Indonesian Basketball League (IBL) akhirnya menerapkan sistem baru IBL Rookie Draft pada 2018 ini. Beberapa calon ruki pun memutuskan mendaftarkan dirinya untuk mengikuti IBL Draft Combine. Salah satunya, mahasiswa asal University of Notre Dame Australia, Sabda Ahessa.
Sabda, sapaan akrabnya, menjadi pemain paling tinggi (193 sentimeter) di antara para calon ruki. Ia disebut-sebut sebagai prospek terbesar di bursa pilih tahun ini. Apalagi dengan pengalamannya bermain di Australia yang katanya keras.
Mainbasket sempat berbincang-bincang dengan Sabda tentang karirnya sebagai seorang pemain basket muda, sekaligus pengalamannya di Australia, juga di IBL Draft Combine yang dilatih pelatih asal Negeri Kanguru itu. Sabda mengatakan, permainan keras di negara tetangga telah membentuknya menjadi pemain yang lebih fisikal. Hal itu akan membantunya bermain di Indonesia, terutama ketika bermain melawan pemain-pemain besar Tanah Air.
Simak wawancara Mainbasket bersama Sabda, sebagai berikut:
Kapan dan apa yang bikin kamu main basket?
Pertama kali main basket, sih, waktu SD. Cuma waktu itu saya main (sepak) bola juga. Main basket sambil main bola, terus ikut klub—waktu SMP itu akhirnya diajak main di klub.
Di mana?
Di MBTC, Satria Muda selatan. Main klub, tahun pertama langsung juara nasional. Itu SMA kelas satu berarti.
Kamu main juga di sekolah?
Mainlah, di SMA 3 (SMAN 3 Jakarta).
Sejak kapan serius main basket?
Waktu SMA kelas satu.
Apa yang menarik dari basket?
Menurut saya, ini olahraga paling exciting. Karena fisik, skill paling elit itu ada di olahraga basket. Di luar basket, mungkin, ada american football, tapi di basket kita harus tinggi, otot harus bagus, harus lari terus—itu yang bikin saya suka. Terus, teknik juga harus bagus.
Ada tidak orang yang menginspirasi kamu untuk terus main basket?
Ayah saya, sih.
Seperti apa ceritanya sampai beliau bisa menginspirasi kamu untuk terus main basket?
Bukan, bukan secara langsung, cuma beliau selalu memotivasi saya dalam bekerja keras dalam berbagai hal, termasuk basket. Itu satu hal yang bikin beliau bangga. Saya bisa berprestasi di olahraga.
Ada hal tertentu yang beliau tanamkan kepada kamu?
What we get itu dari apa yang kita kerjakan. Jadi, kalau kita kalem, kita dapatnya tidak maksimal.
Saya dengar kamu kuliah di luar negeri juga. Di mana tepatnya?
Di Sydney, Australia.
Di Notre Dame itu?
Iya, betul.
Kamu main basket juga di sana? Apa bedanya dengan Indonesia?
Main, main. Indonesia itu tidak ada apa-apanya, ya, dibanding Australia. Kalau di Australia, badannya sudah lebih dari pro di Indonesia. Kontaknya itu gila banget di sana.
Kulturnya seperti apa?
Lebih keras, lebih ke body contact. Tidak ada yang tidak enak-enakan. Mau itu senior atau apa, kena sikut muka, sikut deh kalau di sana.
Apa yang kamu dapat di sana?
Itu kali, ya, saya jadi main lebih physical, jadi lebih terbiasa menjaga orang gede saja.
Lalu, apa yang memutuskan kamu untuk mengikuti IBL Draft?
Saya, sih, memang dari dulu ingin main, tapi masih belum yakin kalau bakal main di profesional. Maksudnya, saya takut tidak bisa melakukan hal lain. Sekarang justru takut menyesal saja kalau tidak dicoba.
Selama IBL Draft Combine, apa yang kamu dapat dari kegiatannya?
Kalau di Combine, sih, saya merasa kurang banget karena cedera. Wakut itu (cedera) pinggang dan otot glut. Sebenarnya belum boleh latihan saat itu, jadi sepanjang Combine cedera.
Apa yang bikin kamu memaksakan ikut meski pun cedera?
Saya tidak ingin menunggu setahun lagi untuk main basket. Sudah cukup.
Ada target sebelum terpilih oleh Siliwangi?
Targetnya saya memang tidak ada, yang penting di urutan setinggi mungkin terpilihnya.
Sekarang sudah tepilih oleh Siliwangi. Menurutmu, seperti apa Siliwangi ini?
Siliwangi tahun ini yang jelas bakal bedanya, ya, sama Siliwangi tahun lalu. Tahun ini ada Fadlan (Minallah), ada (Daniel) Wenas. Wenas itu senior saya juga di SMA 3.
Apa yang bisa kamu berikan untuk mereka?
Defense dan culture main keras yang saya dapat dari Australia.
Kamu yakin bisa menghadapi bigman Indonesia seperti Adhi Pratama dan lainnya?
Saya sebenarnya sering main juga sama bigman-bigman Indonesia.
Menurutmu seperti apa mereka?
Kalau Adhi Pratama, sih, tidak mungkin dijaga kalau di Indonesia, tapi kita kekurangan bigman memang. Kurang banyak saja.
Sekarang rencananya seperti apa untuk bisa bersaing dengan yang lain, terutama untuk Siliwangi?
Saya rencananya akan kerja keras. Saya akan mengembalikan kekuatan kaki yang hilang dari cedera. Kerja keras saja tiap hari karena memang tidak ada yang gampang. Kami ini tim muda, tim yang musim lalu ada di papan bawah. Kami kedatangan dua pemain baru, kami tim yang ingin menunjukkan apa yang kami bisa. Saya ingin memberikan semuanya dengan latihan yang keras tiap hari.
Kamu nanti bakal dilatih oleh Ali Budimansyah. Apa pendapatmu tentang dia?
Saya belum tahu seperti apa dia melatih. Belum pernah tahu, belum lihat seperti apa dia melatih. Cuma di basket Indonesia dia dianggap sebagai yang paling jago sepanjang masa, jadi saya sangat antusias untuk dilatih sama dia. Itu sama saja seperti, kalau di Amerika, dilatih sama Michael Jordan.
Kira-kira Siliwangi bisa kembali ke playoff dengan adanya tambahan seorang Sabda, Daniel Wenas, dan lainnya?
Itu targetnya, sih.
Apa pendapatmu tentang pemain asing?
Sayang senang dengan pemain asingnya, si (Martavious) Irving. Sudah lihat di IBL waktu pertama kali Pelita Jaya juara. Dia bagus sekali, mainnya seru; badannya gede, tapi gasrak-gusruk.
Di antara para ruki, kira-kira siapa yang bakal jadi Rookie of the Year? Apakah kamu punya kesempatan itu?
Kita lihat saja nanti. Saya tidak mau ngomong soal itu, hehe. Saya ingin kerja keras dulu tiap hari. Itu bukan targetnya, tapi kalau di akhir musim dapat itu juga tidak apa-apa. Yang penting itu kontribusi untuk tim.
Kira-kira selain kamu siapa yang bisa mendapatkan kesempatan jadi peraih gelar itu?
Siapa, ya? Saya belum tahu komposisi pemain tim lain, jadi saya tidak bisa komentar.
Belum ada bayangan?
Belum ada bayangan. Saya tidak tahu pick kedua dan ketiga itu siapa saja.
Kompetisi IBL sendiri akan seperti apa musim depan dengan adanya para ruki?
Sebenarnya sama saja, sih, tidak ada bedanya. Sama saja.
Oke, kalau begitu itu saja pertanyaan kami. Terima kasih telah meluangkan waktunya bersama Mainbasket.
Iya, sama-sama.
Foto: Dok. Indonesian Basketball League (@iblindonesia), Siliwangi Bogor (@siliwangibball) dan Sabda Ahessa (@sabdaahessa)