Jepang mengirimkan dua tim nasional, putra dan putri di cabang olahraga basket Asian Games 2018. Dalam prosesnya, tim putri Jepang berhasil mengulang prestasi mereka dengan meraih medali perunggu. Sementara tim putra, harus puas menempati peringkat tujuh klasemen akhir.

Jepang menempati peringkat tujuh setelah mengalahkan Indonesia di babak perebutan klasemen akhir. Sebelumnya, Jepang harus melakoni empat laga terakhir mereka dengan hanya delapan pemain. Empat pemain mereka dipulangkan  oleh federasi basket Jepang karena tindakan indisipliner.

Meski hanya bermain dengan delapan pemain, Jepang selalu merepotkan lawan-lawan mereka. Hal tersebut tidak terlepas dari peran kepala pelatih, Herman Julian Mandole. Mainbasket sempat berbincang dengannya seusai kekalahan melawan Filipina. Ia menjawab pertanyaan dengan nada yang sangat ramah meski masih terlihat cukup kecewa dengan kekalahan tersebut. Simak wawancaranya:

Halo Herman, apa kabar?

Saat kalah, Anda merasa semua hal buruk. Saat menang, baru Anda berhak melakukan apa saja. Hari ini kami kalah, saya pribadi cukup kecewa.

Ya, kekalahan yang cukup berat. Namun, saya ingin berbicara tentang basket Jepang dengan Anda, tidak masalah?

Ya, tidak masalah.

Pertama, sudah berapa lama Anda menjadi pelatih Jepang?

Saya bergabung sekitar satu tahun lalu. Jika semua berjalan sesuai kontrak, saya akan terus bersama mereka hingga Piala Dunia 2019. Saya adalah asisten pelatih di tim utama, dan kepala pelatih di tim muda ini.

Oh, jadi tim Jepang ini bukan tim utama?

Bukan, ini adalah tim muda kami. Kami masih memliki pemain-pemain yang lebih senior. Saya menjadi kepala pelatih hanya untuk tim ini, di tim utama, saya adalah asisten kepala pelatih.

Saat Anda pertama datang ke Jepang, apa yang Anda tahu tentang basket di sana?

Jujur saya tidak tahu banyak saat pertama datang. Di awal, saya berusaha memahami budaya mereka terlebih dahulu seperti bahasa dan sopan santun di sana. Karena seperti Anda tahu, budaya saya dengan mereka sangatlah berbeda. Saya dari Argentina dan banyak sekali perbedaan. Setelahnya, saya berusaha mengikuti beberapa pertandingan basket di sana dan kami juga memahami banyak perbedaan di dunia basket di negara saya dan Jepang.

Apa yang Anda dan tim pelatih coba benahi?

Kami mencoba memberikan segala pengetahuan dan sistem yang kami miliki kepada tim senior dan beberapa kepada tim junior. Sistem yang kami pelajari dari berbagai budaya basket, Argentina ataupun Eropa. Ini semua adalah proses, proses yang akan memakan waktu panjang. Namun, satu hal yang terpenting adalah bagimana kita membangun budaya dan cara bermain kami sendiri.

Bagaimana Anda melihat tim yang anda bawa ke Asian Games ini?

Mereka tim yang masih sangat muda. Saya sangat sedih dengan apa yang menimpa empat pemain saya yang dipulangkan. Tapi, begitulah yang terjadi, tim ini adalah tim muda.

Ya, saya membaca daftar pemain Anda dan mereka benar-benar muda. Apakah menemukan talenta muda seperti mereka adalah hal yang mudah di Jepang?

Tidak semudah yang Anda pikirkan menurut saya. Saya turun melihat banyak sekali pertandingan di level kampus. Setelahnya, saya berbicara dengan pelatih-pelatih mereka untuk membicarakan program yang ingin kami bangun di sana. Saya juga hadir di tim nasional kelompok umur 18 tahun, 22 tahun, untuk memastikan semua sistem tepat dan saya mengambil beberapa pemain dari sana.

Hal apa yang menurut Anda masih butuh di perbaiki di tim ini?

Hal utama yang ingin kami (tim pelatih) perbaiki adalah fisik mereka. Bukan masalah tinggi badan saja, fisik secara fisik, kekuatan fisik mereka. Anda tahu, membangun kekuatan fisik adalah hal yang paling penting dalam membentuk tim.

Tim ini masih memiliki pemain seperti Rui Hachimura (NCAA, Gonzaga) dan Yuta Watanabe (two-way player NBA), bagaimana Anda melihat mereka di dalam tim?

Ya, mereka adalah masa depan dari basket Jepang. Mereka memiliki talenta yang bagus dan kini berada di tempat yang tepat, Amerika Serikat. Mereka memiliki fisik yang luar biasa dan mampu membawa Jepang berbicara banyak di basket internasional.

Terakhir, ini adalah Asian Game pertama Anda. Dari turnamen ini, bagaimana Anda melihat basket Asia?

Ya, ini adalah Asian Games pertama saya dan saya senang menjadi bagian dari gelaran seperti ini. Basket Asia cukup kompetitif dan Anda bisa lihat sendiri bagaimana setiap tim bermain dengan karakter mereka masing-masing. Namun sekali lagi, menurut saya kekuatan fisik mereka masih bisa dikembangkan lebih baik guna berlaga di kancah internasional yang lebih besar.

Foto: Mei Linda

 

Populer

Dame Akan Bagi Bonus NBA Cup Dengan Karyawan Bucks
Taurean Prince Mengumpulkan Rp16 Miliar Hanya dari NBA Cup
Milwaukee Bucks Juara Emirates NBA Cup 2024!
Juara NBA Cup 2024, Bucks Tidak Pesta Sampanye
De’Aaron Fox Ingin Melihat Keseriusan Kings Bersaing di NBA
KD dan Dame Kritik Format Baru NBA All-Star 2025
Kembali Merebut NBA Cup, Darvin Ham Menyindir Lakers
Darvin Ham Jadi “Jimat” Juara NBA Cup
Kekalahan di Final NBA Cup 2024 Jadi Pelajaran Berharga Bagi Thunder
Lima Kesepakatan Sepatu Termahal Sepanjang Masa di NBA