gudang.” LeBron James bahkan tak ragu menyebut Green adalah pemain serba bisa yang hebat dan ia sangat butuh bantuannya musim lalu. Bahkan Beal yang sudah bermain bersama Green di empat laga pramusim kali ini tak ragu menyebut Green stara dengan LeBron. “Ia memiliki bentuk yang serupa dengan LeBron, bahkan gaya main mereka menurut saya cukup serupa.”
Selain altetis, Green juga memiliki akurasi tembakan jarak jauh yang cukup baik. Sepanjang karirnya, hanya sekali ia menorehkan akurasi di bawah 30 persen. Musim lalu, Greeen bahkan di posisikan sebagai pemain yang menunggu di sudut-sudut busur tripoin menanti umpan-umpan dari Sang Raja. Hasilnya, Green menjadi salah satu pahlawan Cavaliers saat melawan Celtics.
Tiga pemain ini akan menjadi bantuan utama bagi duo Wall dan Beal membawa kejayaan untuk Wizards. Target mereka harusnya lebih spesifik, lolos ke final Wilayah Timur yang memang belum pernah mereka gapai sejak memperkuat Wizards.
Wall dan Beal masih memiliki kontrak panjang dengan Wizards. Beal baru akan habis kontrak pada musim 2020-2021, sementara Wall dua tahun setelahnya. Kedua pemain masih dalam usia yang cukup untuk terus menggali potensi terbaik mereka. Masalahnya, jika barisan pemain lain tak mampu mengimbangi level dua pemain All-Star ini, rasanya Wizards tak akan kemana-mana.
Tiga rekrutan pemain bebas yang dilakuakn Wizards adalah salah satu bukti mereka masih percaya kepada Wall dan Beal. Namun, menarik menunggu apa yang akan dilakukan kemudian bila opsi kali ini kembali tak mencapai target yang ditetapkan.
Bagi saya, posisi terbaik Wizards musim depan adalah peringkat empat, sementara yang terburuk adalah peringkat delapan, sama seperti musim lalu. Kali ini, hasil tak lagi bergantung kepada Wall dan Beal. Kali ini, hasil bergantung kepada peran para pemain pendukung.
(Baca juga: 10+2 Tim Terbaik NBA 2018-2019)
Foto: NBA