Tony Hawk, Sang Legenda itu Belum Redup

| Penulis : 

Tony Hawk mungkin saja Atlet skateboard paling dikenal. Apa lagi jika bukan permainan “Tony Hawk: Pro Skater” dirilis pada 1999 untuk konsol Play Station 1 yang membawa nama Tony semakin mendunia meski dirilis 17 tahun setelah ia masuk ke ranah profesional. Meski terbilang tua (50 tahun), Tony Hawk tetap berkarya untuk olahraga yang membesarkannya. Hal ini terbukti dari perilisan sepatu khususnya bersama merek skateboard Lakai.

Lakai mengontrak hawk pada 2017. Kala itu, ia berstatus bebas agen setelah sebelumnya bernaung di bawah Quiksilver dan Theeve. Ia mengikuti jejak anaknya, Riley Hawk, yang terlebih dahulu bergabung dengan sepatu buatan Mike Carroll dan Rick Howard.

Kepopuleran Hawk melejit sejak film “The Search for Animal Chin” karya Stacy Peralta mengudara pada 1987. Kala itu, ia masih tergabung dengan kelompok Bones Brigade bersama lima legenda hidup skateboard lainnya. Relasi Peralta dengan Nike membuat seluruh aktor di film itu mendapat jatah Air Jordan 1 yang digunakan sebagai pelengkap bermain skateboard. Itulah awal mula bagaimana Air Jordan 1 yang sejatinya adalah sepatu basket bisa masuk ke ranah skateboard.

Meski demikian, Tony tidak sepenuhnya menggunakan Air Jordan 1 untuk bermain skateboard. Sepatu itu memang ampuh melindungi kaki dari benturan papan, namun ia punya selera sendiri. Ia kerap menggunakan sepatu bersol lebih tipis sehingga ia bisa lebih mudah mengontrol papan saat melakukan trik-trik sulit.

Sepatu pertama Lakai dan Tony Hawk diberi nama Proto. Desain sepatu ini terinspirasi dari sepatu-sepatu yang digunakan bermain skateboard tahun 1980-1990-an. Tahun tersebut merupakan masa kejayaan Tony Hawk di ranah yang ia geluti. Panel-panel produksinya telah dibuat untuk memenuhi kebutuhan bermain skateboard. Padanan warnanya terinspirasi dari film karya Stacey Peralta era 1980-an dimana Tony kerap muncul sebagai penampil utama.

Aaron Hoover (kiri) dan Tony Hawk (kanan) di ruang desain Lakai.

“Sebuah kehormatan bisa bekerja bersama Tony (Hawk). Ia punya kontribusi bagi generasi skateboard masa kini,” kata Aaron Hoover, desainer senior Lakai. Hoover mengatakan bahwa sepatu ini juga sebagai bentuk penghormatan bagi Tony. Desainnya menggambarkan bagaimana ia Berjaya dimasanya.

Ranah sepatu skateboard sempat populer di kalangan anak muda Indonesia kisaran awal 2000. Merek-merek seperti DC, Etnies, Lakai, Adio, Nike SB, dan Zoo York berlomba menjadi yang terbaik. Kala itu, tren sepatu berbusa tebal sedang digandrungi. Meski demikian, tren sneakers pun bergeser ke ranah sepatu lari dimana New Balance dan Asics mendominasi penggiat kultur sepatu bersol karet.

Sementara Tony Hawk sendiri sedang sibuk menjalani tur bersama Lakai. Selain itu, 2018 merupakan tahun penting baginya karena ia berulang tahun ke 50. Ia sempat merilis beberapa video trik skateboard sepanjang 2018. Ia pun tetap aktif sebagai juri untuk kompetisi-kompetisi skateboard level profesional di Amerika Serikat. Peribahasa “buah jatuh tak jauh dari pohonnya” pun layak disematkan padanya. Putra sulungnya, Riley Hawk, adalah seorang atlet skateboard profesional yang saat ini sedang merintis karir bersama Lakai.

Foto: Lakai

Populer

Lakers Selama Ini Mencari Sosok Dalton Knecht
Hasil Rapat Sixers Bocor, Paul George & Joel Embiid Kecewa
Tripoin Franz Wagner Gagalkan Kemenangan Lakers
Menyerah di G League, Rodney Hood Pensiun & Ingin Jadi Pelatih
Kolaborasi Unik Puma MB.04 dan Scooby Doo
Luka Doncic Cedera, Kabar Buruk Bagi Mavericks
Spurs Raih Dua Kemenangan Beruntun Tanpa Wembanyama 
Pemain Bintang yang Cedera di Bulan Pertama NBA 2024-2025
Rencana NBA Pakai Format Pickup-Style untuk All-Star Game 2025
Perlawanan Maksimal! Indonesia Kalah dari Korea di Tujuh Menit Terakhir!