Leurentius Oei: Pengalaman Baru dari FIBA 3X3 Leadership Training

| Penulis : 

Semua diawali saat saya selesai kuliah. Tiba-tiba ada telepon masuk dari Koh Anthony (Gunawan), dan dia mengatakan ada sesuatu yang penting. Kemudian, Koh Anthony menjelaskan bahwa ada event 3X3, tetapi bukan pertandingan.

Katanya saya tidak akan bermain. Koh Anthony malah meminta saya untuk mengikuti leadership training.

Saya sangat antusias terhadap event itu karena jarang ada leadership training yang berhubungan dengan basket. Kebetulan saya juga ingin meningkatkan leadership skills. Namun, ada satu hal yang sempat membuat saya agak down. Ternyata yang menentukan pesertanya bukan Koh Anthony melainkan FIBA pusat. Koh Anthony hanya mencalonkan beberapa nama.

Ada beberapa data diri yang harus diisi; pertanyaan seputar minat terhadap event ini, apa yang saya targetkan dari event tersebut, dan curriculum vitae. Saya mengisi semua itu dengan sangat antusias.

Akhirnya semuanya membuahkan hasil. Saya terpilih untuk mewakili Indonesia dalam event tersebut.

Setelah terpilih, ada beberapa syarat lagi yang harus dipenuhi. Saya harus menyelesaikan 3X3 learning program dan lulus ujian dari course tersebut. Saya sangat antusias sampai menyelesaikan 3X3 learning program itu secepat mungkin. Saya juga segera bertanya-tanya apa progress selanjutnya.

Tiket pesawat? Apa saja yang harus dipersiapkan?

Sampai Koh Anthony waktu itu berkata, “Sabar, Ren, belum ada kabar dari sana.”

Akhirnya hari untuk mengikuti event itu tiba. Event itu diselenggaraan pada 22-25 Juni 2018 di Singapura. Tepatnya di hotel Grand Mercure Roxy. Ada 15 negara yang berpartisipasi dari Asia Tenggara, seperti: Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Kamboja, Myanmar, Vietnam, Laos, Papua Nugini, Brunei Darussalam, dan Timor leste. Beberapa negara dari Oceania juga hadir, seperti: Fiji, Guam, dan Northern Mariana Islands.

Ada beberapa nama baru yang saya dengar, seperti IBF (International Basketball Foundation) dan Basketball for Good.

IBF adalah organisasi yang dibuat FIBA pada 2008 sebagai kepanjangan tangan federasi dalam bidang sosial dan pendidikan tentang olahraga, terutama bola basket pada komunitas, dan mempromosikan serta mempertahankan nilai-nilai serta peninggalan-peninggalan budaya olahraga permainan tersebut. Salah satu perwujudannya adalah The House of Basketball di Swiss yang merupakan kantor pusat FIBA. Di dalamnya ada yang disebut Naismith Arena yang merupakan lahan sebesar 1000 M2, di mana pengunjung dibawa dalam suatu tur tentang sejarah basket.

Pada 2016, IBF memulai proyek Basketball for Good.

Sebenarnya apa Basketball for Good ini?

Basketball for Good memiliki tujuan bahwa olahraga basket ini dapat digunakan sebagai alat untuk membawa perubahan positif pada komunitas, seperti:

SDG atau sustainable development goals itu sendiri berarti tujuan-tujuan akhir yang ditetapkan United Nations sebagai panggilan universal kepada seluruh negara untuk mengakhiri kemiskinan, melindungi bumi, dan memastikan bahwa semua orang dapat menikmati kedamaian dan kemakmuran. SDG membantu kita agar mampu membuat keputusan tepat untuk meningkatkan taraf kehidupan secara berkelanjutan, supaya dapat dinikmati juga oleh generasi-generasi yang akan datang.

Hari pertama event itu dimulai dengan perkenalan antarpartisipan dari berbagai negara dengan pengurus event, baik dari IBF maupun FIBA. Setelah itu, ada pembahasan singkat tentang cara menggunakan event maker yang merupakan basis untuk membuat event 3X3, penjelasan tentang Basketball for Good, disusul dengan pembagian tim untuk mengurus turnamen 3X3 keesokan harinya.

Dalam turnamen tersebut, para partisipanlah yang akan mengurus turnamen tersebut. Para anggota IBF dan FIBA hanya berada di belakang layar. Yang membuat turnamen ini berbeda dari turnamen 3X3 lainnya adalah kita harus memasukkan konsep Basketball for Good ke dalamnya.

Hari kedua diisi dengan penjelasan sekilas tentang kemampuan-kemampuan yang perlu dimiliki untuk menjadi pemimpin yang baik, dilanjutkan dengan mengadakan turnamen 3X3. Itu adalah hal yang menegangkan juga menyenangkan bagi saya. Berkat perencanaan dan kerja sama yang baik dari para partisipan, event tersebut berjalan dengan sangat lancar dan tepat waktu.

Acara pada hari itu ditutup dengan review, dan hari terakhir pun tiba.

Pada hari terakhir, tujuan utama kita adalah menggunakan pengetahuan-pengetahuan yang sudah didapat dari hari pertama dan kedua. Bayangkan, saya harus menuangkan ide turnamen yang akan diselenggarakan di negara masing-masing dalam bentuk tulisan dan mempresentasikannya.

Kami pun mendengarkan ide masing-masing negara, memberikan komentar-komentar membangun, dan berakhirlah sudah event tersebut.

Sekarang saya akan mengadakan turnamen 3X3 di Indonesia. Lapangan yang akan saya gunakan adalah lapangan Universitas Pelita Harapan (UPH). Turnamen tersebut akan berlangsung pada 5 Agustus 2018 dengan—tentu saja—mengangkut nilai-nilai dari Basketball for Good yang telah saya peroleh di training. Yang membuat turnamen ini spesial adalah juara dari turnamen mendapat kesempatan untuk pergi mengikuti kompetisi di Bali pada 7-9 September 2018 melawan juara dari turnamen yang diselenggarakan negara dari masing-masing partisipan leadership training. Tidak hanya bertanding, mereka yang lolos di Bali akan menerima leadership training dari IBF dan FIBA.

Foto: Dok. Laurentius Steven Oei

Populer

Dalton Knecht Menggila Saat Lakers Tundukkan Jazz
LeBron James Hiatus dari Media Sosial
Luka Doncic Cedera, Kabar Buruk Bagi Mavericks
Tripoin Franz Wagner Gagalkan Kemenangan Lakers
Shaquille O’Neal Merana Karena Tidak Masuk Perbincangan GOAT
Hasil Rapat Sixers Bocor, Paul George & Joel Embiid Kecewa
Perlawanan Maksimal! Indonesia Kalah dari Korea di Tujuh Menit Terakhir!
Lakers Selama Ini Mencari Sosok Dalton Knecht
Tyrese Maxey Buka-bukaan Soal Kondisi Internal Sixers
Suasana Ruang Ganti Sixers Memanas