Musim 2017-2018 berjalan sempurna bagi Toronto Raptors. Sejak berdiri pada 1995-1996, tak sekalipun Raptors pernah menutup musim reguler sebagai pemuncak klasemen kecuali musim lalu. Lebih hebat lagi, Raptors berhasil meraup 59 kemenangan yang merupakan tertinggi dalam sejarah tim ini.
Di babak playoff, Raptors berhasil melewati hadangan Washington Wizards di putaran pertama dengan skor 4-2. Sayangnya, perjalanan mereka harus terhenti di babak selanjutnya, semifinal Wilayah Timur. Raptors harus mengakhui ketangguhan Cleveland Cavaliers yang dipimpin oleh LeBron James dalam empat laga langsung.
Kekalahan kali ini terasa sangat menyakitkan bagi seluruh bagian Raptors karena ini merupakan kali ketiga secara beruntun Cavaliers menghempaskan Raptors di babak playoff. Dua musim sebelumnya, Raptors juga kalah di semifinal Wilayah Timur sementara tiga musim sebelumnya mereka kalah di final Wilayah Timur.
Terlalu menyakitkannya kekalahan ini hingga membuat manajemen Raptors yang dipimpin oleh Masai Ujiri sebagai manajer umum mengambil keputusan yang cukup mengejutkan. Pada 12 Mei 2018, Ujiri mengumumkan telah memecat Dwane Casey, Kepala Pelatih Raptors. Tanggal tersebut hanya dua hari setelah Casey mendapatkan gelar Coach of The Year versi NBCA (dipilih oleh seluruh pelatih di NBA).
DeMar DeRozan, Dwane Casey, Kyle Lowry, Foto: SLAM
Dua bulan berselang, Raptors semakin membuat penikmat NBA kebingungan. DeMar DeRozan, top skor tim sepanjang masa masuk dalam paket pertukaran bersama dengan Jakob Poeltl. Transaksi terjadi dengan San Antonio Spurs yang setuju mengirimkan Kawhi Leonard dan Danny Green. Sekali lagi, DeRozan adalah top skor sepanjang masa Raptors dan baru berusia 29 tahun.
Pertukaran ini sontak membuat banyak pihak mempertanyakan satu hal, apa yang direncanakan oleh Raptors? Fakta yang mendukung bahwa keputusan Raptors ini tidak rasional adalah kontrak Leonard. Ya, Leonard hanya menyisakan kontrak satu musim dengan Spurs yang berarti membuatnya akan menjadi restricted free agent musim depan. Sementara DeRozan masih memiliki sisa kontrak empat musim.
Ulasan mengenai siapa pihak yang untung atau rugi sudah pernah saya buat sehari setelah kesepakatan antara kedua tim terjadi. Secara ringkas, saya tak ragu menyebut Spurs adalah pihak yang beruntung dari transaksi ini. Hal tersebut lebih karena jaminan jangka panjang yang dimiliki DeRozan dan tak dimiliki Leonard. Namun, bukan berarti Raptors tak bisa menggunakan Leonard dan Green.
Jika ditelaah ke statistik kontribusi angka, Leonard memang selalu kalah dari DeRozan. Sistem permainan di Spurs yang tak bergantung kepada 1-2 pemain memang membuat potensi daya serang Leonard tak dimanfaatkan secara keseluruhan. Hal tersebut terbukti dengan jumlah tembakan yang ia lepaskan per pertandingan.
Dari statistik yang ada, Leonard rata-rata melepaskan 12,1 tembakan per laga sementara DeRozan melepaskan 15,6 tembakan per laga. Musim terbaik Leonard terjadi pada 2016-2017 kala ia melepaskan 17,7 tembakan dan menghasilkan 25,5 poin, 5,8 rebound, 3,5 asis, dan 1,8 steal per laga. Di musim yang sama, DeRozan menghasilkan 27,3 poin, 5,2 rebound, 3,9 asis, dan 1,1 steal per laga dengan rata-rata melepaskan 20,9 tembakan per gim.
Shooting chart DeRozan dan Leonard, Foto: nbasavant.com
Angka di atas menunjukkan bahwa Leonard mungkin saja menjadi lebih produktif bila diberi kesempatan sebanyak DeRozan, dan hal tersebut bisa terjadi dengan sistem permainan yang dimainkan Raptors. Apalagi, secara akurasi, Leonard unggul nyaris di segala sudut serangan daripada DeRozan. Leonard jelas sangat bisa diandalkan Raptors musim depan sebagai mesin poin utama.
Selain Leonard, saya memprediksi skuat utama (starter) Raptors tak akan berubah banyak. Kyle Lowry, Serge Ibaka, dan Jonas Valanciunas masih akan ada di sana. Satu tempat tersisa akan menjadi rebutan empat nama, Danny Green, OG Anunoby, C.J. Miles, dan Norman Powell. Pemilihan satu di antara empat pemain ini akan sangat tergantung kepada strategi apa yang diinginkan oleh Nick Nurse, Kepala Pelatih baru Raptors.
Menilik ke belakang perjalanan Nurse, ia adalah asisten pelatih Casey sejak tahun 2013. Lebih jelas lagi, Casey memposisikan Nurse sebagai asisten pelatih untuk urusan strategi menyerang. Beberapa pengamat termasuk Casey tak sungkan menyanjung Nurse atas idenya untuk membuat permainan Raptors menambah jumlah umpan, memainkan tempo lebih cepat, dan banyak melakukan tembakan tiga angka.
Jika menilik ke gaya bermain Nurse di atas, makan nama Powell bisa dieliminasi dari kandidat pemain starter. Berdasarkan akurasi tripoin, Powell merupakan yang terendah di antara tiga pemain lainnya. Musim lalu, ia hanya mampu memasukkan 28 persen percobaan tripoinnya sementara tiga yang lain di atas 36 persen.
Musim lalu, 31,7 persen poin Raptors datang dari tripoin dengan 81 persen dari jumlah tersebut menmanfaatkan asis dari rekannya. Jumlah yang masif tersebut membuat pemain yang dibutuhkan Raptors untuk starter untuk posisi garda tembak harus memiliki akurasi tangkap dan tembak (catch n shoot) yang baik. Dari tiga nama yang tersisa, Green ternyata memiliki akurasi tertinggi skema tangkap dan tembak di luar garis tripoin dengan 37,2 persen. Miles menyusul dengan 36 persen sementara Anunoby 35,2 persen.
Komposisi Lowry, Green, Leonard, Ibaka, dan Valanciunas bagi saya adalah komposisi yang cukup kuat dan menyeramkan di dua aspek permainan (menyerang dan bertahan). Secara penyerangan, Lowry akan menjadi fasilitator tim dengan Leonard menjadi target utama pengumpul poin. Green akan beroperasi banyak di luar tripoin, mencari tempat terbaik untuk melepaskan tembakan andalannya, serupa dengan perannya di Spurs. Ibaka dan Valanciunas adalah paket komplet bigman masa kini.
Keduanya sama-sama kuat dan atletis untuk urusan fisik. Bagi Valanciunas, musim depan bisa menjadi musim yang benar-benar baru baginya. Sejak musim lalu, ia sudah mulai menambahkan tembakan tripoin ke dalam amunisi serangannya. Tercatat ia melepaskan 74 percobaan tembakan dengan 30 di antaranya menemui sasaran. Rasanya, musim ini ia tak akan sungkan melepaskan lebih dari 100 percobaan. Selain itu, pemain asal Lithuania ini juga memiliki kemampuan lantun (dribble) bola yang cukup bagus. Dengan tinggi 213 sentimeter dan bisa melakukan hal-hal di atas, Valanciunas akan menjadi monster baru di musim ketujuhnya di NBA.
Bergeser ke Ibaka, rasanya tak ada yang terlintas selain kemampuan bertahannya. Tiga kali masuk dalam All-Defensive First Team dan dua kali memimpin jumlah blok terbanyak di NBA membuatnya citranya sebagai salah satu pemain bertahan terbaik di NBA cukup kuat. Terlalu kuat hingga pria kelahiran Kongo ini mendapat julukan “Iblocka”.
Selain itu, Ibaka juga semakin tajam dari luar tripoin, sama seperti Valanciunas. Tak ada lagi Ibaka yang hanya memanfaatkan bola lob dari pick n roll yang diteruskan dunk untuk menjadi poin. Ibaka kini memiliki ketangkasan lebih dari itu. Tembakan jarak menengah hingga jarak jauh tak sungkan ia ambil. Musim lalu ia mengemas 12,6 poin dan 6,3 rebound dengan akurasi tripoin di angka 36 persen.
Selain nama-nama yang sudah saya sebut di atas, masih ada nama Fred VanVleet yang masuk nominasi Sixth Man of The Year. Pascal Siakam yang meraih gelar NBA D-League Finals MVP pada 2017 dan Lorenzo Brown yang menjadi MVP NBA GLeague musim lalu. Mantan rekan duet Andre Drummond di Detroit Pistons, Greg Monroe, juga memutuskan bergabung dengan tim untuk musim depan. Delon Wright, Kay Felder, dan Malachi Richardson diharapkan bisa semakin berkembang di masa mendatang.
Dengan skuat yang ada ditambah skema yang tepat, buka tidak mungkin Raptors mengulang prestasi mereka musim depan. Namun, untuk posisi realistis, Raptors rasanya tak akan terbuang dari lima besar, antara peringkat tiga atau empat. Musim baru ini akan menjadi pertaruhan besar Raptors terutama untuk investasi mereka kepada Leonard. Jika berhasil melaju baik, bukan tidak mungkin Leonard memutuskan untuk bertahan dengan tim atau bahkan menyepakati kontrak baru. “Go big or go home, Raptors!”
(Baca juga: 10+2 Tim Terbaik NBA 2018-2019)
Foto: NBA