Kabar kembalinya New Balance ke ranah basket NBA sedang hangat diberitakan. Hingar bingarnya tidak sebesar ketika Puma memutuskan kembali ke ranah itu pada Maret 2018. Bila melihat pada sejarah, New Balance adalah perusahaan sepatu lari berteknologi tinggi. Tidak ada catatan apik produknya mampu melahirkan sosok pemain legendaris karena basket memang bukan fokus mereka. Meski demikian, Matt Bonner yang terlanjur jatuh cinta pada New Balance tetap menggunakannya bahkan hingga sepatunya rusak saat bertanding.
Kiprah Bonner di ranah NBA butuh perjuangan keras. Ia penghuni peringkat 45 daftar NBA Draft 1998. Setelah itu, ia dikontrak Chicago Bulls. Selang beberapa hari, dikabarkan Bonner tidak masuk tim inti Bulls karena roster sudah penuh. Alhasil, ia hijrah ke Italia untuk bermain bersama Sicilia Messina. Tim tersebut dinyatakan bangkrut di pertengahan musim namun Bonner tetap melanjutkan bermain basket hingga musim berakhir tanpa digaji.
Setelah itu, ia kembali ke NBA dan memperkuat Toronto Raptors. Selang dua tahun, ia hijrah ke San Antonio Spurs dimana ia menjalani karir terbaiknya. Kontribusinya membawa San Antonio Spurs menjuarai NBA pada 2007 dan 2014.
Perihal sepatu, Bonner identik dengan New Balance BB8026. Ia menggunakannya sejak bermain bersama Spurs pada 2006 hingga 2013. Selama tujuh tahun Bonner jadi satu-satunya pemain NBA yang menggunakan sepatu New Balance. Ia tidak tercatat sebagai duta namun tetap menerima pasokan sepatu basket dan menggunakannya bertanding.
Matt Bonner jadi pebasket pertama yang menggunakan New Balance di laga final. Ia melakukannya saat Final NBA 2013 menghadapi Miami Heat.
“Saya pertama kali menggunakan New Balance pada 2006. Teman saya yang bekerja disana menyarankan untuk memakai sepatunya. Mereka datang ke rumah dan memberi keluarga saya sepatu New Balance. Kesan pertama saya adalah nyaman,” ujar Bonner kepada ESPN pada 2014. Sebelumnya, ia tercatat mengenakan AND1 serta beberapa sepatu lain.
Kejadian unik terjadi pada 2011. Kala itu, sepatu Bonner hancur saat bertanding. Sepatunya hampir terpisah menjadi dua bagian (blow-out). “Ternyata sepatu itu masih berstatus sampel. Mereka mengirimnya seminggu yang lalu namun tidak memberitahu saya. Alhasil, sepatu itu hancur setelah saya gunakan bertanding selama dua babak,” tuturnya.
Bonner lalu mengabarkan kondisi sepatu yang ia pakai via surel. “Mereka membalasnya dengan informasi bahwa mereka tidak akan mensponsori atau memproduksi lagi sepatu basket,” lanjut Bonner. New Balance bahkan tidak ada niatan untuk mempromosikan sepatu yang ia kenakan bertanding. Sejak kejadian tersebut, Bonner tidak lagi menerima sepatu basket. Tetapi, ia masih memiliki 20 pasang lain sehingga ia tetap menggunakannya.
Rangkuman cuitan Bonner yang di-retweet oleh Nice Kicks.
Pada Oktober 2013, ke-20 sepatu itu telah habis dan menyisakan satu sepatu saja. Ia tidak ada rencana lain selain mencari sponsor sepatu agar ia tetap memiliki sepatu untuk bertanding.
Oleh karena itu, tim media Spurs membuatkan akun Twitter untuk Bonner agar ia bisa mengumumkan kondisi yang ia alami saat itu. “Saya bukan seorang yang piawai bersosial media. Saya hanya mengutarakan apa yang ada di pikiran lalu mereka mencuitnya,” kata Bonner sembari tertawa. Pengumuman pencarian sponsor sepatu itu dibantu oleh akun informasi Nice Kicks. Mereka membantu men-retweet seluruh cuitan Bonner.
Bonner mencolek Peak dan New Balance dalam cuitannya. Namun, tidak ada jalan terang dari kedua merek tersebut. Bahkan, lewat cuitan pula New Balance menyatakan tidak akan mendukung karir Bonner.
Justru adidas tiba-tiba datang ke rumahnya dengan menyodorkan beberapa buah adidas Crazy 8 beberapa hari kemudian. “Alhasil, saya jadi duta adidas karena mereka satu-satunya yang bersedia memberi saya sepatu untuk bermain basket” katanya. Ia juga menyimpan 20 pasang lagi berjaga-jaga bila adidas memperlakukannya sama seperti New Balance. Kini, Bonner jadi satu-satunya pebasket yang mendapatkan sponsor sepatu dari media sosial.
Setelah kejadian tersebut, tidak ada lagi atlet yang menggunakan New Balance untuk bermain basket. Meski demikian, perusahaan atletik itu tetap percaya diri untuk kembali ke ranah basket tahun ini. Semoga kejadian yang menimpa Matt Bonner tidak terjadi lagi.
Foto: Todd Spoth/ESPN, Bleacher Reports